Mengenal Af'alul Khomsah (الأَفْعَالُ الْخَمْسَةُ)
Dalam samudra ilmu Nahwu (tata bahasa Arab), terdapat berbagai konsep yang menjadi pilar pemahaman struktur kalimat dalam bahasa Arab. Salah satu konsep fundamental yang wajib dikuasai oleh setiap penuntut ilmu adalah Af'alul Khomsah. Istilah ini secara harfiah berarti "fi'il-fi'il yang lima". Namun, jangan terkecoh dengan namanya. Ini bukanlah lima kata kerja spesifik, melainkan lima pola (wazan) dari fi'il mudhari' (kata kerja bentuk sekarang/akan datang) yang memiliki perlakuan i'rab (perubahan akhir kata) yang khas dan istimewa.
Memahami Af'alul Khomsah membuka gerbang untuk mengurai kalimat-kalimat kompleks dalam Al-Qur'an, Hadits, dan kitab-kitab klasik berbahasa Arab. Tanpa penguasaan yang solid terhadap topik ini, seorang pelajar akan sering tersandung dalam menganalisis kedudukan kata dan harakat akhir sebuah fi'il. Artikel ini akan mengupas tuntas seluk-beluk Af'alul Khomsah, mulai dari definisinya, wazan-wazannya, hingga perubahan i'rabnya dalam tiga kondisi: rafa', nashab, dan jazm.
Apa Itu Af'alul Khomsah?
Secara definitif, Af'alul Khomsah (الأَفْعَالُ الْخَمْسَةُ) adalah setiap fi'il mudhari' yang bersambung dengan salah satu dari tiga dhamir (kata ganti) berikut:
- Alif Al-Itsnain (أَلِفُ الْاِثْنَيْنِ): Alif yang menunjukkan subjek berjumlah dua (dual), baik untuk orang kedua (kamu berdua) maupun orang ketiga (mereka berdua).
- Wawu Al-Jama'ah (وَاوُ الْجَمَاعَةِ): Wawu yang menunjukkan subjek berjumlah banyak (jamak) laki-laki, baik untuk orang kedua (kalian) maupun orang ketiga (mereka).
- Ya' Al-Mukhatabah (يَاءُ الْمُخَاطَبَةِ): Ya' yang menunjukkan subjek tunggal perempuan orang kedua (kamu perempuan).
Dari ketiga dhamir yang bersambung ini, lahirlah lima pola atau wazan fi'il yang kita kenal sebagai Af'alul Khomsah. Mari kita rinci kelima wazan tersebut menggunakan akar kata ف-ع-ل (fa-'a-la) sebagai contoh dasar:
- Bersambung dengan Alif Al-Itsnain:
- يَفْعَلَانِ (Yaf'alaani): Untuk dhamir ghaib mutsanna (mereka berdua laki-laki/perempuan). Diawali dengan huruf 'ya'.
- تَفْعَلَانِ (Taf'alaani): Untuk dhamir mukhatab mutsanna (kamu berdua laki-laki/perempuan). Diawali dengan huruf 'ta'.
- Bersambung dengan Wawu Al-Jama'ah:
- يَفْعَلُوْنَ (Yaf'aluuna): Untuk dhamir ghaib jamak mudzakkar (mereka para lelaki). Diawali dengan huruf 'ya'.
- تَفْعَلُوْنَ (Taf'aluuna): Untuk dhamir mukhatab jamak mudzakkar (kalian para lelaki). Diawali dengan huruf 'ta'.
- Bersambung dengan Ya' Al-Mukhatabah:
- تَفْعَلِيْنَ (Taf'aliina): Untuk dhamir mukhatabah mufrad muannats (kamu seorang perempuan). Diawali dengan huruf 'ta'.
Kelima wazan inilah inti dari pembahasan Af'alul Khomsah. Apapun bentuk fi'il mudhari'-nya, selama ia mengikuti salah satu dari lima pola ini, maka ia termasuk dalam kategori Af'alul Khomsah dan tunduk pada kaidah i'rab yang spesifik.
Keistimewaan I'rab Af'alul Khomsah
Yang membuat Af'alul Khomsah menjadi bab pembahasan tersendiri adalah tanda i'rab-nya yang berbeda dari fi'il mudhari' pada umumnya. Jika fi'il mudhari' biasa (seperti يَكْتُبُ) menggunakan harakat (dhammah, fathah, sukun) sebagai tanda i'rab, Af'alul Khomsah justru menggunakan keberadaan atau ketiadaan huruf nun (ن) di akhirnya.
Ada tiga kondisi i'rab yang berlaku untuk fi'il mudhari', termasuk Af'alul Khomsah: Rafa', Nashab, dan Jazm. Mari kita bedah satu per satu.
1. Kondisi Rafa' (مَرْفُوْعٌ) - Tetapnya Huruf Nun
Sebuah fi'il mudhari' berada dalam kondisi rafa' (marfu') jika ia tidak didahului oleh 'amil nawashib (partikel yang menashabkan) atau 'amil jawazim (partikel yang menjazmkan). Ini adalah kondisi default atau dasar dari fi'il mudhari'.
Tanda rafa' untuk Af'alul Khomsah adalah tsubutun nun (ثُبُوْتُ النُّوْنِ), yang artinya "tetapnya huruf nun". Jadi, selama tidak ada faktor eksternal yang memengaruhinya, huruf nun di akhir kelima wazan tersebut harus selalu ada.
Contoh-contoh dalam Kondisi Rafa'
Mari kita lihat penerapan kaidah ini dalam berbagai kalimat.
الطَّالِبَانِ يَكْتُبَانِ الدَّرْسَ.
Ath-thaalibaani yaktubaani ad-darsa.
"Dua siswa itu sedang menulis pelajaran."
Analisis I'rab: Kata يَكْتُبَانِ adalah fi'il mudhari' yang tidak didahului oleh amil nashab atau jazm. Oleh karena itu, ia berada dalam kondisi rafa'. Tanda rafa'-nya adalah tetapnya huruf nun di akhir kata. I'rab lengkapnya adalah: fi'il mudhari' marfu' wa 'alamatu raf'ihi tsubutun nun li-annahu minal af'alil khomsah.
أَنْتُمَا تَفْهَمَانِ الْقَاعِدَةَ جَيِّدًا.
Antumaa tafhamaani al-qaa'idata jayyidan.
"Kamu berdua memahami kaidah itu dengan baik."
Analisis I'rab: Sama seperti contoh sebelumnya, تَفْهَمَانِ adalah fi'il mudhari' marfu'. Tanda rafa'-nya adalah ثُبُوْتُ النُّوْنِ karena ia termasuk Af'alul Khomsah. Huruf nun tersebut wajib ada dan tidak boleh dihilangkan.
الْمُسْلِمُوْنَ يُصَلُّوْنَ فِي الْمَسْجِدِ.
Al-muslimuuna yushalluuna fil masjidi.
"Orang-orang muslim itu sedang shalat di masjid."
Analisis I'rab: Kata يُصَلُّوْنَ mengikuti wazan يَفْعَلُوْنَ. Ia marfu' karena tidak ada 'amil yang mengubahnya. Tanda rafa'-nya adalah tetapnya huruf nun. Menghilangkan nun dalam kalimat ini, misalnya menjadi يصلوا, adalah kesalahan gramatikal yang fatal dalam kondisi ini.
يَا أَصْدِقَائِي، هَلْ تَذْهَبُوْنَ إِلَى الْمَكْتَبَةِ؟
Yaa ashdiqaa'ii, hal tadzhabuuna ilal maktabati?
"Wahai teman-temanku, apakah kalian (sedang) pergi ke perpustakaan?"
Analisis I'rab: Kata تَذْهَبُوْنَ adalah fi'il mudhari' dalam kondisi rafa'. Meskipun didahului oleh kata tanya هَلْ, partikel ini tidak memengaruhi i'rab fi'il. Oleh karena itu, tanda rafa'-nya tetap dengan ثُبُوْتُ النُّوْنِ.
أَنْتِ تَطْبُخِيْنَ طَعَامًا لَذِيْذًا.
Anti tathbukhiina tha'aaman ladziidzan.
"Kamu (perempuan) sedang memasak makanan yang lezat."
Analisis I'rab: Kata تَطْبُخِيْنَ yang mengikuti wazan تَفْعَلِيْنَ adalah fi'il mudhari' marfu'. Tanda i'rabnya adalah keberadaan huruf nun di akhirnya, menunjukkan status rafa'-nya.
Penting untuk diingat, dalam semua contoh di atas, dhamir yang melekat pada fi'il (ا, و, ي) berkedudukan sebagai fa'il (subjek) dari kalimat tersebut. Ini adalah poin krusial lainnya yang akan kita bahas lebih lanjut nanti.
2. Kondisi Nashab (مَنْصُوْبٌ) - Dihilangkannya Huruf Nun
Sebuah fi'il mudhari' berada dalam kondisi nashab (manshub) jika ia didahului oleh salah satu dari 'amil nawashib (partikel-partikel yang menashabkan). Beberapa partikel nashab yang paling umum adalah:
- أَنْ (an): bahwa, untuk
- لَنْ (lan): tidak akan
- كَيْ (kay) / لِكَيْ (likay): agar, supaya
- إِذَنْ (idzan): kalau begitu
- حَتَّى (hatta): hingga, sampai
- لِـ (li - lam at-ta'lil): untuk, agar
Ketika salah satu dari Af'alul Khomsah didahului oleh partikel-partikel ini, tanda nashab-nya adalah hadzfun nun (حَذْفُ النُّوْنِ), yang artinya "dihilangkannya huruf nun". Huruf nun di akhir kata wajib dihapus sebagai penanda bahwa fi'il tersebut berada dalam keadaan nashab.
Contoh-contoh dalam Kondisi Nashab
يَجِبُ عَلَيْهِمَا أَنْ يَجْتَهِدَا فِي دِرَاسَتِهِمَا.
Yajibu 'alaihimaa an yajtahidaa fii diraasatihimaa.
"Wajib bagi mereka berdua untuk bersungguh-sungguh dalam pelajaran mereka."
Analisis I'rab: Perhatikan kata يَجْتَهِدَا. Asalnya adalah يَجْتَهِدَانِ. Namun, karena didahului oleh partikel nashab أَنْ, maka huruf nun-nya wajib dihilangkan. I'rab lengkapnya adalah: fi'il mudhari' manshub bi-an wa 'alamatu nashbihi hadzfun nun li-annahu minal af'alil khomsah.
لَنْ تَنْجَحُوا حَتَّى تَجْتَهِدُوا.
Lan tanjahuu hatta tajtahiduu.
"Kalian tidak akan berhasil hingga kalian bersungguh-sungguh."
Analisis I'rab: Kalimat ini mengandung dua Af'alul Khomsah dalam kondisi nashab. Pertama, تَنْجَحُوا (asalnya تَنْجَحُوْنَ) menjadi manshub karena partikel لَنْ. Kedua, تَجْتَهِدُوا (asalnya تَجْتَهِدُوْنَ) menjadi manshub karena partikel حَتَّى. Pada kedua fi'il tersebut, nun dihilangkan. Perhatikan bahwa setelah wawu jama'ah (و) pada fi'il yang nun-nya dihilangkan, ditambahkan alif pembeda (ا) yang disebut alif fariqah.
اُدْرُسِي بِجِدٍّ كَيْ تَنْجَحِيْ.
Udrusii bijiddin kay tanjahii.
"Belajarlah (untukmu wahai perempuan) dengan giat agar kamu berhasil."
Analisis I'rab: Kata تَنْجَحِيْ asalnya adalah تَنْجَحِيْنَ. Karena didahului oleh partikel nashab كَيْ, maka nun-nya dihapus. Ini menunjukkan bahwa fi'il tersebut ber-i'rab nashab dengan tanda hadzfun nun.
الْوَلَدَانِ يُرِيْدَانِ أَنْ يَلْعَبَا بِالْكُرَةِ.
Al-waladaani yuriidaani an yal'abaa bil kurati.
"Dua anak laki-laki itu ingin bermain bola."
Analisis I'rab: Di sini ada dua fi'il mudhari'. Yang pertama, يُرِيْدَانِ, berada dalam kondisi rafa' karena tidak ada 'amil yang mendahuluinya, sehingga nun-nya tetap ada. Yang kedua, يَلْعَبَا (asalnya يَلْعَبَانِ), berada dalam kondisi nashab karena didahului oleh أَنْ, sehingga nun-nya dihilangkan. Contoh ini sangat baik untuk membandingkan kondisi rafa' dan nashab dalam satu kalimat.
3. Kondisi Jazm (مَجْزُوْمٌ) - Dihilangkannya Huruf Nun
Sebuah fi'il mudhari' berada dalam kondisi jazm (majzum) jika ia didahului oleh salah satu dari 'amil jawazim (partikel-partikel yang menjazmkan). Partikel jazm ada dua jenis: yang menjazmkan satu fi'il dan yang menjazmkan dua fi'il (disebut adawat asy-syarth).
Partikel yang menjazmkan satu fi'il antara lain:
- لَمْ (lam): tidak (untuk menafikan masa lampau)
- لَمَّا (lamma): belum
- لِـ (li - lam al-amr): hendaklah (perintah)
- لَا (la - an-nahiyah): jangan (larangan)
Tanda jazm untuk Af'alul Khomsah sama persis dengan tanda nashab-nya, yaitu hadzfun nun (حَذْفُ النُّوْنِ). Jadi, huruf nun di akhir kata juga wajib dihilangkan.
Contoh-contoh dalam Kondisi Jazm
الطُّلَّابُ لَمْ يَحْضُرُوا الْيَوْمَ.
Ath-thullaabu lam yahdhuruu al-yauma.
"Para siswa itu tidak hadir hari ini."
Analisis I'rab: Kata يَحْضُرُوا berasal dari kata يَحْضُرُوْنَ. Partikel jazm لَمْ di depannya menyebabkan nun di akhir kata harus dihapus. Ini adalah tanda jazm untuk Af'alul Khomsah. I'rab lengkapnya: fi'il mudhari' majzum bi-lam wa 'alamatu jazmihi hadzfun nun li-annahu minal af'alil khomsah.
لَا تَقُوْلَا إِلَّا الصِّدْقَ.
Laa taquulaa illash shidqa.
"Janganlah kamu berdua berkata kecuali kebenaran."
Analisis I'rab: Di sini kita melihat لَا an-nahiyah (larangan) yang menjazmkan fi'il تَقُوْلَا. Asalnya adalah تَقُوْلَانِ. Karena ada لَا larangan, nun-nya dihilangkan. Tanda jazm-nya adalah hadzfun nun.
يَا مَرْيَمُ، لَا تَيْأَسِي مِنْ رَحْمَةِ اللهِ.
Yaa Maryamu, laa tay-asii min rahmatillah.
"Wahai Maryam, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah."
Analisis I'rab: Fi'il تَيْأَسِي adalah bentuk majzum dari تَيْأَسِيْنَ. Partikel لَا an-nahiyah di depannya menjadi sebab dihilangkannya huruf nun tersebut.
إِنْ تَجْتَهِدُوا تَنْجَحُوا.
In tajtahiduu tanjahuu.
"Jika kalian bersungguh-sungguh, niscaya kalian akan berhasil."
Analisis I'rab: Contoh ini menggunakan إِنْ, salah satu partikel syarat yang menjazmkan dua fi'il. Fi'il pertama (تَجْتَهِدُوا) disebut fi'il syarth, dan fi'il kedua (تَنْجَحُوا) disebut jawab syarth. Keduanya berasal dari wazan تَفْعَلُوْنَ (تَجْتَهِدُوْنَ dan تَنْجَحُوْنَ). Karena didahului oleh إِنْ, kedua fi'il ini menjadi majzum, dan tandanya adalah dengan menghilangkan huruf nun.
Peran Penting Dhamir yang Melekat sebagai Fa'il
Satu hal yang tidak boleh dilupakan saat membahas Af'alul Khomsah adalah kedudukan dari dhamir yang melekat padanya. Alif Al-Itsnain (ا), Wawu Al-Jama'ah (و), dan Ya' Al-Mukhatabah (ي) bukan sekadar imbuhan tanpa makna. Dalam struktur kalimat, ketiganya selalu berkedudukan sebagai fa'il (subjek/pelaku) dari kata kerja tersebut.
Ini berarti, kalimat yang menggunakan Af'alul Khomsah sudah mengandung subjek di dalam fi'ilnya. Kita tidak perlu lagi mencari fa'il yang terpisah.
Mari kita lihat kembali salah satu contoh:
الْمُسْلِمُوْنَ يُصَلُّوْنَ فِي الْمَسْجِدِ.
Analisis Lengkap:
- الْمُسْلِمُوْنَ: Mubtada' (subjek di awal kalimat) marfu' dengan tanda wawu karena jamak mudzakkar salim.
- يُصَلُّوْنَ: Fi'il mudhari' marfu' dengan tanda tsubutun nun.
- وَاوُ الْجَمَاعَةِ (و): Dhamir muttashil mabni 'alas sukun fii mahalli raf'in fa'il. (Dhamir bersambung yang mabni sukun, berkedudukan rafa' sebagai fa'il/subjek).
- فِي: Harf jar (kata depan).
- الْمَسْجِدِ: Isim majrur.
- Jumlah (kalimat) fi'liyah يُصَلُّوْنَ فِي الْمَسْجِدِ berkedudukan sebagai khabar (predikat) untuk mubtada' الْمُسْلِمُوْنَ.
Dari analisis ini, terlihat jelas bahwa Wawu Al-Jama'ah adalah pelaku dari perbuatan 'shalat'. Begitu pula dengan Alif Al-Itsnain dan Ya' Al-Mukhatabah dalam konteksnya masing-masing, mereka adalah fa'il dari fi'il yang bersambung dengannya.
Tabel Ringkasan I'rab Af'alul Khomsah
Untuk mempermudah pemahaman dan pengingatan, berikut adalah tabel ringkasan yang merangkum semua kaidah i'rab Af'alul Khomsah.
| Wazan / Pola | Dhamir (Subjek) | Kondisi Rafa' | Kondisi Nashab & Jazm |
|---|---|---|---|
| يَفْعَلَانِ | هُمَا (Mereka berdua) | ثُبُوْتُ النُّوْنِ (Nun tetap ada) | حَذْفُ النُّوْنِ (Nun dihilangkan) menjadi: يَفْعَلَا |
| تَفْعَلَانِ | أَنْتُمَا / هُمَا (Kamu berdua / Mereka berdua pr.) | ثُبُوْتُ النُّوْنِ (Nun tetap ada) | حَذْفُ النُّوْنِ (Nun dihilangkan) menjadi: تَفْعَلَا |
| يَفْعَلُوْنَ | هُمْ (Mereka laki-laki) | ثُبُوْتُ النُّوْنِ (Nun tetap ada) | حَذْفُ النُّوْنِ (Nun dihilangkan) menjadi: يَفْعَلُوْا |
| تَفْعَلُوْنَ | أَنْتُمْ (Kalian laki-laki) | ثُبُوْتُ النُّوْنِ (Nun tetap ada) | حَذْفُ النُّوْنِ (Nun dihilangkan) menjadi: تَفْعَلُوْا |
| تَفْعَلِيْنَ | أَنْتِ (Kamu perempuan) | ثُبُوْتُ النُّوْنِ (Nun tetap ada) | حَذْفُ النُّوْنِ (Nun dihilangkan) menjadi: تَفْعَلِي |
Kesimpulan
Af'alul Khomsah adalah representasi keindahan dan presisi dalam tata bahasa Arab. Konsep ini mengajarkan kita bahwa perubahan makna dan kedudukan gramatikal tidak hanya ditandai oleh harakat, tetapi juga oleh ada atau tidaknya sebuah huruf. Kelima pola fi'il mudhari' ini—يفعلان، تفعلان، يفعلون، تفعلون، تفعلين—memiliki sistem i'rab yang konsisten dan logis.
Kuncinya adalah mengingat tiga hal utama:
- Identifikasi: Kenali kelima wazan tersebut.
- Kondisi Rafa': Jika tidak ada partikel nashab atau jazm, maka tanda i'rabnya adalah tsubutun nun (nun tetap ada).
- Kondisi Nashab & Jazm: Jika didahului partikel nashab (seperti أن، لن، كي) atau partikel jazm (seperti لم، لا الناهية), maka tanda i'rabnya adalah hadzfun nun (nun dihilangkan).
Dengan menguasai kaidah-kaidah ini, pintu pemahaman terhadap teks-teks Arab, terutama Al-Qur'an dan Al-Hadits, akan semakin terbuka lebar. Kemampuan untuk menganalisis mengapa sebuah 'nun' ada atau tiada pada akhir sebuah fi'il adalah salah satu tanda pemahaman Nahwu yang mendalam. Oleh karena itu, teruslah berlatih dengan mengidentifikasi dan menganalisis Af'alul Khomsah dalam berbagai kalimat hingga menjadi sebuah keahlian yang melekat.