Surah Al-Hujurat adalah surat Madaniyah yang kaya akan petunjuk mengenai adab sosial, etika komunikasi, dan bagaimana seharusnya seorang Muslim berinteraksi dengan sesamanya serta dengan Allah SWT. Di antara ayat-ayat yang sangat penting adalah ayat ke-18, yang secara lugas menegaskan posisi Allah SWT sebagai Maha Mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi maupun yang tampak. Ayat ini sering kali menjadi pengingat fundamental tentang pengawasan ilahi terhadap niat dan perbuatan kita.
Ayat ini merupakan jembatan penting untuk menghubungkan perilaku sosial kita sehari-hari dengan pemahaman mendalam kita tentang sifat-sifat Allah, yang lebih dikenal sebagai Asmaul Husna. Memahami makna ayat ini secara mendalam akan menumbuhkan rasa takut (khauf) dan harap (raja') kepada-Nya.
Ayat ini memuat dua penegasan besar tentang keilahian Allah. Pertama, penegasan bahwa Allah mengetahui yang gaib (غَيْبَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ), yaitu segala sesuatu yang tidak terjangkau oleh indra manusia, baik di alam semesta yang luas maupun di kedalaman bumi. Tidak ada satu pun peristiwa, pikiran, atau niat tersembunyi yang luput dari pengetahuan-Nya.
Kedua, penutup ayat menegaskan bahwa Allah Maha Melihat (بَصِيرٌۢ) segala perbuatan kita (بِمَا تَعْمَلُونَ). Ini bukan sekadar melihat secara fisik, tetapi melihat hakikat dan tujuan di balik setiap tindakan. Konteks ayat sebelumnya dalam surah ini membahas tentang klaim keimanan seseorang. Ayat 18 ini berfungsi sebagai penutup yang menyimpulkan bahwa klaim lisan tidak ada artinya di hadapan pengawasan Allah yang Maha Tahu dan Maha Melihat.
Kandungan Al Hujurat ayat 18 secara eksplisit merujuk pada beberapa nama terindah Allah (Asmaul Husna) yang menjadi dasar keyakinan kita. Hubungan antara ayat ini dan Asmaul Husna memberikan dimensi spiritual yang mendalam:
Ketika kita menyadari bahwa setiap ucapan dan perbuatan kita diawasi oleh Al-'Alim dan Al-Basir, maka otomatis perilaku kita akan terkontrol. Rasa diawasi ini mendorong kita untuk menjaga lisan dari ghibah dan namimah (seperti yang banyak dibahas di ayat-ayat sebelumnya), serta menjaga hati dari iri dan dengki.
Memahami Al Hujurat ayat 18 adalah kunci untuk mencapai ketulusan (ikhlas) dalam beramal. Jika seorang Muslim hanya beramal karena dilihat oleh manusia (riya'), maka amalnya tertuju pada makhluk. Namun, ketika ia mengingat bahwa Allah, Al-'Alim dan Al-Basir, sedang mengawasi, maka fokus amalnya beralih kepada Sang Pencipta.
Ayat ini mengajarkan kita untuk: