Pertanyaan mengenai siapa arsitek pertama di dunia seringkali memicu rasa ingin tahu. Seiring peradaban manusia berkembang, kebutuhan akan tempat tinggal yang aman, struktur monumental, dan ruang yang fungsional semakin meningkat. Namun, identifikasi satu individu sebagai "arsitek pertama" dalam arti modern adalah sebuah tantangan besar. Arsitektur, sebagai seni dan sains merancang bangunan, telah berkembang secara bertahap selama ribuan tahun, dipengaruhi oleh berbagai budaya, teknologi, dan kebutuhan sosial.
Dalam konteks sejarah yang paling awal, sulit untuk menunjuk satu orang. Kita berbicara tentang zaman ketika manusia purba membangun tempat berlindung dari batu, kayu, dan lumpur. Tindakan merancang dan membangun struktur ini bisa dianggap sebagai bentuk arsitektur paling dasar. Namun, tanpa catatan tertulis atau nama yang teridentifikasi, mereka hanyalah bagian dari kolektivitas budaya dan kebutuhan bertahan hidup.
Ketika peradaban mulai menetap, terutama di lembah-lembah sungai subur seperti Mesopotamia dan Mesir kuno, kebutuhan akan struktur yang lebih kompleks muncul. Pembangunan kuil, istana, piramida, dan sistem irigasi memerlukan perencanaan yang lebih cermat, pemahaman tentang material, dan koordinasi tenaga kerja. Di sinilah mulai muncul individu-individu yang mungkin dapat kita dekati sebagai perintis peran arsitek.
Di Mesir kuno, nama Imhotep sering kali disebut sebagai salah satu tokoh terpenting dalam sejarah arsitektur awal. Dikenal sebagai seorang dokter, tabib, dan penasihat kerajaan untuk Firaun Djoser, Imhotep juga diakui sebagai insinyur dan arsitek di balik pembangunan Piramida Bertingkat Djoser di Saqqara. Piramida ini, yang dibangun sekitar abad ke-27 SM, merupakan struktur batu monumental pertama di dunia dan sebuah lompatan besar dalam teknik konstruksi dan desain. Imhotep tidak hanya merancang bentuk piramida, tetapi juga seluruh kompleks pemakaman yang meliputi kuil, halaman, dan patung. Inovasinya dalam penggunaan batu sebagai bahan bangunan utama dan metode konstruksinya yang maju menempatkannya sebagai sosok visioner di zamannya. Ia bahkan kemudian didewakan oleh orang Mesir karena kebijaksanaan dan kontribusinya yang luar biasa.
Ilustrasi imajinatif yang menggambarkan kemegahan arsitektur pada masa awal peradaban.
Di peradaban lain seperti Mesopotamia, pembangunan ziggurat (piramida bertingkat) juga memerlukan perencanaan dan keahlian yang signifikan. Meskipun nama arsitek spesifik dari struktur ini jarang tercatat dengan jelas seperti Imhotep, para imam atau administrator yang bertanggung jawab atas proyek-proyek besar ini kemungkinan memiliki peran penting dalam perancangan. Mereka harus memahami geografi, ketersediaan material, dan kebutuhan spiritual serta sosial masyarakat mereka.
Peradaban Lembah Indus, dengan kota-kota terencana seperti Mohenjo-daro dan Harappa, menunjukkan tingkat keahlian perencanaan kota yang luar biasa. Tata letak jalan yang teratur, sistem drainase yang canggih, dan rumah-rumah yang dibangun dengan bata standar menunjukkan pemikiran arsitektural yang maju. Sekali lagi, para perancang di balik ini mungkin adalah bagian dari struktur administratif atau keagamaan yang memiliki visi untuk menciptakan lingkungan perkotaan yang fungsional dan harmonis.
Perlu diingat bahwa konsep "arsitek" seperti yang kita kenal saat ini—seorang profesional yang terlatih, terdaftar, dan memiliki lisensi untuk merancang bangunan—baru berkembang jauh kemudian dalam sejarah. Di era klasik dan abad pertengahan, sering kali para tukang batu, insinyur, atau bahkan seniman yang mengambil peran utama dalam proses desain dan konstruksi. Katedral-katedral gotik Eropa, misalnya, dibangun dengan bantuan para master builder yang memiliki pemahaman mendalam tentang teknik struktural dan estetika.
Namun, jika kita mencari jejak individu yang pertama kali menunjukkan pemikiran terstruktur, inovasi dalam material, dan visi estetika yang jauh melampaui kebutuhan dasar, maka nama-nama seperti Imhotep di Mesir kuno adalah kandidat terkuat untuk dianggap sebagai pelopor atau "arsitek pertama" dalam pengertian yang lebih luas. Ia bukan sekadar pembangun, tetapi seorang pemikir yang karyanya mengubah lanskap fisik dan menetapkan standar baru untuk monumentalitas dan keabadian dalam arsitektur.
Meskipun kita mungkin tidak akan pernah mengetahui secara pasti siapa individu pertama yang merancang sebuah bangunan, warisan Imhotep mengingatkan kita bahwa arsitektur selalu menjadi perpaduan antara kebutuhan praktis dan aspirasi manusia yang lebih tinggi—sebuah seni yang telah membentuk peradaban kita sejak awal.