Asas Nahdlatul Ulama: Pilar Kehidupan Berbangsa dan Beragama

NU

Simbol sederhana melambangkan nilai-nilai Nahdlatul Ulama.

Memahami Inti Perjuangan Nahdlatul Ulama

Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia, didirikan pada 31 Januari 1926 di Surabaya. Sejak awal pendiriannya, NU tidak hanya berfokus pada aspek keagamaan semata, tetapi juga memiliki visi yang luas untuk mewujudkan masyarakat yang berkeadilan, beradab, dan sejahtera. Inti dari perjuangan NU terletak pada asas-asas yang menjadi pedoman gerak langkah organisasi ini. Memahami asas Nahdlatul Ulama berarti menyelami filosofi dan cita-cita luhur para pendirinya yang hingga kini masih relevan dan menjadi pilar penting dalam kehidupan berbangsa dan beragama di Indonesia. Asas ini bukan sekadar rumusan statis, melainkan sebuah living ideology yang terus diinterpretasikan dan diaktualisasikan dalam berbagai dimensi kehidupan.

Asas Nahdlatul Ulama: Landasan Filosofis dan Praktis

Asas yang mendasari Nahdlatul Ulama seringkali dirangkum dalam beberapa prinsip utama yang saling menguatkan. Prinsip-prinsip ini mencerminkan pandangan dunia Islam yang moderat, toleran, dan berwawasan kebangsaan. Berikut adalah penjabaran dari asas-asas tersebut:

1. Ahlusunnah Wal Jama'ah (Aswaja)

Ini adalah asas paling fundamental dari Nahdlatul Ulama. Aswaja adalah manhaj atau jalan berfikir dan bertindak yang berpegang teguh pada ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, yang dipahami melalui interpretasi para sahabat, tabi'in, dan para ulama salafus shalih. NU menganut Aswaja dalam tiga aspek:

Prinsip Aswaja ini menjadikan NU sebagai organisasi yang moderat, menolak paham-paham ekstrem, baik yang bersifat liberal maupun fundamentalis radikal. NU senantiasa mengedepankan pendekatan yang damai, dialogis, dan berorientasi pada kemaslahatan umat.

2. Tasamuh (Toleransi)

Asas toleransi dalam NU bukan berarti mengabaikan prinsip atau kebenaran, melainkan sebuah sikap menghargai perbedaan pandangan dan keyakinan, baik di kalangan sesama Muslim maupun dengan pemeluk agama lain. Toleransi ala NU sangat luas cakupannya, mencakup toleransi dalam beragama, berpolitik, berbudaya, dan bermasyarakat. Hal ini tercermin dalam sikap NU yang selalu menjaga kerukunan antarumat beragama dan selalu mencari titik temu demi kebaikan bersama.

3. Tawazun (Berimbang)

Sikap berimbang berarti NU selalu menempatkan segala sesuatu pada proporsi yang tepat, tidak berlebihan dan tidak pula berkekurangan. Dalam beragama, NU berupaya menyeimbangkan antara aspek spiritualitas dan rasionalitas, antara ibadah ritual dan ibadah sosial. Dalam berkehidupan bermasyarakat, NU mengedepankan sikap proporsional dalam menyikapi berbagai isu, tidak mudah terprovokasi, dan selalu berpikir jernih. Keseimbangan ini penting agar tidak terjebak dalam pandangan yang sempit atau sikap yang radikal.

4. I'tidal (Tegak Lurus)

I'tidal bermakna tegak lurus dalam memegang kebenaran dan keadilan. NU berkomitmen untuk selalu berada di jalan yang benar dan adil, tidak gentar menghadapi tantangan, dan tidak tergiur oleh godaan duniawi. Sikap ini menjadikan NU sebagai penjaga moral dan etika dalam masyarakat, serta sebagai kekuatan moral yang kritis terhadap berbagai kebijakan yang dianggap tidak berpihak pada keadilan dan kebenaran.

5. Amar Ma'ruf Nahi Munkar

Ini adalah asas dakwah Islam yang dijalankan oleh NU. NU berdakwah untuk mengajak pada kebaikan (amar ma'ruf) dan mencegah dari kemungkaran (nahi munkar) dengan cara-cara yang bijaksana dan santun, sesuai dengan ajaran Islam. Pendekatan yang digunakan NU dalam amar ma'ruf nahi munkar lebih menekankan pada edukasi, persuasif, dan pendekatan kultural, daripada pendekatan represif atau konfrontatif.

Implikasi Asas Nahdlatul Ulama dalam Kehidupan Berbangsa

Asas-asas Nahdlatul Ulama memiliki implikasi yang sangat mendalam bagi kehidupan berbangsa di Indonesia. Keempat asas tersebut, yang sering disingkat menjadi "Empat Pilar NU", menjadi landasan utama dalam setiap gerak langkah NU, baik dalam ranah keagamaan, sosial, maupun kemanusiaan.

Keempat asas ini bukan sekadar teori, tetapi telah terbukti diwujudkan dalam berbagai program dan kiprah nyata NU di tengah masyarakat. Mulai dari pendidikan berbasis pesantren yang mencetak generasi Qurani, lembaga layanan zakat, program kesehatan masyarakat, hingga peran aktif dalam dialog antaragama dan mediasi konflik.

Relevansi Asas NU di Era Modern

Di era globalisasi dan digitalisasi yang serba cepat ini, tantangan yang dihadapi masyarakat semakin kompleks. Radikalisme, intoleransi, ujaran kebencian, dan berbagai isu sosial lainnya kerap mewarnai diskursus publik. Dalam konteks inilah, asas Nahdlatul Ulama menunjukkan relevansinya yang tak ternilai. Prinsip Aswaja yang moderat, toleransi yang luas, sikap berimbang, serta komitmen pada kebenaran dan keadilan, menjadi 'vaksin' ampuh untuk menangkal berbagai paham menyimpang dan menjaga harmoni sosial.

Lebih dari itu, NU melalui asas-asasnya terus beradaptasi dengan perubahan zaman. Digitalisasi dimanfaatkan untuk menyebarkan dakwah yang positif dan edukatif. Isu-isu lingkungan, hak-hak perempuan, dan penguatan ekonomi kerakyatan menjadi bagian integral dari perjuangan NU, menunjukkan bahwa pemikiran dan tindakan NU selalu dinamis dan responsif terhadap realitas kontemporer. Asas Nahdlatul Ulama bukan hanya warisan masa lalu, melainkan peta jalan masa depan yang kokoh bagi Indonesia.

🏠 Homepage