Ilustrasi: Pendekatan Asesmen dalam Kurikulum Merdeka untuk Kelas 1 SD
Kurikulum Merdeka hadir sebagai angin segar dalam dunia pendidikan Indonesia, membawa perubahan paradigma yang signifikan, terutama dalam hal asesmen. Bagi siswa kelas 1 SD, fase awal pendidikan dasar ini merupakan periode krusial dalam membangun fondasi belajar. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam mengenai asesmen Kurikulum Merdeka untuk jenjang ini menjadi sangat penting bagi para pendidik, orang tua, maupun pemangku kepentingan lainnya.
Berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang cenderung berfokus pada penilaian sumatif dan kuantitatif, Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya asesmen yang formatif dan holistik. Tujuannya bukan hanya untuk mengukur pencapaian siswa, tetapi lebih dari itu, untuk memahami proses belajar mereka, mengidentifikasi kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan, serta memberikan umpan balik yang konstruktif demi perkembangan mereka secara optimal.
Kurikulum Merdeka memandang asesmen sebagai bagian tak terpisahkan dari proses pembelajaran itu sendiri. Berikut adalah beberapa prinsip utama yang mendasarinya:
Mengimplementasikan prinsip-prinsip asesmen Kurikulum Merdeka di kelas 1 SD tentu memiliki tantangan tersendiri. Guru perlu melakukan penyesuaian dalam perencanaan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan cara memberikan umpan balik. Mengamati perkembangan setiap siswa secara individual membutuhkan waktu dan dedikasi.
Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat peluang besar untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif dan menyenangkan bagi anak. Asesmen yang lebih berorientasi pada proses memungkinkan guru untuk:
Berikut beberapa contoh asesmen otentik yang dapat diterapkan:
Guru dapat mengamati bagaimana siswa berinteraksi dengan teman sebaya saat bermain, bekerja sama dalam kelompok, atau menghadapi situasi tertentu. Penilaian dapat difokuskan pada kemampuan berbagi, empati, dan pemecahan masalah.
Misalnya, saat pembelajaran matematika, siswa diminta menunjukkan cara menghitung benda-benda di sekitar kelas. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa diminta menceritakan pengalaman pribadi dengan kalimat sederhana.
Mengumpulkan hasil karya siswa, seperti gambar, tulisan tangan, atau hasil proyek kecil, dapat menjadi bukti perkembangan mereka dari waktu ke waktu. Ini juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk merefleksikan karya mereka sendiri.
Guru dapat mengajukan pertanyaan terbuka yang mendorong siswa untuk berpikir, bukan hanya menjawab benar atau salah. Pertanyaan seperti "Mengapa kamu berpikir begitu?" atau "Bagaimana perasaanmu saat melakukan ini?" sangat efektif.
Asesmen Kurikulum Merdeka di kelas 1 SD merupakan investasi jangka panjang untuk masa depan pendidikan anak. Dengan bergeser dari fokus pada nilai menjadi fokus pada proses dan pengembangan diri, kita turut serta membangun generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter yang kuat, percaya diri, dan cinta belajar. Para pendidik perlu terus berinovasi dan berkolaborasi untuk memastikan bahwa setiap anak mendapatkan pengalaman belajar yang paling optimal sesuai dengan filosofi Kurikulum Merdeka.