Salah satu kekhawatiran terbesar bagi ibu menyusui adalah ketika mendapati bahwa produksi Air Susu Ibu (ASI) yang tadinya lancar tiba-tiba menurun drastis atau bahkan terasa seperti berhenti sama sekali. Perasaan panik dan cemas seringkali langsung menyelimuti. Penting untuk diingat bahwa situasi "ASI tiba-tiba tidak keluar" jarang sekali berarti produksi benar-benar hilang 100%, melainkan seringkali merupakan indikasi adanya hambatan atau perubahan dalam proses laktasi.
Produksi ASI adalah proses dinamis yang sangat dipengaruhi oleh permintaan (seberapa sering bayi menyusu) dan kondisi fisik serta psikologis ibu. Beberapa faktor utama yang bisa menyebabkan persepsi ASI berkurang secara mendadak meliputi:
Stres, kecemasan berlebihan (terutama saat menyadari ASI berkurang), kelelahan kronis, atau bahkan rasa sakit dapat memicu pelepasan hormon kortisol. Kortisol adalah hormon stres yang dapat menghambat kerja hormon oksitosin, yang berperan penting dalam refleks pengeluaran ASI (let-down reflex). Jika ibu cemas karena merasa ASI sedikit, kecemasan itu sendiri justru bisa memperburuk aliran ASI.
Kadang kala, masalahnya bukan pada kuantitas produksi, melainkan pada efektivitas pengeluaran ASI. Jika pelekatan (latch) bayi kurang sempurna atau bayi mulai kurang kuat menyusu (misalnya karena sudah mulai MPASI atau tumbuh gigi), stimulasi pada payudara menjadi berkurang. Ingatlah hukum utama ASI: supply and demand (produksi mengikuti permintaan).
Meskipun tubuh ibu menyusui sangat cerdas dalam memprioritaskan cairan untuk ASI, dehidrasi berat atau kekurangan kalori signifikan dapat memengaruhi volume ASI. Pastikan asupan cairan harian tercukupi, setidaknya 2-3 liter per hari.
Beberapa ibu mengalami penurunan sementara produksi ASI saat mereka sedang menstruasi. Perubahan hormonal selama siklus ini dapat membuat ASI terasa lebih encer atau volumenya sedikit menurun.
Beberapa jenis obat, seperti dekongestan tertentu (untuk flu) atau kontrasepsi hormonal tertentu, dapat memiliki efek samping mengurangi produksi ASI.
Ketika situasi ini terjadi, langkah pertama adalah menenangkan diri. Panik adalah musuh utama kelancaran ASI. Berikut adalah langkah-langkah praktis yang bisa segera diterapkan:
Kapan Harus Khawatir? Jika bayi Anda menunjukkan tanda-tanda dehidrasi (popok kering lebih dari 6 jam, urin gelap, lesu), atau jika penurunan ASI berlangsung lebih dari 48 jam meskipun sudah diatasi dengan stimulasi intensif, segera konsultasikan dengan konselor laktasi bersertifikat atau dokter anak Anda.
Persepsi ASI tidak keluar seringkali merupakan fase sementara. Dengan penanganan yang tepat dan pemahaman bahwa produksi ASI sangat responsif terhadap kebutuhan bayi, ibu bisa kembali percaya diri. Fokuskan energi pada penyusuan yang efektif dan menjaga keseimbangan emosional. Ingat, jarang sekali ASI benar-benar hilang; seringkali hanya perlu rangsangan yang tepat untuk mengembalikan alirannya.