Memahami Keagungan Allah Melalui Asmaul Husna 1-20
Asmaul Husna adalah nama-nama Allah yang indah dan baik, yang mencerminkan sifat-sifat-Nya yang sempurna. Mempelajari, memahami, dan merenungkan nama-nama ini adalah salah satu cara terbaik untuk mengenal Sang Pencipta. Ini bukan sekadar menghafal daftar nama, melainkan sebuah perjalanan spiritual untuk mendekatkan diri kepada-Nya, merasakan keagungan-Nya dalam setiap aspek kehidupan, dan meneladani sifat-sifat tersebut dalam batas kemampuan kita sebagai manusia. Dalam artikel ini, kita akan menyelami makna dari dua puluh nama pertama dalam Asmaul Husna, membuka tabir keindahan dan kedalaman yang terkandung di dalamnya.
1. الرحمن (Ar-Rahman) - Yang Maha Pengasih
Ar-Rahman berasal dari akar kata "rahmah" yang berarti kasih sayang yang mendalam dan melimpah. Sifat ini adalah sifat kasih sayang Allah yang bersifat universal, mencakup seluruh makhluk-Nya tanpa terkecuali. Kasih sayang Ar-Rahman diberikan kepada orang yang beriman maupun yang tidak beriman, kepada manusia, hewan, tumbuhan, dan seluruh alam semesta. Matahari yang terbit setiap pagi, udara yang kita hirup tanpa biaya, hujan yang menyuburkan tanah, dan rezeki yang tersebar di muka bumi adalah manifestasi nyata dari sifat Ar-Rahman.
Kasih sayang-Nya dalam konteks ini tidak bergantung pada ketaatan atau amal perbuatan makhluk. Ini adalah rahmat dasar yang memungkinkan kehidupan itu sendiri ada dan berkelanjutan. Ketika kita merenungkan nama Ar-Rahman, kita diajak untuk menyadari betapa luasnya karunia Allah yang seringkali kita anggap remeh. Ini mengajarkan kita untuk bersyukur atas hal-hal mendasar yang menopang hidup kita. Meneladani sifat Ar-Rahman berarti belajar untuk berbuat baik dan menebar kasih sayang kepada semua makhluk tanpa memandang latar belakang, suku, agama, atau status sosial mereka, sebagaimana Allah memberikan rahmat-Nya kepada semua.
2. الرحيم (Ar-Rahim) - Yang Maha Penyayang
Meskipun berasal dari akar kata yang sama dengan Ar-Rahman, yaitu "rahmah," nama Ar-Rahim memiliki makna yang lebih spesifik dan khusus. Ar-Rahim adalah sifat kasih sayang Allah yang diberikan secara khusus kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan taat. Jika Ar-Rahman adalah rahmat di dunia yang bersifat umum, maka Ar-Rahim adalah rahmat yang lebih intens, terutama yang akan dirasakan di akhirat kelak sebagai balasan atas keimanan dan amal saleh.
Rahmat Ar-Rahim ini berbentuk hidayah, taufik untuk berbuat kebaikan, ampunan atas dosa-dosa, ketenangan jiwa, dan puncaknya adalah surga. Penyebutan Ar-Rahman dan Ar-Rahim secara berurutan dalam Basmalah (Bismillahirrahmanirrahim) menunjukkan keseimbangan sempurna: rahmat-Nya yang luas bagi semua di dunia (Ar-Rahman), dan rahmat-Nya yang istimewa bagi kaum beriman di dunia dan akhirat (Ar-Rahim). Merenungkan nama Ar-Rahim memotivasi kita untuk terus berusaha menjadi hamba yang layak menerima kasih sayang khusus ini melalui ketaatan, doa, dan pertaubatan.
3. الملك (Al-Malik) - Yang Maha Merajai
Al-Malik berarti Raja atau Penguasa yang memiliki kekuasaan mutlak dan absolut atas segala sesuatu. Kerajaan-Nya mencakup langit, bumi, dan segala isinya. Kekuasaan-Nya tidak terbatas oleh waktu, ruang, atau kekuatan apa pun. Berbeda dengan raja-raja di dunia yang kekuasaannya terbatas, fana, dan seringkali diwarnai kelemahan atau ketidakadilan, kekuasaan Allah adalah sempurna, abadi, dan penuh dengan keadilan.
Allah mengatur kerajaan-Nya dengan hikmah yang sempurna. Dia menciptakan, mematikan, memberi rezeki, mengangkat dan merendahkan derajat siapa pun yang Dia kehendaki tanpa ada yang bisa menghalangi atau mempertanyakan keputusan-Nya. Memahami nama Al-Malik menumbuhkan rasa rendah diri dan ketundukan di dalam hati. Kita menyadari bahwa kita hanyalah hamba di dalam kerajaan-Nya yang Maha Luas. Kesadaran ini membebaskan kita dari penghambaan kepada sesama makhluk, baik itu kepada harta, jabatan, maupun manusia lain, karena kita tahu bahwa hanya ada satu Raja sejati, yaitu Allah SWT.
4. القدوس (Al-Quddus) - Yang Maha Suci
Al-Quddus berasal dari kata "quds" yang berarti kesucian. Nama ini menegaskan bahwa Allah Maha Suci dari segala bentuk kekurangan, cela, aib, dan segala sifat yang tidak pantas bagi keagungan-Nya. Dia suci dari sifat-sifat makhluk seperti lelah, tidur, lupa, atau membutuhkan sesuatu. Kesucian-Nya adalah absolut dan sempurna, baik dalam Dzat, sifat, maupun perbuatan-Nya.
Segala sesuatu yang dinisbahkan kepada-Nya menjadi suci, seperti Ruhul Qudus (Jibril) dan Al-Ardhul Muqaddasah (Tanah yang Disucikan). Merenungkan nama Al-Quddus membersihkan pikiran dan hati kita dari gambaran-gambaran yang salah tentang Allah. Ini mengajarkan kita untuk mensucikan Allah dari perumpamaan atau perbandingan dengan makhluk-Nya. Dalam kehidupan sehari-hari, meneladani sifat ini berarti kita berusaha untuk menyucikan jiwa kita dari sifat-sifat tercela seperti iri, dengki, sombong, dan riya, serta menjaga lisan dan perbuatan dari hal-hal yang kotor dan sia-sia, dalam rangka mendekatkan diri kepada Dzat Yang Maha Suci.
5. السلام (As-Salam) - Yang Maha Memberi Kedamaian
As-Salam berarti sumber segala kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan. Nama ini memiliki dua makna utama. Pertama, Allah terbebas dari segala aib dan kekurangan, sehingga Dzat-Nya penuh dengan kesempurnaan dan kedamaian. Kedua, Dia adalah sumber kedamaian dan keselamatan bagi seluruh makhluk-Nya. Setiap rasa aman, ketenangan batin, dan keselamatan dari bahaya berasal dari-Nya.
Surga disebut sebagai "Darussalam" (Negeri Kedamaian) karena di sanalah kedamaian abadi yang sesungguhnya berada, yang bersumber dari As-Salam. Mengimani nama As-Salam menuntun kita untuk mencari ketenangan sejati hanya kepada-Nya. Di tengah hiruk pikuk dan kecemasan dunia, mengingat As-Salam dapat menentramkan hati yang gelisah. Meneladani sifat ini mendorong kita untuk menjadi agen-agen perdamaian. Kita diajarkan untuk menebarkan salam (kedamaian), menghindari konflik, menciptakan lingkungan yang aman dan harmonis, serta menjadi sumber ketenangan bagi orang-orang di sekitar kita.
6. المؤمن (Al-Mu'min) - Yang Maha Memberi Keamanan
Al-Mu'min memiliki makna yang kaya. Secara harfiah, artinya adalah Yang Maha Memberi Rasa Aman dan Yang Maha Membenarkan. Sebagai Pemberi Rasa Aman, Allah adalah Dzat yang melindungi hamba-hamba-Nya dari segala ketakutan dan bahaya, baik di dunia maupun di akhirat. Dialah yang menenangkan hati dari kecemasan akan masa depan, rezeki, dan marabahaya. Keamanan sejati hanya datang dari perlindungan-Nya.
Sebagai Yang Maha Membenarkan, Allah adalah Dzat yang membenarkan janji-janji-Nya kepada para nabi dan rasul serta orang-orang beriman. Dia membuktikan kebenaran firman-Nya dengan mukjizat dan bukti-bukti nyata di alam semesta. Dia juga yang akan membenarkan keimanan hamba-Nya di hari kiamat dengan memberikan pahala. Merenungkan nama Al-Mu'min membangun rasa percaya dan tawakal yang kokoh. Kita merasa aman karena berada dalam penjagaan-Nya dan yakin bahwa janji-janji-Nya adalah benar. Ini mendorong kita untuk hidup jujur dan dapat dipercaya, sehingga kita bisa menjadi sumber rasa aman bagi orang lain, sebagaimana Allah adalah Al-Mu'min bagi kita.
7. المهيمن (Al-Muhaimin) - Yang Maha Memelihara
Al-Muhaimin berarti Yang Maha Memelihara, Mengawasi, dan Menjaga segala sesuatu. Pengawasan Allah bersifat total dan komprehensif, meliputi setiap detail perbuatan, ucapan, bahkan niat yang tersembunyi di dalam hati. Tidak ada satu pun daun yang gugur atau biji yang tumbuh di kegelapan bumi yang luput dari pengawasan-Nya. Dia adalah saksi atas segala sesuatu.
Selain mengawasi, Al-Muhaimin juga berarti memelihara dan menjamin keberlangsungan ciptaan-Nya. Dia menjaga langit agar tidak runtuh, mengatur peredaran planet, dan memelihara rezeki setiap makhluk. Memahami nama Al-Muhaimin melahirkan kesadaran mendalam akan pengawasan Allah (muraqabah). Kesadaran ini menjadi rem yang kuat dari perbuatan maksiat, bahkan ketika tidak ada seorang pun yang melihat. Kita menjadi lebih berhati-hati dalam setiap tindakan dan ucapan. Di sisi lain, ini juga memberikan ketenangan karena kita tahu bahwa hidup kita, urusan kita, dan nasib kita berada dalam pemeliharaan Dzat yang tidak pernah lalai dan tidak pernah tidur.
8. العزيز (Al-'Aziz) - Yang Maha Perkasa
Al-'Aziz berasal dari kata "izzah" yang berarti kekuatan, kemuliaan, dan keperkasaan yang tak terkalahkan. Allah adalah Al-'Aziz, Dzat yang Maha Perkasa yang tidak dapat dikalahkan oleh kekuatan apa pun. Keperkasaan-Nya mutlak, tidak ada yang dapat menandingi atau melemahkan-Nya. Siapa pun yang Dia kehendaki untuk dimuliakan, tidak ada yang bisa menghinakannya. Sebaliknya, siapa pun yang Dia hinakan, tidak ada yang bisa memuliakannya.
Namun, keperkasaan Al-'Aziz tidak diiringi dengan kezaliman. Keperkasaan-Nya selalu berjalan seiring dengan hikmah (Al-Hakim) dan kasih sayang (Ar-Rahim). Dia menggunakan keperkasaan-Nya untuk melindungi orang-orang beriman dan menegakkan kebenaran. Mengimani nama Al-'Aziz menumbuhkan keberanian dan menghilangkan rasa takut kepada selain Allah. Kita tidak akan tunduk pada tekanan makhluk yang zalim karena kita berlindung kepada Yang Maha Perkasa. Ini juga mengajarkan kita untuk mencari kemuliaan ('izzah) sejati bukan dari harta atau jabatan, tetapi dengan cara taat kepada Al-'Aziz, karena sumber segala kemuliaan hanyalah Dia.
9. الجبار (Al-Jabbar) - Yang Memiliki Mutlak Kegagahan
Al-Jabbar memiliki tiga makna utama yang saling melengkapi. Pertama, Dia adalah Yang Maha Memaksa, di mana kehendak-Nya pasti terlaksana dan tidak ada yang bisa menolaknya. Semua makhluk tunduk dan patuh di bawah kehendak-Nya. Kedua, Dia adalah Yang Maha Tinggi dan Agung, yang tidak terjangkau oleh siapa pun. Ketiga, dan ini adalah makna yang paling menenangkan, Dia adalah Yang Maha Memperbaiki dan Menyempurnakan. "Jabar" juga berarti memperbaiki sesuatu yang rusak atau patah.
Allah Al-Jabbar adalah Dzat yang "memperbaiki" keadaan hamba-Nya yang sedang kesulitan, menyembuhkan hati yang terluka, menolong yang lemah, dan mencukupi yang kekurangan. Dia memperbaiki tulang yang patah dan hati yang hancur. Merenungkan sisi keperkasaan Al-Jabbar membuat kita tunduk dan patuh. Sementara itu, merenungkan sisi "perbaikan"-Nya membuat kita berlari kepada-Nya di saat kita merasa hancur dan butuh pertolongan. Kita berdoa, "Ya Jabbar, perbaikilah urusanku," dengan keyakinan bahwa hanya Dia yang mampu memulihkan segala kerusakan dalam hidup kita.
10. المتكبر (Al-Mutakabbir) - Yang Maha Megah
Al-Mutakabbir berarti Yang Memiliki Segala Kebesaran dan Keagungan. Kesombongan (takabbur) adalah sifat yang sangat tercela bagi makhluk, tetapi merupakan sifat kesempurnaan bagi Allah. Mengapa? Karena hanya Dialah yang benar-benar memiliki segala kebesaran. Kebesaran-Nya adalah hakiki, bukan klaim kosong. Makhluk menjadi sombong ketika mereka merasa memiliki sesuatu yang sebenarnya bukan miliknya, padahal semua itu hanyalah titipan dari Allah.
Allah Al-Mutakabbir adalah Dzat yang jauh lebih besar dari apa pun yang bisa dibayangkan oleh akal manusia. Dia menunjukkan kebesaran-Nya melalui ciptaan-Nya yang megah: galaksi yang tak terhitung jumlahnya, lautan yang dalam, dan gunung-gunung yang kokoh. Memahami nama ini menghancurkan sifat sombong di dalam diri kita. Kita sadar bahwa tidak ada secuil pun alasan bagi kita untuk berbangga diri, karena segala kehebatan yang kita miliki adalah pemberian dari-Nya. Kesadaran ini melahirkan kerendahan hati (tawadhu') yang tulus di hadapan Allah dan di hadapan sesama manusia.
11. الخالق (Al-Khaliq) - Yang Maha Pencipta
Al-Khaliq adalah Sang Pencipta yang menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan (ex nihilo). Dia adalah inisiator pertama dari semua eksistensi. Sebelum ciptaan-Nya, tidak ada apa-apa selain Dzat-Nya. Proses penciptaan-Nya tidak memerlukan bahan baku, model, atau bantuan dari siapa pun. Cukup dengan kehendak-Nya ("Kun Fayakun" - Jadilah, maka terjadilah), sesuatu yang tidak ada menjadi ada.
Nama Al-Khaliq menekankan pada aspek penciptaan awal dari ketiadaan. Setiap atom, sel, planet, dan galaksi adalah bukti nyata dari kekuasaan-Nya sebagai Al-Khaliq. Merenungkan nama ini membawa kita pada pengakuan mutlak akan asal-usul kita. Kita ada bukan karena kebetulan, melainkan karena diciptakan oleh Sang Pencipta yang Maha Kuasa. Pengakuan ini adalah fondasi dari seluruh ibadah dan ketundukan. Ini memotivasi kita untuk mengagumi keindahan dan kompleksitas ciptaan-Nya, yang pada gilirannya akan meningkatkan keimanan kita kepada Sang Pencipta.
12. البارئ (Al-Bari') - Yang Maha Melepaskan
Al-Bari' adalah tahap selanjutnya setelah Al-Khaliq. Jika Al-Khaliq adalah yang mengadakan sesuatu dari ketiadaan, maka Al-Bari' adalah yang membentuk dan menyusun ciptaan tersebut dengan proporsi yang sempurna dan harmonis, tanpa cacat. Dia adalah "Sang Insinyur" yang merancang setiap ciptaan dengan presisi luar biasa. Dia menciptakan manusia bukan sekadar gumpalan daging, tetapi membentuknya dengan organ-organ yang berfungsi secara sinergis, sistem yang kompleks, dan bentuk yang seimbang.
Nama Al-Bari' menekankan pada proses pembentukan yang bebas dari segala ketidaksesuaian atau cacat. Setiap makhluk diciptakan sesuai dengan fungsinya masing-masing dalam ekosistem yang besar. Tidak ada yang sia-sia dalam ciptaan-Nya. Mengimani nama Al-Bari' menumbuhkan rasa takjub atas kesempurnaan desain alam semesta. Kita belajar untuk menghargai setiap makhluk dan menyadari bahwa ada kebijaksanaan di balik setiap ciptaan, bahkan pada hal yang kita anggap kecil atau tidak penting. Ini juga mengajarkan kita untuk berusaha melakukan pekerjaan kita dengan sebaik-baiknya (itqan), meneladani kesempurnaan dalam ciptaan-Nya.
13. المصور (Al-Mushawwir) - Yang Maha Membentuk Rupa
Al-Mushawwir adalah tahap akhir dalam trilogi penciptaan (Al-Khaliq, Al-Bari', Al-Mushawwir). Setelah menciptakan dari ketiadaan (Al-Khaliq) dan membentuknya dengan harmonis (Al-Bari'), Allah memberikan rupa atau bentuk (shurah) yang spesifik dan unik kepada setiap makhluk-Nya. Dialah Sang Seniman Agung yang melukis wajah setiap manusia dengan ciri khas yang berbeda-beda. Dari miliaran manusia yang pernah hidup, tidak ada dua orang yang memiliki sidik jari yang sama persis.
Al-Mushawwir memberikan warna, bentuk, dan fitur yang membedakan satu makhluk dengan makhluk lainnya. Keanekaragaman rupa di alam semesta, mulai dari corak sayap kupu-kupu hingga bentuk galaksi, adalah karya seni dari Al-Mushawwir. Merenungkan nama ini menumbuhkan rasa syukur atas rupa yang telah Allah berikan kepada kita. Ini mengajarkan kita untuk tidak mencela ciptaan-Nya, baik pada diri sendiri maupun orang lain, karena setiap rupa adalah hasil karya Sang Maha Pembentuk Rupa yang sempurna. Kita diajak untuk melihat keindahan di balik keragaman dan menghargai keunikan setiap individu.
14. الغفار (Al-Ghaffar) - Yang Maha Pengampun
Al-Ghaffar berasal dari kata "ghafara" yang berarti menutupi. Nama ini menunjukkan bahwa Allah adalah Dzat yang senantiasa menutupi dosa-dosa dan kesalahan hamba-Nya. Pengampunan-Nya tidak hanya sekali, tetapi berulang kali. Pola kata "Ghaffar" dalam bahasa Arab menunjukkan intensitas dan keberulangan. Artinya, tidak peduli seberapa sering seorang hamba jatuh dalam dosa, selama ia kembali dengan taubat yang tulus, pintu ampunan Al-Ghaffar selalu terbuka lebar.
Dia menutupi dosa hamba-Nya di dunia (dengan tidak membongkar aibnya di hadapan orang lain) dan akan menutupinya di akhirat (dengan tidak menghisabnya di hadapan seluruh makhluk). Mengimani nama Al-Ghaffar memberikan harapan yang luar biasa. Ini menghapus keputusasaan dari hati seorang pendosa. Nama ini memotivasi kita untuk tidak pernah menyerah dalam bertaubat dan senantiasa optimis terhadap rahmat dan ampunan-Nya. Meneladani sifat ini berarti kita belajar untuk mudah memaafkan kesalahan orang lain, menutupi aib mereka, dan tidak mengungkit-ungkit kesalahan masa lalu mereka.
15. القهار (Al-Qahhar) - Yang Maha Menundukkan
Al-Qahhar adalah bentuk superlatif dari Al-Qahir (Yang Menundukkan). Ini berarti Allah adalah Dzat yang menundukkan segala sesuatu dengan kekuasaan dan keperkasaan-Nya yang mutlak. Tidak ada satu pun makhluk di langit maupun di bumi yang mampu melawan atau menentang kehendak-Nya. Semua tunduk di bawah kekuasaan-Nya, baik secara sukarela (seperti orang beriman) maupun terpaksa (seperti hukum alam yang berlaku bagi semua).
Para tiran dan penguasa yang sombong sekalipun pada akhirnya akan ditundukkan oleh kekuatan Al-Qahhar melalui kematian. Kematian adalah bukti terbesar dari sifat Al-Qahhar, di mana tidak ada seorang pun, sekaya atau sekuat apa pun dia, yang bisa menghindarinya. Merenungkan nama Al-Qahhar melenyapkan kesombongan dan keangkuhan. Ini mengingatkan kita bahwa kekuatan kita sangat terbatas dan pada akhirnya kita akan kembali kepada-Nya dalam keadaan tunduk. Keyakinan ini juga memberikan kekuatan saat berhadapan dengan kezaliman, karena kita tahu bahwa kekuatan zalim sebesar apa pun pada akhirnya akan ditaklukkan oleh Dzat Yang Maha Menundukkan.
16. الوهاب (Al-Wahhab) - Yang Maha Pemberi Karunia
Al-Wahhab berasal dari kata "hibah" yang berarti pemberian tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Allah adalah Al-Wahhab, Dzat yang senantiasa melimpahkan karunia dan nikmat kepada hamba-hamba-Nya secara cuma-cuma, tanpa pamrih, dan tanpa diminta sekalipun. Pemberian-Nya tidak pernah berkurang dan tidak terbatas. Dia memberikan nikmat kehidupan, kesehatan, keluarga, ilmu, dan hidayah.
Pemberian Al-Wahhab bersifat terus-menerus dan meliputi segala aspek, baik materi maupun non-materi. Doa Nabi Sulaiman, "...dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun setelahku," dijawab oleh Allah karena Dia adalah Al-Wahhab. Mengimani nama ini mengajarkan kita untuk hanya meminta dan berharap kepada-Nya, karena Dia adalah sumber segala pemberian. Ini juga mendorong kita untuk menjadi pribadi yang dermawan, suka memberi kepada sesama tanpa mengharapkan balasan dari mereka, meneladani kemurahan Dzat Yang Maha Pemberi Karunia.
17. الرزاق (Ar-Razzaq) - Yang Maha Pemberi Rezeki
Ar-Razzaq adalah Dzat yang menjamin dan memberikan rezeki kepada seluruh makhluk-Nya. Rezeki (rizq) tidak terbatas pada makanan dan minuman atau harta benda saja. Rezeki mencakup segala sesuatu yang bermanfaat bagi makhluk, termasuk kesehatan, ilmu pengetahuan, ketenangan jiwa, teman yang baik, iman, dan kesempatan untuk beribadah. Ar-Razzaq adalah bentuk superlatif yang menunjukkan bahwa Allah memberikan rezeki secara berlimpah dan terus-menerus.
Dia menjamin rezeki bagi seekor cacing di dalam tanah, ikan di dasar lautan, dan burung yang terbang di angkasa. Keyakinan kepada Ar-Razzaq membebaskan hati dari kekhawatiran yang berlebihan terhadap urusan duniawi. Ini menuntun kita untuk berusaha (ikhtiar) dengan cara yang halal dan kemudian menyerahkan hasilnya (tawakal) kepada-Nya. Kita yakin bahwa rezeki kita telah dijamin dan tidak akan tertukar. Kesadaran ini mencegah kita dari mencari rezeki dengan cara yang haram, karena kita tahu bahwa Ar-Razzaq akan memberikannya melalui jalan yang berkah.
18. الفتاح (Al-Fattah) - Yang Maha Pembuka Rahmat
Al-Fattah berasal dari kata "fataha" yang berarti membuka. Allah adalah Sang Maha Pembuka. Dia membuka segala sesuatu yang tertutup. Dia membuka pintu-pintu rahmat, rezeki, dan ampunan yang tidak dapat ditutup oleh siapa pun. Sebaliknya, jika Dia menutupnya, tidak ada yang mampu membukanya. Dia juga Al-Fattah dalam arti Pemberi Keputusan atau Hakim, yang memutuskan perkara di antara hamba-hamba-Nya dengan seadil-adilnya.
Ketika kita merasa buntu, menghadapi masalah yang sulit, atau merasa semua pintu seolah tertutup, kita berpaling kepada Al-Fattah. Dialah yang membuka jalan keluar dari kesulitan, memberikan solusi atas permasalahan, dan melapangkan dada yang sempit. Mengimani nama ini menanamkan optimisme dalam jiwa. Tidak ada kata putus asa bagi orang yang meyakini Al-Fattah. Kita terus berdoa dan berusaha, yakin bahwa pada saat yang tepat, Dia akan membuka pintu kebaikan bagi kita. Ini juga mengajarkan kita untuk tidak menjadi penghalang kebaikan bagi orang lain, melainkan menjadi "pembuka" pintu kesempatan dan pertolongan bagi sesama.
19. العليم (Al-'Alim) - Yang Maha Mengetahui
Al-'Alim adalah Dzat yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, tanpa batas. Pengetahuan-Nya sempurna, tidak didahului oleh kebodohan dan tidak akan diakhiri oleh kelupaan. Dia mengetahui apa yang telah terjadi, apa yang sedang terjadi, dan apa yang akan terjadi. Ilmu-Nya mencakup yang tampak (zahir) dan yang tersembunyi (batin), yang besar maupun yang kecil, bahkan isi hati dan pikiran setiap makhluk.
Tidak ada satu pun rahasia di alam semesta ini yang tersembunyi dari-Nya. "Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri..." (QS. Al-An'am: 59). Merenungkan nama Al-'Alim melahirkan rasa takut (khasyyah) dan pengawasan diri (muraqabah) yang mendalam. Kita menjadi sadar bahwa setiap niat dan perbuatan kita diketahui oleh-Nya. Kesadaran ini mendorong kita untuk ikhlas dalam beramal dan menjauhi kemunafikan. Di sisi lain, ini memberikan ketenangan karena kita tahu bahwa kebaikan yang kita lakukan, bahkan yang tidak dilihat manusia, semuanya tercatat dalam ilmu Allah Yang Maha Mengetahui.
20. القابض (Al-Qabidh) - Yang Maha Menyempitkan
Al-Qabidh berasal dari kata "qabdha" yang berarti menggenggam atau menahan. Allah adalah Dzat yang menyempitkan atau menahan rezeki, rahmat, atau bahkan ruh (nyawa) dari siapa pun yang Dia kehendaki sesuai dengan hikmah-Nya. Ketika Allah menjadi Al-Qabidh, Dia bisa menyempitkan rezeki seseorang sebagai ujian, menyempitkan hati seseorang karena kemaksiatannya, atau mengambil kembali nyawa pada saat ajal tiba.
Sifat ini tidak boleh dipandang secara negatif, karena penyempitan dari Allah selalu mengandung kebijaksanaan yang agung. Bisa jadi, penyempitan rezeki adalah untuk melindungi seseorang dari kesombongan dan kezaliman. Bisa jadi, kesempitan hati adalah teguran agar ia kembali kepada-Nya. Nama Al-Qabidh selalu berpasangan dengan nama berikutnya, Al-Basith (Yang Maha Melapangkan), untuk menunjukkan keseimbangan sempurna. Memahami Al-Qabidh mengajarkan kita untuk bersabar dan berprasangka baik kepada Allah saat menghadapi kesulitan atau kesempitan. Kita yakin bahwa di balik setiap genggaman-Nya, ada hikmah dan rencana terbaik untuk kita.