Representasi visual kekayaan dan keunikan bahasa daerah sebagai warisan.
Setiap orang memiliki cerita asal-usulnya, dan bagi saya, cerita itu terjalin erat dengan bahasa daerah asal ayahku. Ia bukan sekadar alat komunikasi biasa, melainkan sebuah jembatan yang menghubungkan saya dengan akar keluarga, tradisi, dan identitas yang membentuk diri saya hingga kini. Ayah saya berasal dari sebuah daerah yang kaya akan kebudayaan, dan bahasa daerahnya adalah salah satu permata paling berharga yang diwariskan kepadanya, dan kemudian kepada saya.
Mengingat kembali masa kecil, saya sering mendengar ayah bercakap-cakap dengan kerabat atau tetangganya menggunakan bahasa daerah tersebut. Pada awalnya, itu hanyalah suara-suara asing yang terdengar merdu namun tidak sepenuhnya saya pahami. Namun, seiring waktu, kata-kata itu mulai meresap, membentuk kepingan-kepingan memori dan rasa memiliki. Kata-kata seperti "Sugeng enjing" (selamat pagi) atau "Maturnuwun" (terima kasih) menjadi sapaan akrab yang mengingatkan saya akan kehangatan keluarga besar kami.
Lebih dari sekadar pengucapan kata, bahasa daerah ayahku menyimpan kekayaan makna yang mendalam. Setiap frasa, setiap idiom, sering kali mencerminkan cara pandang hidup, nilai-nilai luhur, dan kearifan lokal yang telah diwariskan turun-temurun. Ada ungkapan-ungkapan yang mengajarkan pentingnya kerendahan hati, menghormati orang tua, atau bahkan cara menghadapi kesulitan hidup dengan sabar. Kata-kata itu bukan hanya sekadar pesan, melainkan sebuah filosofi yang tertanam dalam jiwa.
Ketika ayah bercerita tentang masa lalunya, menggunakan bahasa daerahnya menambahkan dimensi emosional yang kuat. Cerita tentang masa kecilnya, perjuangannya, atau bahkan lelucon sederhana, terasa lebih otentik dan menyentuh hati. Saya bisa merasakan kebanggaan dan cinta yang terpancar dari setiap ucapan beliau. Itulah sebabnya, meskipun bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan dan bahasa utama yang kami gunakan sehari-hari, sentuhan bahasa daerah ayahku selalu memberikan nuansa tersendiri, sentuhan yang personal dan penuh makna.
Seringkali, ketika kami berkumpul dengan keluarga besar, suasana menjadi lebih hidup ketika percakapan beralih ke bahasa daerah. Tawa riang, canda gurau, dan keakraban terpancar lebih kuat. Di momen-momen seperti itulah saya menyadari betapa pentingnya bahasa daerah asal ayahku ini. Ia adalah perekat sosial yang mengikat kami, menghadirkan rasa kebersamaan yang sulit didapatkan jika hanya menggunakan bahasa formal.
Namun, realitas saat ini menunjukkan adanya tantangan dalam melestarikan bahasa daerah. Seiring dengan arus globalisasi dan dominasi bahasa-bahasa besar, banyak generasi muda yang semakin kurang fasih, bahkan tidak lagi mengenal, bahasa daerah leluhur mereka. Fenomena ini tentu saja juga menghantui bahasa daerah asal ayahku. Kesibukan hidup, pendidikan yang mayoritas menggunakan bahasa Indonesia, serta kurangnya kesempatan untuk mempraktikkan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari, menjadi beberapa faktor yang berkontribusi terhadap hal ini.
Saya sendiri merasakan perjuangan dalam mempertahankan kefasihan berbahasa daerah ayahku. Ada kalanya saya harus meminta beliau mengulang kata atau menjelaskan arti dari sebuah ungkapan. Namun, justru dalam perjuangan inilah letak keindahan dan tantangannya. Ini adalah upaya untuk tetap terhubung dengan akar, untuk tidak membiarkan warisan berharga ini perlahan memudar. Saya berusaha untuk terus belajar, membaca kamus, dan bertanya kepada beliau kapan pun ada kesempatan.
Melestarikan bahasa daerah bukan hanya tugas individu, tetapi juga tanggung jawab kolektif. Perlu adanya dukungan dari berbagai pihak, termasuk keluarga, institusi pendidikan, dan pemerintah, untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi penggunaan dan pembelajaran bahasa daerah. Program-program edukasi, festival budaya, atau bahkan penggunaan bahasa daerah dalam media lokal, dapat menjadi sarana yang efektif.
Bagi saya, bahasa daerah asal ayahku adalah cerminan identitas, pengingat akan asal-usul, dan sumber kebanggaan. Ia adalah warisan yang tak ternilai harganya, yang harus dijaga dan dilestarikan agar tetap hidup dan relevan bagi generasi mendatang. Melalui artikel ini, saya ingin berbagi betapa berharganya sebuah bahasa daerah bagi sebuah keluarga, dan betapa pentingnya kita untuk merawat kekayaan linguistik yang dimiliki bangsa kita.