Menguasai Penggunaan "di": Imbuhan dan Kata Depan
Ilustrasi visual yang membedakan fungsi "di" sebagai penunjuk lokasi dan "di-" sebagai pembentuk kata kerja.
Dalam tata bahasa Indonesia, salah satu kebingungan yang paling sering dialami oleh penulis, pelajar, bahkan penutur asli sekalipun adalah penggunaan kata "di". Kapan "di" harus ditulis terpisah, dan kapan harus disambung dengan kata yang mengikutinya? Kesalahan ini tampak sepele, namun dapat mengubah makna kalimat secara drastis dan menunjukkan tingkat pemahaman seseorang terhadap kaidah kebahasaan.
Artikel ini akan menjadi panduan komprehensif untuk Anda. Kita akan mengupas tuntas dua "wajah" dari "di": sebagai kata depan (preposisi) dan sebagai imbuhan (prefiks). Dengan memahami fungsi, ciri-ciri, dan aturan penulisannya, Anda akan dapat menggunakan "di" dengan tepat, akurat, dan penuh percaya diri dalam setiap tulisan Anda.
Bab 1: Mengenal Dua Sisi "di" - Kata Depan vs. Imbuhan
Secara fundamental, "di" memiliki dua fungsi yang sangat berbeda. Memahami perbedaan mendasar ini adalah kunci untuk menghindari kesalahan penulisan. Mari kita bedah satu per satu.
1. "Di" sebagai Kata Depan (Preposisi)
Fungsi utama "di" sebagai kata depan adalah untuk menandai atau menunjukkan tempat, lokasi, posisi, atau waktu. Karena fungsinya sebagai penanda yang berdiri sendiri, penulisannya harus dipisah dari kata yang mengikutinya. Anggaplah "di" ini seperti label atau pin yang Anda letakkan di peta untuk menandai sebuah lokasi.
- Aturan Emas: Jika "di" menunjukkan lokasi atau tempat, PISAHKAN penulisannya.
- Kata yang Mengikuti: Umumnya adalah kata benda (nomina) yang merujuk pada tempat, nama geografi, atau keterangan posisi.
Contoh sederhana:
Ibu memasak di dapur. (Bukan didapur)
Mereka bermain sepak bola di lapangan. (Bukan dilapangan)
Buku itu terletak di atas meja. (Bukan diatas)
2. "Di-" sebagai Imbuhan (Prefiks)
Ketika berfungsi sebagai imbuhan, "di-" memiliki peran yang sama sekali berbeda. Ia tidak lagi berhubungan dengan lokasi. Fungsi utama imbuhan "di-" adalah untuk membentuk kata kerja pasif. Imbuhan ini mengubah kata kerja aktif (yang biasanya berawalan me-) menjadi bentuk pasif. Karena merupakan bagian tak terpisahkan dari kata kerja yang dibentuknya, penulisannya harus disambung.
- Aturan Emas: Jika "di-" mengubah kata kerja menjadi bentuk pasif, SAMBUNG penulisannya.
- Kata yang Mengikuti: Selalu kata kerja dasar (verba).
Perhatikan transformasi dari aktif ke pasif berikut ini:
Aktif: Kucing memakan ikan.
Pasif: Ikan dimakan kucing.Aktif: Penulis menulis novel.
Pasif: Novel ditulis oleh penulis itu.
Dalam contoh di atas, dimakan dan ditulis adalah kata kerja pasif yang utuh. "di-" tidak bisa dipisahkan dari "makan" atau "tulis" karena mereka membentuk satu kesatuan makna sebagai sebuah kata kerja.
Bab 2: Kupas Tuntas "Di" sebagai Kata Depan
Sekarang mari kita menyelam lebih dalam ke dunia "di" sebagai kata depan. Seperti yang telah dijelaskan, kata depan "di" selalu berkaitan dengan konsep lokasi dalam arti luas. Penulisannya yang terpisah menjadi ciri khas utamanya.
Menunjukkan Tempat atau Lokasi Fisik
Ini adalah penggunaan yang paling umum dan mudah diidentifikasi. "Di" digunakan untuk menunjuk keberadaan seseorang atau sesuatu di sebuah lokasi konkret.
- Dia sedang menunggu di halte bus.
- Kami sekeluarga berlibur di Bali.
- Anak-anak belajar di sekolah setiap hari.
- Ayah menyimpan perkakas di gudang belakang rumah.
- Saya membeli sayuran segar di pasar tradisional.
- Para mahasiswa berdiskusi di perpustakaan hingga sore.
- Pesawat itu mendarat dengan mulus di bandara internasional.
Menunjukkan Posisi atau Letak
Selain lokasi umum, "di" juga digunakan untuk menjelaskan posisi spesifik suatu benda terhadap benda lain. Biasanya diikuti oleh kata keterangan seperti atas, bawah, dalam, luar, samping, antara, dan sebagainya.
- Kacamata nenek ada di atas nakas.
- Kucing itu bersembunyi di bawah mobil.
- Letakkan semua mainanmu di dalam kotak itu.
- Jangan bermain di luar rumah saat hujan deras.
- Rumahnya terletak di antara toko roti dan apotek.
- Dia duduk di samping jendela sambil melamun.
- Ada sebuah catatan kecil terselip di sela-sela halaman buku.
Sangat penting untuk diingat, bahkan ketika digabungkan dengan kata keterangan posisi seperti 'atas' atau 'dalam', 'di' tetap ditulis terpisah. Kesalahan umum seperti diatas, didalam, atau disamping harus dihindari dalam penulisan formal.
Menunjukkan Waktu
Meskipun lebih sering menggunakan kata depan 'pada', dalam beberapa konteks, terutama dalam karya sastra atau gaya bahasa tertentu, 'di' dapat digunakan untuk menunjukkan keterangan waktu.
- Di malam yang sunyi, ia merenungkan nasibnya.
- Semua kenangan itu terjadi di masa lalu.
- Mereka berjanji untuk bertemu kembali di hari kemenangan.
Menunjukkan Ranah Abstrak atau Konseptual
"Di" tidak hanya terbatas pada lokasi fisik. Ia juga bisa merujuk pada suatu keadaan, situasi, atau ranah yang tidak berwujud.
- Keputusan itu diambil di tengah situasi yang sulit.
- Dia adalah seorang ahli di bidang bioteknologi.
- Semua informasi tersimpan aman di dalam benaknya.
- Di satu sisi, usulannya masuk akal, namun di sisi lain, risikonya terlalu besar.
Kesalahan Umum yang Harus Dihindari
Berikut adalah rekapitulasi kesalahan penulisan kata depan "di" yang sering terjadi beserta bentuk yang benar.
- Salah:
dirumah→ Benar: di rumah - Salah:
dikantor→ Benar: di kantor - Salah:
disana→ Benar: di sana - Salah:
dimana→ Benar: di mana (sebagai kata tanya) - Salah:
diatas→ Benar: di atas - Salah:
diseluruh→ Benar: di seluruh
Bab 3: Menggali Lebih Dalam Imbuhan "di-"
Sekarang kita beralih ke "di-" sebagai imbuhan pembentuk kata kerja pasif. Perannya adalah mengubah fokus kalimat dari pelaku (subjek) ke penderita atau objek yang dikenai tindakan. Penulisannya yang serangkai atau disambung dengan kata kerja dasar adalah mutlak.
Struktur Kalimat Pasif
Ciri utama kalimat pasif yang menggunakan imbuhan "di-" adalah objek dari kalimat aktif berubah menjadi subjek di kalimat pasif, dan subjek dari kalimat aktif berubah menjadi agen (pelaku) yang bisa didahului kata "oleh" atau dihilangkan.
Kalimat Aktif: Polisi (S) menangkap (P) pencuri (O).
Kalimat Pasif: Pencuri (S) ditangkap (P) (oleh) polisi (Agen).
Dalam contoh ini, ditangkap adalah satu kata yang utuh, sebuah predikat pasif. Memisahkannya menjadi "di tangkap" akan menghilangkan makna gramatikalnya sebagai kata kerja.
Contoh Penggunaan Imbuhan "di-" pada Berbagai Kata Kerja
Imbuhan "di-" dapat melekat pada berbagai jenis kata kerja dasar. Mari kita lihat beragam contohnya dalam kalimat untuk memperkuat pemahaman.
Imbuhan "di-" pada Kata Kerja Dasar Sederhana
- Buku itu sedang dibaca oleh adik di teras. (dari: membaca)
- Surat penting itu sudah ditulis dengan rapi. (dari: menulis)
- Semua kue di meja telah dimakan habis oleh para tamu. (dari: memakan)
- Pintu rumah selalu dikunci saat malam hari. (dari: mengunci)
- Gambar pemandangan itu dibuat oleh seorang seniman lokal. (dari: membuat)
- Pakaian kotor itu akan dicuci besok pagi. (dari: mencuci)
- Film dokumenter itu dilihat oleh jutaan penonton. (dari: melihat)
- Pesan itu harus dikirim sebelum jam lima sore. (dari: mengirim)
Imbuhan "di-" yang Diikuti Akhiran "-kan" atau "-i"
Imbuhan "di-" juga dapat berkombinasi dengan akhiran lain seperti "-kan" dan "-i" untuk membentuk kata kerja pasif yang lebih kompleks. Aturan penulisannya tetap sama: semuanya harus disambung menjadi satu kata.
- Masalah tersebut sedang didiskusikan dalam rapat. (di- + diskusi + -kan)
- Jembatan baru itu akan diresmikan oleh gubernur. (di- + resmi + -kan)
- Lantai yang basah sudah dikeringkan dengan kain pel. (di- + kering + -kan)
- Dia diberitahukan mengenai perubahan jadwal secara mendadak. (di- + beri + tahu + -kan)
- Pekerjaan rumah itu harus diselesaikan malam ini juga. (di- + selesai + -kan)
- Luka di kakinya sedang diobati oleh dokter. (di- + obat + -i)
- Setiap sudut ruangan diterangi oleh cahaya lampu yang terang. (di- + terang + -i)
- Pohon mangga itu dipanjati oleh anak-anak. (di- + panjat + -i)
- Nasihat orang tuanya selalu diingati baik-baik. (di- + ingat + -i)
Imbuhan "di-" pada Bentuk "diper-"
Awalan "di-" juga bisa bergabung dengan awalan "per-" untuk membentuk kata kerja pasif lain. Penulisannya pun harus serangkai: diper-.
- Hubungan kedua negara perlu dipererat lagi. (di- + per- + erat)
- Rumah tua itu akan diperbaiki minggu depan. (di- + per- + baik + -i)
- Aturan baru tersebut akan segera diperlakukan. (di- + per- + laku + -kan)
- Kualitas produk kami selalu diperhatikan dengan saksama. (di- + per- + hati + -kan)
- Anak itu merasa dipermalukan di depan teman-temannya. (di- + per- + malu + -kan)
Bab 4: Jurus Pamungkas Membedakan "di" dan "di-"
Meskipun sudah memahami teorinya, terkadang kita masih ragu saat menulis. Jangan khawatir, ada beberapa metode atau "jurus pamungkas" yang bisa Anda gunakan untuk memastikan penulisan yang benar.
Metode 1: Tes Substitusi dengan "me-"
Ini adalah cara yang paling ampuh dan akurat. Cobalah ganti awalan "di-" pada kata yang Anda ragukan dengan awalan "me-".
- Jika kalimatnya tetap logis dan gramatikal, maka "di-" adalah imbuhan dan harus disambung.
- Jika kalimatnya menjadi aneh, tidak logis, atau tidak bisa diucapkan, maka "di" adalah kata depan dan harus dipisah.
Mari kita praktikkan:
Contoh 1: Kalimat "Nasi goreng itu ___makan adik."
Tes: Coba ganti dengan "me-". Kata "makan" menjadi "memakan". Kalimatnya menjadi "Adik memakan nasi goreng itu." Kalimat ini logis dan benar.
Kesimpulan: Penulisan yang benar adalah dimakan (disambung).
Contoh 2: Kalimat "Ayah membaca koran ___teras."
Tes: Coba ganti dengan "me-". Apakah ada kata "meteras"? Tentu tidak. Kata ini tidak ada dan tidak bermakna.
Kesimpulan: Penulisan yang benar adalah di teras (dipisah).
Contoh 3: Kalimat "Laporan itu sedang ___kerjakan oleh tim."
Tes: Ganti dengan "me-". "Kerjakan" menjadi "mengerjakan". Kalimat aktifnya: "Tim sedang mengerjakan laporan itu." Kalimat ini sempurna.
Kesimpulan: Penulisan yang benar adalah dikerjakan (disambung).
Metode 2: Identifikasi Jenis Kata yang Mengikuti
Metode ini lebih cepat tetapi membutuhkan pemahaman dasar tentang kelas kata.
- Jika kata yang mengikuti "di" adalah kata benda penunjuk tempat, nama lokasi, atau keterangan posisi (misalnya: rumah, Bandung, atas, dalam), maka "di" adalah kata depan dan harus dipisah.
- Jika kata yang mengikuti "di" adalah kata kerja dasar (misalnya: baca, tulis, ambil, lihat), maka "di-" adalah imbuhan dan harus disambung.
Latihan cepat:
- di ___ (pasar) → Pasar adalah kata benda tempat. Maka: di pasar.
- di ___ (ambil) → Ambil adalah kata kerja. Maka: diambil.
- di ___ (belakang) → Belakang adalah keterangan posisi. Maka: di belakang.
- di ___ (periksa) → Periksa adalah kata kerja. Maka: diperiksa.
Metode 3: Pertanyaan "Di Mana?" vs. "Diapakan?"
Metode ini menggunakan logika pertanyaan untuk menentukan fungsi "di".
- Jika frasa yang menggunakan "di" menjawab pertanyaan "Di mana?", maka "di" adalah kata depan yang menunjukkan lokasi dan harus dipisah.
- Jika frasa tersebut menjawab pertanyaan "Diapakan?", maka "di-" adalah imbuhan yang membentuk tindakan pasif dan harus disambung.
Contoh penerapan:
Kalimat: "Bunga mawar itu diletakkan di atas meja."
Pertanyaan: Di mana bunga mawar itu diletakkan? Jawab: di atas meja.
Kesimpulan: Penulisan di atas (dipisah) sudah benar.
Kalimat: "Pagar rumah kami baru saja dicat."
Pertanyaan: Diapakan pagar rumah kami? Jawab: dicat.
Kesimpulan: Penulisan dicat (disambung) sudah benar.
Bab 5: Kasus-Kasus Khusus dan Pengecualian
Bahasa selalu memiliki nuansa. Ada beberapa kasus khusus terkait penulisan "di" yang perlu kita ketahui agar tidak terkecoh.
Kata "Daripada" dan "Kepada"
Anda mungkin bertanya, mengapa kata daripada dan kepada ditulis serangkai? Bukankah "dari" dan "ke" juga kata depan seperti "di"?
Jawabannya terletak pada proses sejarah bahasa. Kata-kata seperti daripada, kepada, dan kemari telah dianggap sebagai satu kata padu yang utuh dan tidak dapat dipisahkan lagi komponennya. Fungsinya pun sudah spesifik sebagai konjungsi (kata hubung) atau preposisi yang padu. Ini adalah pengecualian yang sudah dibakukan dalam kaidah bahasa Indonesia.
Frasa "Di Mana"
Penulisan frasa di mana seringkali salah. Sesuai aturan, karena "mana" berfungsi menanyakan lokasi atau tempat, maka penulisannya harus selalu dipisah: di mana.
Benar: Di mana kamu meletakkan kunciku?
Salah: Dimana kamu meletakkan kunciku?
Selain itu, dalam ragam tulis formal, penggunaan "di mana" sebagai kata hubung (seperti dalam bahasa Inggris "where") sering dianggap kurang tepat dan sebaiknya diganti dengan kata hubung lain yang lebih sesuai, seperti sehingga, yang, tempat, atau dengan mengubah struktur kalimat.
Kurang Tepat: Saya mengunjungi desa itu, di mana saya menghabiskan masa kecil saya.
Lebih Tepat: Saya mengunjungi desa tempat saya menghabiskan masa kecil saya.
Alternatif: Saya mengunjungi desa itu. Di sana, saya menghabiskan masa kecil saya.
Paralel dengan "Ke" dan "Ke-"
Aturan yang berlaku untuk "di" dan "di-" juga berlaku sama persis untuk "ke" (kata depan) dan "ke-" (imbuhan).
- "Ke" sebagai kata depan: Menunjukkan arah atau tujuan. Ditulis terpisah. Contoh:
ke pasar,ke luar,ke Jakarta. - "Ke-" sebagai imbuhan: Membentuk kata bilangan tingkat (
kelima,kesepuluh), kata benda (ketua,kekasih), atau kata kerja pasif (ketahuan,tertawadianggap bentuk khusus dari ke-an). Ditulis serangkai.
Memahami pola ini akan membantu Anda menguasai dua pasang kata yang sering membingungkan sekaligus.
Kesimpulan: Menjadi Penulis yang Teliti
Penguasaan perbedaan antara "di" sebagai kata depan dan "di-" sebagai imbuhan adalah cerminan ketelitian dan penghormatan kita terhadap kaidah bahasa Indonesia. Meskipun tampak kecil, penggunaan yang tepat akan membuat tulisan kita lebih profesional, jelas, dan mudah dipahami.
Mari kita rangkum kembali poin-poin kuncinya:
- "Di" sebagai Kata Depan: Menunjukkan tempat/lokasi. Aturannya DIPISAH dari kata berikutnya. Contoh:
di rumah,di atas,di Surabaya. - "Di-" sebagai Imbuhan: Membentuk kata kerja pasif. Aturannya DISAMBUNG dengan kata kerja yang diikutinya. Contoh:
dibaca,diambil,diperbaiki. - Jurus Pamungkas: Gunakan tes substitusi dengan awalan "me-". Jika kalimatnya logis, maka "di-" harus disambung. Jika tidak, "di" harus dipisah.
Dengan terus berlatih dan memperhatikan setiap kali Anda menulis, kebiasaan yang benar akan terbentuk secara alami. Pada akhirnya, Anda tidak perlu lagi berpikir keras untuk memutuskan apakah "di" harus dipisah atau disambung. Selamat menulis dengan benar!