Arisan, sebuah tradisi sosial yang telah mengakar kuat di masyarakat Indonesia, kini bertransformasi menjadi salah satu instrumen informal yang menarik untuk perencanaan keuangan dan bahkan investasi. Pada dasarnya, arisan adalah kegiatan mengumpulkan dana secara berkala dari sekelompok anggota, di mana setiap periode, satu anggota berhak menerima total akumulasi dana tersebut. Walaupun sering dianggap sekadar kegiatan sosial, ketika dijalankan dengan disiplin, potensi investasi arisan menawarkan likuiditas yang cepat dan potensi keuntungan yang lumayan, terutama bagi mereka yang membutuhkan modal cepat tanpa melalui birokrasi perbankan.
Kelebihan utama arisan terletak pada kemudahannya. Tidak diperlukan agunan, skor kredit yang tinggi, atau proses administrasi yang berbelit. Bagi pengusaha kecil atau individu yang menghadapi kebutuhan mendesak—seperti membeli aset, membayar biaya sekolah, atau memulai usaha mikro—arisan bisa menjadi penyelamat. Anggota yang sedang 'menerima' (pecah arisan) mendapatkan modal besar sekaligus dalam satu waktu. Ini menjadikannya bentuk peer-to-peer lending (P2P) berbasis komunitas.
Namun, mekanisme ini juga membawa implikasi investasi. Jika anggota yang menerima dana menginvestasikan uang tersebut ke dalam bisnis yang menghasilkan imbal hasil (ROI) lebih tinggi daripada biaya administrasi atau bunga yang mungkin dikenakan (jika arisan dikelola secara profesional), maka secara efektif ia telah melakukan investasi cerdas. Misalnya, jika iuran bulanan Rp500.000 dan ia menerima uang di bulan pertama, ia langsung memiliki modal kerja untuk dioptimalkan.
Meskipun menarik, ranah investasi arisan sangat dipengaruhi oleh kepercayaan (trust). Ini adalah pedang bermata dua. Risiko terbesar dalam arisan adalah gagal bayar (default). Jika salah satu anggota tidak mampu membayar iuran di periode giliran mereka, seluruh sistem bisa terancam macet, dan anggota yang sudah menerima dana di awal justru harus menanggung beban kerugian.
Risiko lainnya adalah aspek legalitas. Karena arisan umumnya bersifat informal dan berdasarkan kesepakatan lisan, perlindungan hukumnya sangat minim jika terjadi perselisihan besar. Selain itu, nilai uang yang diterima bersifat tetap (nominal), yang berarti anggota yang menerima di periode akhir akan merasakan dampak inflasi. Jika inflasi tahunan adalah 4%, maka uang yang ia terima di akhir periode nilainya secara riil lebih rendah dibandingkan saat iuran pertama kali dibayarkan.
Untuk menjadikan arisan lebih mendekati konsep investasi yang sehat, beberapa hal perlu diperhatikan:
Penting untuk membedakan arisan dari instrumen investasi formal seperti reksa dana atau deposito. Arisan menawarkan likuiditas terjamin (Anda pasti akan menerima uang tunai pada waktu tertentu), tetapi tidak menawarkan pertumbuhan modal (kecuali uang yang diterima segera diinvestasikan kembali). Sebaliknya, deposito menawarkan pertumbuhan modal yang pasti (bunga), namun likuiditasnya terkunci dalam jangka waktu tertentu.
Kesimpulannya, investasi arisan adalah alat keuangan berbasis komunitas yang sangat efektif untuk mengumpulkan dana darurat atau modal awal dengan cepat. Namun, ia menuntut tingkat kedisiplinan dan rasa percaya yang sangat tinggi. Arisan bukanlah pengganti investasi jangka panjang yang berorientasi pada pertumbuhan, melainkan sebuah metode pengumpulan modal yang unik yang, jika dikelola dengan bijak, dapat mendukung tujuan finansial jangka pendek dan menengah Anda. Selalu timbang antara kemudahan akses dana dan potensi risiko gagal bayar sebelum memutuskan untuk berpartisipasi.