Ilustrasi atap rumah berbahan asbes dengan potensi bahaya serat mikro.
Bagi sebagian masyarakat Indonesia, atap rumah berbahan asbes masih menjadi pilihan yang umum ditemukan. Keunggulan harganya yang terjangkau dan kemudahan pemasangannya membuat material ini populer, terutama di kalangan menengah ke bawah. Namun, di balik keunggulannya, terdapat potensi bahaya serius yang perlu dipahami oleh setiap pemilik rumah. Mengenal jenis asbes atap rumah yang umum beredar adalah langkah awal untuk meningkatkan kesadaran dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat.
Secara umum, terdapat dua jenis utama asbes yang sering digunakan dalam material bangunan, termasuk atap rumah, yaitu:
Asbes amosite, atau yang dikenal juga sebagai asbes cokelat, adalah salah satu jenis asbes yang paling umum digunakan dalam produk konstruksi, termasuk atap. Serat amosite memiliki kekuatan tarik yang tinggi dan ketahanan terhadap panas, menjadikannya material yang dianggap tahan lama.
Ciri-ciri fisik asbes amosite biasanya berwarna cokelat kehijauan hingga cokelat muda. Seratnya lebih panjang dan lebih tipis dibandingkan dengan jenis krisotil, yang membuatnya berpotensi lebih mudah terurai menjadi partikel-partikel halus yang berbahaya ketika terganggu.
Asbes krisotil, atau sering disebut sebagai asbes putih, adalah jenis asbes yang paling banyak digunakan di seluruh dunia untuk berbagai aplikasi, termasuk atap. Asbes krisotil adalah satu-satunya anggota dari kelompok mineral serpentine. Struktur seratnya yang melingkar dan fleksibel membuatnya mudah untuk ditenun dan dicampur dengan bahan lain seperti semen, sehingga menghasilkan material yang kuat dan tahan lama.
Asbes krisotil memiliki warna putih kekuningan hingga putih keabu-abuan. Karena strukturnya yang unik, asbes krisotil cenderung terurai lebih lambat dibandingkan beberapa jenis asbes lainnya. Namun, bukan berarti ia bebas dari bahaya. Ketika material yang mengandung asbes krisotil rusak, lapuk, atau terganggu (misalnya saat pemotongan atau pembongkaran), serat-serat mikro dapat terlepas ke udara.
Bahaya utama dari asbes terletak pada serat-serat mikroskopisnya. Serat asbes sangat kecil, tidak terlihat oleh mata telanjang, dan sangat ringan sehingga dapat dengan mudah terhirup ke dalam paru-paru manusia. Ketika serat asbes terhirup, mereka dapat bertahan di dalam paru-paru selama bertahun-tahun, bahkan dekade.
Paparan serat asbes dapat menyebabkan beberapa penyakit serius yang berhubungan dengan pernapasan, di antaranya:
Penting untuk dicatat bahwa tidak ada tingkat paparan asbes yang dianggap aman. Semakin lama dan semakin tinggi tingkat paparan, semakin besar risiko penyakit.
Atap rumah yang terbuat dari material asbes, baik asbes gelombang maupun jenis lainnya, berisiko melepaskan serat berbahaya ke lingkungan, terutama ketika:
Serat-serat yang terlepas dapat terbawa angin dan terhirup oleh penghuni rumah atau orang-orang di sekitarnya. Risiko ini semakin meningkat jika material asbes dibiarkan begitu saja tanpa penanganan yang tepat.
Mengingat potensi bahayanya, banyak negara telah melarang penggunaan asbes dalam konstruksi. Jika Anda memiliki atap rumah yang terbuat dari asbes, ada beberapa langkah yang bisa dipertimbangkan:
Memahami jenis asbes atap rumah dan potensi risikonya adalah langkah krusial dalam menjaga kesehatan keluarga dan lingkungan. Jika ragu, selalu konsultasikan dengan ahli atau profesional yang kompeten dalam penanganan material asbes.