Simbolisasi pengetahuan, pertumbuhan, dan arah dalam pendidikan.
Pendidikan merupakan fondasi utama bagi kemajuan peradaban suatu bangsa. Agar tujuan pendidikan tercapai secara optimal dan berkelanjutan, ia harus berdiri di atas landasan dan asas-asas yang kuat. Landasan dan asas-asas ini berfungsi sebagai pedoman filosofis, sosiologis, biologis, dan psikologis yang memandu seluruh proses pendidikan. Memahami dan menerapkan landasan serta asas-asas ini sangat krusial bagi setiap pendidik, pengembang kurikulum, hingga pembuat kebijakan pendidikan.
Landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi dasar yang menjadi titik tolak dalam membina dan mengembangkan pendidikan. Ada beberapa landasan utama yang perlu diperhatikan:
Landasan filosofis menyoroti hakikat manusia, hakikat ilmu, dan hakikat nilai yang kemudian diterjemahkan ke dalam tujuan pendidikan. Filsafat pendidikan mempertanyakan tentang 'untuk apa' pendidikan itu dilakukan dan 'bagaimana' prosesnya seharusnya. Berbagai aliran filsafat seperti idealisme, realisme, pragmatisme, dan eksistensialisme, masing-masing memberikan pandangan berbeda tentang tujuan dan metode pendidikan. Misalnya, pandangan bahwa manusia memiliki potensi bawaan yang harus dikembangkan akan menekankan metode pendidikan yang berpusat pada siswa dan eksploratif.
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga pendidikan tidak bisa lepas dari lingkungan sosialnya. Landasan sosiologis memandang pendidikan sebagai interaksi sosial dan sebagai alat untuk melestarikan serta memajukan kebudayaan. Pendidikan berperan dalam mempersiapkan individu agar dapat hidup harmonis dalam masyarakat, berpartisipasi aktif, serta mampu berkontribusi pada pembangunan sosial. Kurikulum dan metode pengajaran seringkali disesuaikan dengan kebutuhan dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Landasan biologis berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik serta psikis peserta didik. Pemahaman tentang tahap-tahap perkembangan anak, kebutuhan fisiologisnya, serta potensi biologis yang dimiliki menjadi dasar dalam menentukan kapan dan bagaimana materi pembelajaran disampaikan. Misalnya, pada usia tertentu anak memiliki kemampuan kognitif yang berbeda, sehingga cara penyampaian materi harus disesuaikan.
Landasan psikologis berfokus pada pemahaman tentang proses belajar, perkembangan jiwa, dan perilaku peserta didik. Psikologi pendidikan memberikan wawasan tentang bagaimana individu belajar, apa saja faktor yang memengaruhi belajar, serta bagaimana mengidentifikasi dan menangani kesulitan belajar. Teori belajar seperti behaviorisme, kognitivisme, konstruktivisme, dan konektivisme sangat memengaruhi praktik pembelajaran di kelas.
Selain landasan, terdapat pula asas-asas pendidikan yang merupakan prinsip-prinsip dasar yang memandu pelaksanaan pendidikan. Beberapa asas penting antara lain:
Dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara, asas ini menekankan pada peran pendidik sebagai fasilitator yang mampu membimbing siswa dari belakang. Artinya, pendidik memberikan dorongan moral dan bimbingan tanpa mendikte, serta membiarkan siswa berkembang sesuai kodratnya. Implementasinya adalah menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa untuk bereksplorasi dan menemukan jati diri.
Asas ini berarti pendidik harus menjadi teladan yang baik di depan para siswanya. Pendidik yang berintegritas, berakhlak mulia, dan kompeten akan menjadi panutan yang efektif. Keteladanan ini mencakup sikap, perilaku, dan cara berkomunikasi yang positif.
Asas ini menyatakan bahwa pendidik harus mampu membangkitkan semangat atau motivasi belajar siswa ketika berada di tengah-tengah mereka. Pendidik berperan sebagai motivator yang mengajak dan menginspirasi siswa untuk terus belajar dan berinovasi, serta memberikan dukungan saat siswa menghadapi tantangan.
Setiap materi pembelajaran yang diberikan harus benar-benar dikuasai oleh peserta didik. Jika belum tuntas, maka proses pembelajaran perlu diulang atau diberikan pengayaan. Asas ini penting untuk memastikan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh bersifat fundamental dan tidak menimbulkan kesenjangan pemahaman di jenjang selanjutnya.
Pendidikan tidak berhenti di bangku sekolah, melainkan merupakan proses berkelanjutan seumur hidup. Asas ini menekankan pentingnya menumbuhkan kemauan dan kemampuan belajar secara mandiri pada diri peserta didik agar mereka dapat terus beradaptasi dengan perubahan dan mengembangkan diri di masa depan.
Penerapan landasan dan asas-asas pendidikan ini sangatlah vital. Dalam konteks pembelajaran di kelas, seorang guru yang memahami landasan filosofis akan menyadari bahwa setiap siswa adalah individu unik dengan potensi berbeda, sehingga pendekatan pengajaran yang digunakan harus bersifat individual. Pemahaman sosiologis akan mendorong guru untuk mengaitkan materi pelajaran dengan realitas sosial dan membentuk siswa yang bertanggung jawab secara sosial.
Dari sisi biologis dan psikologis, guru yang baik akan merancang pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif dan fisik siswa. Misalnya, penggunaan metode bermain untuk anak usia dini, atau penggunaan diskusi dan studi kasus untuk siswa usia sekolah menengah. Asas Tut Wuri Handayani, Ing Ngarso Sung Tulada, dan Ing Madyo Mangun Karso menjadi pedoman etika dan profesionalisme guru. Guru harus menjadi model, motivator, sekaligus fasilitator yang handal.
Lebih jauh lagi, asas Tuntas Belajar memastikan bahwa pondasi pengetahuan siswa kuat, sementara asas Belajar Sepanjang Hayat membekali siswa dengan kemandirian untuk terus berkembang di era informasi yang cepat berubah. Dengan mengintegrasikan landasan dan asas-asas ini, pendidikan dapat lebih efektif dalam membentuk individu yang cerdas, berkarakter, dan mampu berkontribusi positif bagi masyarakat.