Memahami Asmaul Husna dan Artinya: Panduan Lengkap
Mencari referensi lengkap seperti PDF Asmaul Husna dan artinya adalah langkah awal yang mulia untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Asmaul Husna, yang berarti nama-nama yang paling baik, adalah 99 nama milik Allah SWT yang menggambarkan sifat-sifat-Nya yang Maha Sempurna. Memahami setiap nama ini bukan sekadar menghafal, melainkan sebuah perjalanan spiritual untuk mengenal keagungan, kasih sayang, dan kekuasaan Allah.
Setiap nama dalam Asmaul Husna adalah pintu untuk memahami aspek-aspek keilahian yang tak terbatas. Dengan merenungkannya, hati seorang hamba akan dipenuhi dengan rasa takjub, cinta, dan harapan. Artikel ini disajikan sebagai panduan komprehensif, sebuah sumber daya digital yang mendalam untuk membantu Anda menyelami makna dari setiap nama agung ini, sebagai pelengkap dari pencarian Anda akan materi berbentuk PDF.
Daftar Lengkap 99 Asmaul Husna dan Penjelasannya
Ar-Rahman berasal dari akar kata "rahmah" yang berarti kasih sayang yang mendalam dan melimpah. Sifat ini mencakup seluruh ciptaan-Nya, tanpa terkecuali. Kasih sayang Ar-Rahman diberikan kepada orang yang beriman maupun yang tidak beriman, kepada manusia, hewan, tumbuhan, dan seluruh alam semesta. Sinar matahari yang menyinari bumi, udara yang kita hirup, dan rezeki yang kita terima setiap hari adalah manifestasi dari sifat Ar-Rahman. Merenungkan nama ini mengajarkan kita untuk menyadari bahwa setiap detik kehidupan kita diliputi oleh rahmat-Nya yang tak terhingga, mendorong kita untuk selalu bersyukur dan tidak pernah putus asa dari kasih sayang-Nya.
Meskipun berasal dari akar kata yang sama dengan Ar-Rahman, Ar-Rahim memiliki makna yang lebih spesifik. Ar-Rahim adalah kasih sayang Allah yang khusus dianugerahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, terutama di akhirat kelak. Jika Ar-Rahman adalah rahmat umum di dunia, Ar-Rahim adalah rahmat istimewa berupa pahala, ampunan, dan surga bagi mereka yang taat. Nama ini memberikan harapan dan motivasi bagi orang-orang beriman untuk terus berbuat kebaikan, karena mereka yakin bahwa setiap amal saleh akan dibalas dengan kasih sayang khusus dari Allah. Ini mengajarkan kita tentang keadilan ilahi yang dipadukan dengan kasih sayang yang tak terbatas.
Al-Malik berarti Raja yang memiliki kekuasaan mutlak dan sempurna atas segala sesuatu. Kerajaan-Nya tidak terbatas oleh ruang dan waktu, dan kekuasaan-Nya tidak akan pernah lekang. Berbeda dengan raja-raja di dunia yang kekuasaannya terbatas dan fana, kekuasaan Allah adalah abadi dan meliputi seluruh alam semesta. Dia mengatur segala urusan ciptaan-Nya dengan kebijaksanaan dan keadilan-Nya. Memahami sifat Al-Malik membuat seorang hamba merasa kecil di hadapan keagungan-Nya, menumbuhkan rasa tunduk dan patuh, serta melepaskan ketergantungan pada kekuasaan duniawi yang sementara.
Al-Quddus berarti Yang Maha Suci dari segala bentuk kekurangan, aib, dan cela. Kesucian-Nya adalah kesucian yang absolut, bebas dari segala sifat yang tidak pantas bagi keagungan-Nya. Allah suci dari sifat-sifat makhluk seperti lelah, tidur, lupa, atau memiliki sekutu. Nama ini menegaskan transendensi Allah, bahwa Dia berada di atas segala bayangan dan persepsi manusia. Merenungi Al-Quddus mendorong kita untuk menyucikan hati, pikiran, dan perbuatan kita dari hal-hal yang kotor dan tercela, serta senantiasa berusaha mendekati-Nya dengan keadaan hati yang bersih.
As-Salam berarti sumber segala kedamaian dan keselamatan. Sifat-Nya bebas dari segala cacat, dan dari-Nya lah datang setiap bentuk kesejahteraan. Allah adalah Dzat yang memberikan rasa aman dan damai di hati para hamba-Nya. Surga disebut "Dar As-Salam" (Negeri Kedamaian) karena di sanalah sumber kedamaian sejati berada. Mengimani nama As-Salam menuntun kita untuk mencari kedamaian hakiki hanya kepada-Nya, bukan pada hal-hal materi. Hal ini juga menginspirasi kita untuk menjadi agen perdamaian di muka bumi, menyebarkan salam, dan menghindari konflik serta permusuhan.
Al-Mu'min memiliki dua makna utama. Pertama, Dia adalah sumber keamanan yang hakiki. Dia melindungi hamba-Nya dari rasa takut dan dari segala macam bahaya. Kedua, Dia adalah Dzat yang membenarkan janji-Nya kepada para nabi dan orang-orang beriman. Janji-Nya tentang pertolongan, pahala, dan kemenangan adalah pasti. Beriman kepada Al-Mu'min memberikan ketenangan jiwa yang luar biasa, karena kita tahu bahwa kita berada dalam lindungan Dzat yang paling kuat dan paling menepati janji. Ini menghilangkan kecemasan akan masa depan dan membuat kita bersandar sepenuhnya kepada-Nya.
Al-Muhaymin berarti Dzat yang senantiasa mengawasi, menjaga, dan memelihara seluruh makhluk-Nya. Pengawasan-Nya sempurna, tidak ada satu pun daun yang gugur atau bisikan hati yang luput dari pengetahuan dan pengawasan-Nya. Dia adalah saksi atas segala perbuatan dan pemelihara atas segala urusan. Memahami nama ini menumbuhkan kesadaran diri (muraqabah) yang mendalam, yaitu perasaan selalu diawasi oleh Allah. Kesadaran ini akan mencegah kita dari perbuatan maksiat meskipun tidak ada orang lain yang melihat, dan mendorong kita untuk selalu berbuat baik karena kita tahu Allah Maha Menyaksikan.
Al-'Aziz berarti Yang Maha Perkasa, yang tidak dapat dikalahkan oleh siapapun dan apapun. Keperkasaan-Nya adalah mutlak, meliputi kekuatan, kemuliaan, dan kehormatan. Tidak ada yang bisa menandingi kekuatan-Nya atau menolak kehendak-Nya. Nama ini memberikan kekuatan bagi orang beriman ketika menghadapi kesulitan. Mereka tahu bahwa mereka berlindung kepada Dzat yang paling perkasa, sehingga mereka tidak takut kepada kekuatan lain selain Allah. Ini juga mengajarkan kerendahan hati, karena semua kekuatan yang dimiliki makhluk pada hakikatnya berasal dari Al-'Aziz.
Al-Jabbar memiliki makna yang kaya. Ia berarti Yang Maha Perkasa yang kehendak-Nya pasti terlaksana. Ia juga berarti Yang memperbaiki keadaan hamba-Nya yang lemah, patah hati, atau tertindas, seperti "menambal" tulang yang patah. Dia memperbaiki segala kerusakan dan kekurangan dalam ciptaan-Nya. Sifat ini menunjukkan bahwa di balik kekuasaan-Nya yang mutlak, terdapat juga kasih sayang-Nya yang memperbaiki dan memulihkan. Bagi orang yang zalim, Al-Jabbar adalah Dzat yang akan menundukkan mereka. Bagi orang yang lemah, Al-Jabbar adalah Dzat yang akan menguatkan dan menolong mereka.
Al-Mutakabbir adalah Dzat yang memiliki segala kebesaran dan keagungan. Sifat sombong atau takabur hanya pantas bagi-Nya, karena Dia-lah yang benar-benar Maha Besar. Bagi makhluk, kesombongan adalah sifat tercela karena mereka tidak memiliki apa-apa dari diri mereka sendiri. Memahami nama ini mengajarkan kita untuk senantiasa bersikap rendah hati (tawadhu'). Setiap kali rasa sombong muncul dalam diri karena pencapaian atau kelebihan, kita harus mengingat bahwa segala kebesaran hanyalah milik Al-Mutakabbir. Ini adalah pengingat untuk tidak pernah merasa lebih unggul dari orang lain.
Al-Khaliq adalah Dzat yang menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan, dengan ukuran dan kadar yang telah ditentukan-Nya. Proses penciptaan-Nya sempurna dan tanpa contoh sebelumnya. Dari atom terkecil hingga galaksi terbesar, semuanya adalah hasil karya cipta Al-Khaliq. Merenungi ciptaan-Nya di alam semesta, seperti keteraturan planet, keragaman hayati, dan kompleksitas tubuh manusia, akan membawa kita pada pengakuan akan kebesaran Sang Pencipta. Nama ini membangkitkan rasa takjub dan menguatkan iman bahwa ada kekuatan Maha Cerdas di balik semua ini.
Al-Bari' adalah Dzat yang mengadakan dan membentuk ciptaan-Nya dari yang sudah ada, dengan harmonis dan tanpa cacat. Jika Al-Khaliq adalah tentang perencanaan dan penciptaan awal, Al-Bari' lebih menekankan pada proses pelaksanaan dan pembentukan yang sempurna. Dia menciptakan manusia dalam bentuk terbaik, dengan organ-organ yang berfungsi selaras satu sama lain. Nama ini menunjukkan bahwa setiap ciptaan dibuat dengan proporsi yang tepat dan seimbang, bebas dari ketidakserasian. Ini mengajarkan kita untuk menghargai kesempurnaan ciptaan-Nya, termasuk diri kita sendiri.
Al-Musawwir adalah Dzat yang memberikan rupa atau bentuk yang spesifik dan unik bagi setiap makhluk-Nya. Dia-lah yang membentuk rupa janin di dalam rahim, memberikan ciri-ciri khas seperti warna kulit, bentuk wajah, dan sidik jari yang berbeda satu sama lain. Tidak ada dua makhluk yang benar-benar identik, yang menunjukkan kekuasaan dan kreativitas-Nya yang tak terbatas. Nama ini membuat kita sadar akan keunikan diri kita dan setiap individu lainnya. Ini menumbuhkan rasa syukur atas rupa yang telah dianugerahkan-Nya dan mencegah kita dari mencela ciptaan-Nya.
Al-Ghaffar berasal dari kata "ghafara" yang berarti menutupi. Allah sebagai Al-Ghaffar adalah Dzat yang senantiasa menutupi dosa-dosa hamba-Nya dan memaafkannya. Sifat pengampun-Nya terus-menerus diberikan kepada siapa saja yang mau bertaubat, tidak peduli seberapa besar dosa yang telah dilakukan. Nama ini membuka pintu harapan yang seluas-luasnya bagi para pendosa. Ia mengajarkan bahwa tidak ada kata terlambat untuk kembali kepada-Nya. Selama nyawa masih di kandung badan, pintu ampunan Al-Ghaffar selalu terbuka lebar, mengajak kita untuk tidak putus asa dan senantiasa memohon ampun.
Al-Qahhar adalah Dzat yang memiliki kekuasaan mutlak untuk menundukkan dan mengalahkan segala sesuatu. Tidak ada satu pun makhluk yang dapat menentang atau lari dari kehendak-Nya. Semua tunduk di bawah kekuasaan-Nya, baik secara sukarela maupun terpaksa. Kematian adalah salah satu manifestasi terbesar dari sifat Al-Qahhar, di mana tidak ada raja, orang kuat, atau tiran yang bisa menghindarinya. Nama ini mengingatkan kita akan kefanaan dan kelemahan diri, serta menumbuhkan rasa takut yang sehat kepada Allah, sehingga kita tidak berani berbuat sewenang-wenang di muka bumi.
Al-Wahhab adalah Dzat yang memberi karunia dan anugerah secara cuma-cuma, tanpa meminta imbalan apapun. Pemberian-Nya tidak didasari oleh permintaan atau kelayakan penerima, melainkan murni karena kemurahan-Nya. Dia memberikan hidayah, ilmu, kesehatan, dan rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Nama ini mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang dermawan, suka memberi tanpa mengharapkan balasan dari manusia. Kita juga diajarkan untuk selalu memohon karunia-Nya, karena Dialah satu-satunya sumber segala anugerah yang hakiki.
Ar-Razzaq adalah Dzat yang menjamin rezeki bagi seluruh makhluk-Nya. Rezeki di sini tidak hanya terbatas pada materi seperti makanan dan harta, tetapi juga mencakup hal-hal non-materi seperti kesehatan, ilmu, ketenangan jiwa, dan keluarga yang harmonis. Allah menjamin rezeki bagi seekor semut di dalam tanah hingga ikan di dasar lautan. Mengimani nama Ar-Razzaq akan menghilangkan kekhawatiran berlebihan tentang urusan duniawi. Ini mendorong kita untuk tetap berusaha (ikhtiar) namun menyerahkan hasilnya (tawakkal) kepada-Nya, karena kita yakin bahwa rezeki kita sudah dijamin oleh-Nya.
Al-Fattah adalah Dzat yang membuka segala pintu kebaikan, rahmat, dan solusi. Dia membuka pintu rezeki bagi yang kesulitan, membuka pintu ilmu bagi yang mencari, membuka pintu hidayah bagi yang tersesat, dan memberikan kemenangan bagi hamba-Nya yang berjuang. Ketika semua pintu terasa tertutup dan jalan terasa buntu, Al-Fattah adalah tempat kita memohon agar dibukakan jalan keluar. Nama ini mengajarkan optimisme dan keyakinan bahwa tidak ada masalah yang tidak memiliki solusi di sisi Allah. Dia adalah hakim yang paling adil yang membuka kebenaran dan menyingkap kebatilan.
Al-'Alim adalah Dzat yang ilmunya meliputi segala sesuatu, yang tampak maupun yang tersembunyi, yang telah terjadi, sedang terjadi, dan yang akan terjadi. Pengetahuan-Nya tidak terbatas dan tidak didahului oleh ketidaktahuan. Dia mengetahui isi hati, niat, dan setiap detail dari ciptaan-Nya. Kesadaran bahwa Allah Maha Mengetahui akan membuat kita lebih berhati-hati dalam setiap ucapan dan perbuatan. Ini mendorong kita untuk menjaga keikhlasan niat, karena Allah mengetahui apa yang tersembunyi di dalam dada, dan mencegah kita dari berbuat dosa secara sembunyi-sembunyi.
Al-Qabidh adalah Dzat yang menyempitkan atau menahan rezeki, rahmat, atau bahkan mencabut nyawa sesuai dengan kehendak dan kebijaksanaan-Nya. Penyempitan ini bukanlah bentuk kezaliman, melainkan sebuah ujian, teguran, atau cara untuk mendidik hamba-Nya agar kembali kepada-Nya. Ketika seorang hamba mengalami kesulitan atau kesempitan rezeki, itu adalah manifestasi dari sifat Al-Qabidh yang bertujuan untuk menguji kesabarannya dan mendorongnya untuk introspeksi diri. Nama ini harus dipahami bersama pasangannya, Al-Basith.
Al-Basith adalah Dzat yang melapangkan atau membentangkan rezeki dan rahmat-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia melapangkan hati yang sempit, memberikan kelapangan setelah kesulitan, dan meluaskan rezeki setelah kesempitan. Sifat ini adalah pasangan dari Al-Qabidh, menunjukkan bahwa Allah mengatur kehidupan hamba-Nya dengan keseimbangan antara ujian dan nikmat. Ketika kita berada dalam kelapangan, kita diajarkan untuk bersyukur dan tidak sombong. Memahami kedua nama ini (Al-Qabidh dan Al-Basith) mengajarkan kita untuk tetap stabil dalam segala kondisi, sabar saat sempit, dan syukur saat lapang.
Al-Khafidh adalah Dzat yang merendahkan atau menghinakan orang-orang yang sombong, kafir, dan berbuat zalim. Perendahan ini bisa terjadi di dunia melalui kejatuhan kekuasaan atau kehormatan, dan puncaknya adalah di akhirat dengan dimasukkannya mereka ke dalam neraka. Ini adalah manifestasi dari keadilan Allah. Nama ini menjadi peringatan keras bagi siapa saja yang merasa angkuh dengan kekuatan atau kedudukannya. Ia mengingatkan bahwa Allah dengan mudah dapat mengambil semua itu dan merendahkan mereka yang tidak tunduk kepada-Nya.
Ar-Rafi' adalah Dzat yang meninggikan derajat hamba-hamba-Nya yang beriman dan berilmu. Peninggian derajat ini bisa berupa kemuliaan di dunia maupun kedudukan yang tinggi di surga. Allah meninggikan orang-orang yang rendah hati, bertaqwa, dan beramal saleh. Nama ini memberikan motivasi untuk senantiasa meningkatkan kualitas iman dan ilmu, karena itulah jalan untuk mendapatkan kedudukan yang mulia di sisi Allah. Dipahami bersama Al-Khafidh, Ar-Rafi' menunjukkan bahwa kemuliaan dan kehinaan sejati ada di tangan Allah, bukan di tangan manusia.
Al-Mu'izz adalah Dzat yang memberikan 'izzah atau kemuliaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Kemuliaan hakiki datang dari ketaatan kepada-Nya. Barangsiapa mencari kemuliaan dengan mendekatkan diri kepada Allah, maka Allah akan memuliakannya di mata makhluk lain dan di sisi-Nya. Sebaliknya, mencari kemuliaan dari selain Allah hanya akan berujung pada kehinaan. Nama ini mengajarkan kita untuk menjaga kehormatan diri dengan cara taat kepada Allah, bukan dengan mengejar validasi atau pujian dari manusia.
Al-Mudhill adalah Dzat yang menimpakan kehinaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, yaitu mereka yang berpaling dari jalan-Nya dan memilih kemaksiatan. Kehinaan ini adalah akibat dari perbuatan mereka sendiri. Mereka yang menentang perintah Allah dan merasa sombong akan dihinakan oleh-Nya, baik di dunia maupun di akhirat. Pasangan nama Al-Mu'izz dan Al-Mudhill mempertegas bahwa sumber segala kemuliaan dan kehinaan adalah Allah. Ini memotivasi kita untuk selalu berada di jalan ketaatan agar dimuliakan dan menjauhi jalan kemaksiatan agar tidak dihinakan.
As-Sami' adalah Dzat yang pendengaran-Nya meliputi segala sesuatu. Tidak ada suara sehalus apapun yang luput dari pendengaran-Nya, mulai dari rintihan hati seorang hamba, doa yang dipanjatkan dalam keheningan, hingga gerakan semut hitam di atas batu hitam di malam yang gelap. Pendengaran-Nya tidak memerlukan alat dan tidak terbatas oleh jarak atau frekuensi. Mengimani As-Sami' membuat kita yakin bahwa setiap doa kita didengar. Ini juga membuat kita berhati-hati dalam lisan, menjauhi ghibah, fitnah, dan ucapan sia-sia, karena kita tahu Allah Maha Mendengar setiap kata yang kita ucapkan.
Al-Bashir adalah Dzat yang penglihatan-Nya meliputi segala yang ada. Dia melihat segala sesuatu, yang besar maupun yang kecil, yang tampak maupun yang tersembunyi. Penglihatan-Nya menembus kegelapan dan tidak terbatas oleh penghalang apapun. Dia melihat khianatnya mata dan apa yang disembunyikan oleh hati. Keyakinan bahwa Allah Maha Melihat akan menumbuhkan rasa malu untuk berbuat maksiat, terutama saat sendirian. Ini adalah fondasi dari ihsan, yaitu beribadah seolah-olah kita melihat-Nya, dan jika tidak, kita yakin bahwa Dia melihat kita.
Al-Hakam adalah Hakim yang paling adil, yang keputusan dan hukum-Nya tidak dapat diganggu gugat. Hukum-Nya (syariat) adalah yang terbaik bagi manusia, dan keputusan-Nya di hari kiamat adalah puncak keadilan yang tidak akan merugikan siapapun. Dia menyelesaikan semua perselisihan dengan adil. Menerima Allah sebagai Al-Hakam berarti ridha dan tunduk pada hukum-hukum-Nya yang telah ditetapkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Ini juga memberikan ketenangan bahwa segala ketidakadilan di dunia pada akhirnya akan diadili dengan seadil-adilnya oleh Hakim Yang Maha Agung.
Al-'Adl adalah Dzat yang Maha Adil. Keadilan-Nya sempurna, bebas dari segala bentuk kezaliman, pilih kasih, atau prasangka. Dia menempatkan segala sesuatu pada tempatnya yang semestinya. Setiap perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan, dan setiap perbuatan buruk akan mendapatkan balasan yang setimpal, tanpa ada yang dirugikan sedikitpun. Terkadang, keadilan-Nya tidak langsung terlihat oleh mata manusia di dunia, namun kita harus yakin bahwa pada akhirnya, keadilan-Nya pasti akan terwujud secara sempurna. Nama ini menginspirasi kita untuk selalu berlaku adil dalam segala urusan.
Al-Lathif memiliki dua makna utama. Pertama, Dia Maha Lembut, yang kasih sayang-Nya sampai kepada hamba-Nya dengan cara-cara yang tak terduga dan sangat halus. Kedua, Dia Maha Mengetahui hal-hal yang paling tersembunyi dan detail. Pertolongan-Nya seringkali datang dari arah yang tidak disangka-sangka, menyelesaikan masalah dengan cara yang paling baik bagi hamba-Nya. Merenungi nama Al-Lathif menumbuhkan harapan dan kepercayaan bahwa bahkan dalam kesulitan terberat sekalipun, ada kelembutan dan rencana Allah yang tersembunyi di baliknya, yang pada akhirnya akan membawa kebaikan.
Al-Khabir adalah Dzat yang pengetahuan-Nya meliputi aspek-aspek terdalam dan tersembunyi dari segala urusan. Jika Al-'Alim adalah pengetahuan secara umum, Al-Khabir adalah pengetahuan yang mendalam tentang hakikat dan detail internal sesuatu. Dia mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya, bahkan ketika hamba itu sendiri tidak menyadarinya. Keyakinan pada Al-Khabir membuat kita pasrah pada pilihan dan takdir-Nya, karena kita tahu Dia lebih mengetahui apa yang kita butuhkan daripada diri kita sendiri.
Al-Halim adalah Dzat yang tidak tergesa-gesa dalam menghukum hamba-Nya yang berbuat maksiat. Dia melihat kemaksiatan mereka, namun Dia tetap memberikan rezeki, kesehatan, dan kesempatan untuk bertaubat. Sifat penyantun-Nya sangat luas. Dia menangguhkan azab untuk memberi waktu bagi hamba-Nya untuk kembali. Nama ini mengajarkan kita untuk tidak cepat marah dan menghakimi orang lain, serta senantiasa memberikan kesempatan bagi mereka yang berbuat salah untuk memperbaiki diri.
Al-'Azhim adalah Dzat yang memiliki keagungan mutlak yang tidak dapat dijangkau oleh akal dan imajinasi makhluk. Keagungan-Nya meliputi Dzat, sifat, dan perbuatan-Nya. Langit dan bumi serta segala isinya terasa sangat kecil jika dibandingkan dengan keagungan-Nya. Mengagungkan Allah dengan nama ini (Subhanallahil 'Azhim) akan menumbuhkan rasa takjub dan kekerdilan diri di hadapan-Nya, sehingga tidak ada lagi ruang untuk kesombongan dalam hati.
Al-Ghafur mirip dengan Al-Ghaffar, namun mengandung makna pengampunan yang lebih luas dan mencakup segala jenis dosa. Dia adalah Dzat yang sangat banyak memberi ampunan. Nama ini memberikan penekanan pada kualitas dan kuantitas ampunan Allah yang tak terbatas. Tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni oleh Al-Ghafur selama hamba-Nya tulus bertaubat. Ini adalah sumber harapan yang tak pernah padam bagi setiap pendosa.
Asy-Syakur adalah Dzat yang sangat menghargai dan membalas setiap amal kebaikan hamba-Nya, sekecil apapun itu. Dia membalas amal yang sedikit dengan pahala yang berlipat ganda. Dia tidak pernah menyia-nyiakan usaha hamba-Nya. Nama ini memotivasi kita untuk tidak pernah meremehkan perbuatan baik, meskipun hanya sebuah senyuman atau menyingkirkan duri dari jalan, karena kita tahu Allah Asy-Syakur pasti akan melihat dan membalasnya dengan balasan yang jauh lebih besar.
Al-'Aliyy adalah Dzat yang Maha Tinggi kedudukan dan martabat-Nya. Ketinggian-Nya melampaui segala sesuatu, baik secara Dzat, sifat, maupun kekuasaan. Tidak ada yang lebih tinggi dari-Nya. Nama ini menegaskan supremasi Allah atas seluruh ciptaan dan mengajarkan kita untuk tidak meninggikan diri, karena hanya Dia-lah yang berhak atas segala ketinggian dan kemuliaan.
Al-Kabir adalah Dzat yang Maha Besar, lebih besar dari segala sesuatu yang dapat dibayangkan. Kebesaran-Nya tidak dapat diukur atau dibandingkan. Ucapan "Allahu Akbar" (Allah Maha Besar) yang kita lafalkan dalam shalat adalah pengakuan atas sifat ini. Mengingat nama Al-Kabir membuat semua masalah dunia terasa kecil dan tidak berarti di hadapan kebesaran-Nya, memberikan ketenangan dan kekuatan dalam menghadapi cobaan.
Al-Hafizh adalah Dzat yang menjaga dan memelihara segala sesuatu dari kerusakan dan kebinasaan. Dia menjaga langit agar tidak runtuh, menjaga bumi agar tetap stabil, dan menjaga setiap makhluk dari bahaya. Dia juga menjaga amal perbuatan hamba-Nya untuk diberikan balasan. Berdoa dengan nama Al-Hafizh adalah memohon perlindungan total dari segala keburukan, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.
Al-Muqit adalah Dzat yang menjamin dan memberikan rezeki (makanan) kepada setiap makhluk untuk menopang kehidupannya. Dia mengetahui kadar kebutuhan setiap ciptaan-Nya dan memberikannya dengan tepat. Nama ini lebih spesifik dari Ar-Razzaq, berfokus pada makanan pokok yang menjaga kelangsungan hidup. Ini mengajarkan kita untuk bersyukur atas setiap suap makanan yang kita nikmati dan tidak khawatir akan kelaparan, karena Al-Muqit telah menjaminnya.
Al-Hasib memiliki dua makna. Pertama, Dia adalah Dzat yang mencukupi segala kebutuhan hamba-Nya. Ucapan "Hasbunallah" (Cukuplah Allah bagi kami) adalah refleksi dari makna ini. Kedua, Dia adalah Dzat yang akan melakukan perhitungan (hisab) atas semua amal perbuatan manusia di hari kiamat. Perhitungan-Nya sangat teliti dan adil. Mengingat nama ini mendorong kita untuk selalu melakukan introspeksi diri (muhasabah) atas perbuatan kita di dunia.
Al-Jalil adalah Dzat yang memiliki sifat-sifat keluhuran dan keagungan. Kemuliaan-Nya sempurna dan agung. Nama ini menekankan pada keindahan dan kesempurnaan sifat-sifat Allah yang menimbulkan rasa hormat dan takjub yang mendalam pada diri hamba-Nya.
Al-Karim adalah Dzat yang sangat pemurah, yang memberi tanpa diminta dan memberi lebih dari yang diharapkan. Kemurahan-Nya tidak pernah berkurang meskipun terus-menerus memberi. Dia memaafkan kesalahan, menutupi aib, dan memenuhi janji-Nya. Berinteraksi dengan Al-Karim mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang dermawan, pemaaf, dan suka memberi tanpa pamrih.
Ar-Raqib adalah Dzat yang selalu mengawasi dan memperhatikan setiap gerak-gerik makhluk-Nya tanpa pernah lalai sedetik pun. Pengawasan-Nya lebih dekat dari urat leher kita sendiri. Nama ini adalah inti dari muraqabah, perasaan selalu diawasi Allah, yang merupakan pilar penting dalam menjaga diri dari perbuatan dosa dan mendorong untuk senantiasa berbuat kebaikan.
Al-Mujib adalah Dzat yang menjawab dan mengabulkan setiap doa dan permohonan hamba-Nya. Dia dekat dengan orang yang berdoa. Pengabulan doa bisa dalam tiga bentuk: dikabulkan langsung sesuai permintaan, ditunda untuk waktu yang lebih baik, atau diganti dengan sesuatu yang lebih baik atau dihindarkan dari musibah. Keyakinan pada Al-Mujib membuat kita tidak pernah ragu untuk berdoa dan memohon kepada-Nya.
Al-Wasi' adalah Dzat yang Maha Luas dalam segala hal: rahmat-Nya luas, ilmu-Nya luas, karunia-Nya luas, dan ampunan-Nya pun luas. Kelapangan-Nya tidak memiliki batas. Nama ini mengajarkan kita untuk tidak berpandangan sempit dan tidak mudah putus asa, karena rahmat dan ampunan Allah jauh lebih luas dari dosa-dosa kita dan masalah-masalah kita.
Al-Hakim adalah Dzat yang segala perbuatan, perintah, dan larangan-Nya penuh dengan hikmah dan kebijaksanaan. Tidak ada satupun ciptaan atau aturan-Nya yang sia-sia. Di balik setiap kejadian, baik yang kita sukai maupun tidak, pasti terkandung hikmah yang agung. Mengimani Al-Hakim membuat hati kita tenang dan menerima setiap takdir-Nya dengan lapang dada.
Al-Wadud adalah Dzat yang Maha Mencintai hamba-hamba-Nya yang taat dan juga Dicintai oleh mereka. Cinta-Nya adalah cinta yang murni, aktif, dan penuh kasih sayang. Dia menunjukkan cinta-Nya dengan memberikan nikmat dan ampunan. Nama ini mengajarkan kita bahwa hubungan antara hamba dan Tuhan tidak hanya hubungan antara yang menyembah dan disembah, tetapi juga hubungan cinta yang mendalam.
Al-Majid adalah Dzat yang memiliki kemuliaan yang sempurna, baik dalam Dzat-Nya maupun dalam perbuatan-Nya yang agung dan indah. Kemuliaan-Nya terpancar dari kedermawanan dan kebaikan-Nya yang melimpah. Nama ini sering digandengkan dengan shalawat kepada Nabi (kama shallaita 'ala Ibrahim wa 'ala aali Ibrahim, innaka Hamidun Majid).
Al-Ba'its adalah Dzat yang akan membangkitkan semua makhluk dari kubur pada hari kiamat untuk dimintai pertanggungjawaban. Dia juga yang membangkitkan semangat dan kemauan dalam hati manusia, serta mengutus para rasul untuk membimbing umat manusia. Nama ini adalah pilar keyakinan akan adanya hari kebangkitan.
Asy-Syahid adalah Dzat yang menjadi saksi atas segala sesuatu. Tidak ada yang tersembunyi dari-Nya. Dia menyaksikan perbuatan hamba-Nya, baik yang lahir maupun batin. Pada hari kiamat, Dia akan menjadi saksi yang paling adil atas semua yang telah terjadi. Keyakinan ini membuat kita merasa bahwa setiap tindakan kita memiliki saksi yang Agung.
Al-Haqq adalah Dzat yang keberadaan-Nya adalah kebenaran yang mutlak dan pasti. Dia adalah kebenaran itu sendiri, dan dari-Nya datang segala kebenaran. Janji-Nya adalah benar, firman-Nya adalah benar, dan pertemuan dengan-Nya adalah benar. Nama ini menjadi fondasi untuk membedakan antara yang hak (benar) dan yang batil (salah).
Al-Wakil adalah Dzat yang paling dapat diandalkan untuk diserahi segala urusan. Dia adalah pelindung dan pengatur terbaik. Bertawakal kepada Al-Wakil berarti menyerahkan hasil dari segala usaha kita sepenuhnya kepada-Nya, dengan keyakinan bahwa Dia akan mengatur urusan kita dengan cara yang terbaik. Ini memberikan ketenangan jiwa yang luar biasa.
Al-Qawiyy adalah Dzat yang memiliki kekuatan yang sempurna dan tidak terbatas. Kekuatan-Nya tidak pernah berkurang atau melemah. Dia tidak butuh bantuan dari siapapun. Nama ini memberikan rasa aman karena kita berlindung kepada Dzat yang kekuatannya tidak terkalahkan oleh kekuatan apapun di alam semesta.
Al-Matin adalah Dzat yang kekuatan-Nya sangat kokoh dan tidak tergoyahkan. Jika Al-Qawiyy adalah tentang besarnya kekuatan, Al-Matin adalah tentang intensitas dan kekokohan kekuatan tersebut. Kekuatan-Nya tidak memiliki kelemahan sama sekali. Kombinasi Al-Qawiyy dan Al-Matin menunjukkan kesempurnaan kekuatan Allah yang absolut.
Al-Waliyy adalah Dzat yang menjadi pelindung, penolong, dan kekasih bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) menuju cahaya (iman). Menjadikan Allah sebagai Wali berarti mendapatkan perlindungan dan bimbingan terbaik dalam hidup, baik di dunia maupun di akhirat.
Al-Hamid adalah Dzat yang berhak atas segala puji dan sanjungan, baik Dia dipuji oleh makhluk-Nya ataupun tidak. Dzat dan sifat-Nya sempurna, sehingga Dia terpuji dengan sendirinya. Segala nikmat yang ada di alam semesta ini adalah alasan untuk memuji-Nya. Mengucapkan "Alhamdulillah" adalah pengakuan atas sifat ini.
Al-Muhshi adalah Dzat yang menghitung dan mengetahui jumlah segala sesuatu dengan detail yang sempurna. Tidak ada satu pun yang luput dari perhitungan-Nya, mulai dari jumlah tetesan hujan, butiran pasir, hingga setiap amal perbuatan manusia. Nama ini mengingatkan kita akan ketelitian hisab di hari kiamat.
Al-Mubdi' adalah Dzat yang memulai penciptaan dari ketiadaan. Dia adalah inisiator dari segala sesuatu yang ada. Penciptaan pertama manusia, alam semesta, dan kehidupan adalah manifestasi dari nama-Nya ini. Dia menciptakan tanpa ada contoh atau bahan baku sebelumnya.
Al-Mu'id adalah Dzat yang akan mengembalikan kehidupan setelah kematian. Sebagaimana Dia mampu memulai penciptaan (Al-Mubdi'), maka mengembalikan ciptaan yang sudah ada tentu lebih mudah bagi-Nya. Nama ini menegaskan kembali keyakinan akan hari kebangkitan, di mana semua manusia akan dihidupkan kembali.
Al-Muhyi adalah Dzat yang memberikan kehidupan kepada segala sesuatu. Dia menghidupkan janin dalam rahim, menghidupkan bumi yang mati dengan air hujan, dan yang paling utama, menghidupkan orang yang telah mati. Dia adalah satu-satunya sumber kehidupan yang hakiki.
Al-Mumit adalah Dzat yang menentukan kematian bagi setiap makhluk yang bernyawa. Kematian adalah ketetapan-Nya yang tidak bisa ditunda atau dimajukan. Mengingat Allah sebagai Al-Mumit akan melembutkan hati, mengingatkan akan kefanaan dunia, dan mendorong untuk mempersiapkan bekal untuk kehidupan setelah mati.
Al-Hayy adalah Dzat yang memiliki kehidupan yang sempurna, abadi, dan tidak berawal serta tidak berakhir. Kehidupan-Nya tidak bergantung pada apapun dan menjadi sumber kehidupan bagi seluruh makhluk. Dia tidak pernah tidur dan tidak pernah lelah. Nama ini sering disebut bersama Al-Qayyum dalam Ayat Kursi.
Al-Qayyum adalah Dzat yang berdiri sendiri, tidak membutuhkan siapapun dan apapun. Sebaliknya, seluruh makhluk bergantung sepenuhnya kepada-Nya untuk keberlangsungan hidup mereka. Dia-lah yang mengurus dan mengatur seluruh alam semesta secara terus-menerus tanpa henti. Al-Hayy Al-Qayyum adalah pilar dari keesaan dan kemandirian Allah.
Al-Wajid adalah Dzat yang tidak kekurangan apapun. Dia memiliki segalanya dan tidak membutuhkan apapun dari makhluk-Nya. Dia menemukan apa saja yang Dia kehendaki. Kekayaan-Nya sempurna dan tidak terbatas.
Nama ini mirip dengan Al-Majid (nomor 48), menekankan pada kemuliaan, kehormatan, dan keagungan yang tiada tara. Kebaikan dan kedermawanan-Nya yang luas adalah cerminan dari kemuliaan-Nya yang agung.
Al-Wahid adalah Dzat yang Maha Esa dalam Dzat, sifat, dan perbuatan-Nya. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia adalah satu-satunya yang berhak disembah. Konsep tauhid (mengesakan Allah) berpusat pada pemahaman nama Al-Wahid ini. Dia adalah satu-satunya Pencipta, Pengatur, dan Pemilik alam semesta.
Al-Ahad memiliki makna keesaan yang lebih dalam dan absolut daripada Al-Wahid. Al-Ahad berarti tunggal yang tidak tersusun dari bagian-bagian, tidak memiliki padanan, dan tidak dapat dibagi. Nama ini (seperti dalam Surat Al-Ikhlas) menafikan segala bentuk syirik, termasuk konsep trinitas atau adanya anak dan orang tua bagi Tuhan.
As-Shamad adalah Dzat yang menjadi tujuan dan tempat bergantung bagi seluruh makhluk dalam memenuhi segala hajat dan kebutuhan mereka. Dia tidak butuh makan, minum, atau apapun, sementara seluruh makhluk sangat membutuhkan-Nya setiap saat. Dia adalah sandaran yang abadi dan sempurna.
Al-Qadir adalah Dzat yang memiliki kekuasaan dan kemampuan untuk melakukan apa saja yang Dia kehendaki. Tidak ada yang dapat melemahkan atau menghalangi kekuasaan-Nya. Dia berkuasa untuk menciptakan, mematikan, menghidupkan, dan mengatur segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya.
Al-Muqtadir adalah bentuk superlatif dari Al-Qadir. Nama ini menunjukkan kekuasaan yang sangat sempurna dan absolut atas segala sesuatu. Jika Al-Qadir adalah tentang kemampuan, Al-Muqtadir adalah tentang implementasi kekuasaan itu secara total dan tanpa batas.
Al-Muqaddim adalah Dzat yang menempatkan sesuatu di depan atau mendahulukannya sesuai dengan hikmah dan kehendak-Nya. Dia mendahulukan sebagian makhluk atas sebagian yang lain dalam hal penciptaan, kedudukan, atau rezeki. Semua itu terjadi atas dasar kebijaksanaan-Nya yang sempurna.
Al-Mu'akhkhir adalah Dzat yang menempatkan sesuatu di belakang atau mengakhirkannya. Dia menunda hukuman bagi para pendosa, menunda beberapa hal untuk waktu yang lebih tepat, dan menempatkan siapa yang Dia kehendaki di belakang. Pasangan Al-Muqaddim dan Al-Mu'akhkhir menunjukkan bahwa Allah adalah pengatur mutlak atas urutan dan prioritas segala sesuatu.
Al-Awwal adalah Dzat yang keberadaan-Nya tidak didahului oleh apapun. Dia ada sebelum segala sesuatu ada. Dia adalah permulaan tanpa awal. Nama ini menafikan adanya pencipta lain sebelum Dia dan menegaskan keabadian-Nya yang azali.
Al-Akhir adalah Dzat yang akan tetap ada setelah segala sesuatu musnah. Dia adalah tujuan akhir dari segalanya. Keberadaan-Nya tidak berkesudahan. Dia adalah akhir tanpa penghabisan. Pasangan Al-Awwal dan Al-Akhir menunjukkan bahwa Allah meliputi segala zaman dan waktu.
Az-Zhahir adalah Dzat yang keberadaan-Nya sangat nyata dan jelas melalui tanda-tanda kebesaran-Nya yang tersebar di seluruh alam semesta. Keteraturan alam, keajaiban ciptaan, semuanya menunjukkan eksistensi-Nya. Dia berada di atas segala sesuatu dan bukti-Nya lebih jelas dari apapun.
Al-Batin adalah Dzat yang tersembunyi dari pandangan dan jangkauan indra makhluk. Hakikat Dzat-Nya tidak dapat dibayangkan atau dilihat di dunia. Dia lebih dekat dari apapun, namun Dzat-Nya tetap ghaib. Pasangan Az-Zhahir dan Al-Batin menunjukkan bahwa Allah meliputi segala dimensi, yang tampak maupun yang tersembunyi.
Al-Wali adalah Dzat yang memiliki dan memerintah segala urusan. Dia adalah penguasa tunggal yang mengatur alam semesta sesuai dengan kehendak dan kebijaksanaan-Nya. Tidak ada yang bisa ikut campur dalam pemerintahan-Nya. Semua tunduk di bawah kekuasaan dan peraturan-Nya.
Al-Muta'ali adalah Dzat yang Maha Tinggi dan suci dari segala sifat-sifat makhluk. Ketinggian-Nya melampaui segala pemikiran dan imajinasi. Dia bebas dari segala kekurangan dan persamaan dengan ciptaan-Nya. Nama ini menegaskan transendensi absolut Allah.
Al-Barr adalah Dzat yang sumber segala kebaikan dan kebajikan. Kebaikan-Nya melimpah ruah kepada seluruh makhluk-Nya, bahkan kepada mereka yang durhaka. Dia membalas kebaikan dengan berlipat ganda dan menepati janji-Nya. Nama ini menginspirasi kita untuk selalu berbuat baik (birr) kepada sesama, terutama kepada orang tua.
At-Tawwab adalah Dzat yang senantiasa menerima taubat hamba-Nya yang kembali kepada-Nya. Dia tidak hanya menerima, tetapi juga membimbing hamba-Nya untuk bertaubat dan memudahkan jalan taubat bagi mereka. Pintu taubat-Nya selalu terbuka hingga akhir hayat. Nama ini adalah sumber harapan terbesar bagi para pendosa.
Al-Muntaqim adalah Dzat yang memberikan balasan setimpal kepada orang-orang yang berbuat zalim dan melampaui batas setelah keadilan ditegakkan. Balasan-Nya bukanlah balas dendam yang didasari emosi, melainkan manifestasi dari keadilan-Nya yang sempurna. Dia menunda balasan-Nya, namun tidak pernah melupakannya.
Al-'Afuww adalah Dzat yang memaafkan dan menghapuskan dosa-dosa hamba-Nya. Pemaafan-Nya lebih dalam dari ampunan (maghfirah). Jika ampunan berarti menutupi dosa, maka pemaafan ('afw) berarti menghapus dosa itu seolah-olah tidak pernah terjadi, beserta seluruh jejak dan konsekuensinya. Inilah yang kita mohon pada malam Lailatul Qadar.
Ar-Ra'uf adalah Dzat yang memiliki kasih sayang yang sangat mendalam dan penuh belas kasihan. Sifat ini adalah puncak dari rahmat, di mana Allah sangat tidak ingin hamba-Nya tertimpa musibah atau kesusahan. Dia sangat lembut dan penuh perhatian kepada hamba-hamba-Nya.
Malik-ul-Mulk adalah Pemilik mutlak dari seluruh kerajaan alam semesta. Dia memberikan kekuasaan kepada siapa yang Dia kehendaki dan mencabut kekuasaan dari siapa yang Dia kehendaki. Semua raja dan penguasa di dunia hanyalah peminjam kekuasaan yang sementara. Pemilik sejati dari segala kekuasaan hanyalah Dia.
Nama ini mencakup dua aspek agung. Dzul-Jalal berarti Pemilik segala keagungan, kebesaran, dan kehebatan yang membuat-Nya harus dihormati dan ditakuti. Wal-Ikram berarti Pemilik segala kemuliaan dan kedermawanan yang membuat-Nya harus dicintai dan diharapkan. Nama ini menyatukan rasa takut (jalal) dan harapan (ikram) dalam hati seorang hamba.
Al-Muqsith adalah Dzat yang menegakkan keadilan dengan sempurna. Dia memberikan hak kepada yang berhak, bahkan mengambil hak dari orang zalim untuk diberikan kepada yang dizalimi. Keadilan-Nya tidak hanya menghukum yang salah, tetapi juga membela yang benar. Dia adil dalam segala hukum dan takdir-Nya.
Al-Jami' adalah Dzat yang akan mengumpulkan seluruh manusia, dari generasi pertama hingga terakhir, di Padang Mahsyar pada hari kiamat. Dia mengumpulkan mereka untuk diadili. Dia juga yang menyatukan hal-hal yang tercerai-berai dan menyatukan hati orang-orang beriman.
Al-Ghaniyy adalah Dzat yang Maha Kaya dan tidak membutuhkan apapun dari makhluk-Nya. Kekayaan-Nya bersifat absolut. Sebaliknya, seluruh makhluk sangat fakir dan membutuhkan-Nya. Mengimani Al-Ghaniyy akan membebaskan kita dari perbudakan materi dan membuat kita hanya meminta kepada sumber kekayaan yang sejati.
Al-Mughni adalah Dzat yang memberikan kekayaan dan kecukupan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia membuat hamba-Nya tidak lagi bergantung kepada selain-Nya. Kekayaan sejati adalah kekayaan hati (rasa cukup), dan inilah yang dianugerahkan oleh Al-Mughni kepada hamba-hamba pilihan-Nya.
Al-Mani' adalah Dzat yang mencegah terjadinya sesuatu atau menahan karunia-Nya dari seseorang demi suatu hikmah. Pencegahan-Nya bukanlah kebakhilan, melainkan bentuk perlindungan. Terkadang Dia mencegah kita dari mendapatkan sesuatu karena Dia tahu hal itu akan berbahaya bagi kita. Mencegah keburukan adalah salah satu bentuk pemberian terbaik.
Ad-Darr adalah Dzat yang menimpakan mudharat atau kesulitan kepada siapa yang Dia kehendaki. Hal ini bukan karena kezaliman, melainkan sebagai ujian, hukuman atas dosa, atau untuk mengangkat derajat seorang hamba. Tidak ada yang bisa memberi mudharat kecuali dengan izin-Nya. Nama ini harus dipahami bersama An-Nafi'.
An-Nafi' adalah Dzat yang menjadi sumber segala manfaat dan kebaikan. Tidak ada yang bisa memberikan manfaat sedikit pun kecuali atas izin-Nya. Memahami pasangan nama Ad-Darr dan An-Nafi' menuntun kita untuk hanya takut dan berharap kepada Allah, karena hanya Dia yang mengendalikan semua mudharat dan manfaat.
An-Nur adalah Cahaya langit dan bumi. Dzat-Nya adalah cahaya dan hijab-Nya adalah cahaya. Dia memberikan cahaya petunjuk (iman) ke dalam hati hamba-Nya, menerangi jalan mereka dari kegelapan. Dia juga yang memberikan cahaya fisik yang membuat kita bisa melihat. Tanpa cahaya-Nya, seluruh alam semesta akan berada dalam kegelapan total, baik fisik maupun spiritual.
Al-Hadi adalah Dzat yang memberikan hidayah atau petunjuk kepada hamba-Nya menuju jalan kebenaran. Hidayah ada berbagai tingkatan, mulai dari hidayah insting pada hewan hingga hidayah iman yang merupakan karunia terbesar. Tidak ada yang bisa memberi petunjuk kepada seseorang yang telah disesatkan oleh Allah, dan sebaliknya. Kita harus senantiasa memohon petunjuk kepada-Nya.
Al-Badi' adalah Dzat yang menciptakan segala sesuatu dengan keindahan yang unik dan tanpa contoh sebelumnya. Ciptaan-Nya di langit dan di bumi penuh dengan keajaiban dan keindahan yang tiada tara. Nama ini mengajak kita untuk mengapresiasi keindahan ciptaan-Nya dan menyadari kehebatan Sang Seniman Agung.
Al-Baqi adalah Dzat yang kekal abadi, yang keberadaan-Nya tidak akan pernah berakhir. Semua makhluk akan binasa, sementara Dzat Allah yang Maha Mulia akan tetap kekal. Mengingat nama ini menanamkan kesadaran akan kefanaan dunia dan mendorong kita untuk beramal demi kehidupan yang kekal di akhirat.
Al-Warits adalah Dzat yang akan mewarisi bumi dan segala isinya setelah semua makhluk musnah. Segala kepemilikan di dunia ini hanya bersifat sementara. Pada akhirnya, semua akan kembali kepada Pemilik yang sesungguhnya. Keyakinan ini mengajarkan kita untuk tidak terlalu terikat dengan harta duniawi.
Ar-Rasyid adalah Dzat yang memberikan bimbingan dan petunjuk yang lurus kepada hamba-Nya. Segala tuntunan-Nya membawa kepada kebenaran dan kebaikan. Dia adalah pembimbing yang paling cerdas dan bijaksana. Mengikuti petunjuk-Nya adalah jaminan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
As-Shabur adalah Dzat yang Maha Sabar. Dia tidak tergesa-gesa menghukum para pendosa, melainkan memberi mereka waktu untuk bertaubat. Kesabaran-Nya sangat luas, melebihi kesabaran makhluk manapun. Dia sabar dalam menangguhkan azab, sabar dalam mendengarkan keluh kesah hamba-Nya, dan sabar dalam mengatur alam semesta. Nama ini menginspirasi kita untuk meneladani sifat sabar dalam menghadapi ujian dan dalam berinteraksi dengan sesama.