Pemberian Air Susu Ibu (ASI) perah melalui botol dot adalah solusi praktis bagi banyak ibu, terutama yang kembali bekerja atau memiliki kendala menyusui langsung. Namun, transisi dari payudara ke dot memerlukan teknik yang tepat agar bayi tidak mengalami kebingungan puting (nipple confusion) dan pertumbuhan rahang tetap optimal. Pemberian ASI perah dengan dot bukan sekadar menuangkan susu ke dalam botol, melainkan sebuah seni yang membutuhkan pemahaman tentang anatomi mulut bayi dan mekanisme menetek.
Kunci sukses pemberian ASI perah dengan dot terletak pada pemilihan dot yang menyerupai bentuk alami payudara ibu saat menyusui. Tidak semua dot diciptakan sama, dan banyak dot komersial yang memiliki aliran terlalu cepat atau bentuk yang kaku.
Tujuan utama saat memberikan ASI perah adalah meniru refleks mengisap yang terjadi saat bayi menyusu langsung. Ini sering disebut sebagai teknik 'Paced Bottle Feeding' atau pemberian botol berirama.
Kebingungan puting terjadi ketika bayi lebih memilih dot karena mudah mendapatkan aliran susu yang konstan dan tidak perlu bekerja keras seperti saat menyusui langsung. Untuk meminimalkan risiko ini ketika Anda berencana kembali menyusui langsung, pertimbangkan beberapa strategi berikut:
Pertama, tunda pengenalan dot hingga usia minimal 4-6 minggu, kecuali ada indikasi medis yang mengharuskannya lebih awal. Kedua, jika memungkinkan, biarkan orang lain (bukan ibu) yang memberikan ASI perah dengan dot, terutama pada tahap awal. Kehadiran ibu seringkali memicu bayi hanya ingin menyusu langsung dari payudara.
Selanjutnya, pastikan durasi pemberian dot tidak terlalu lama. Batasi sesi pemberian ASI perah dengan dot sekitar 15-20 menit. Jika bayi belum menghabiskan isinya, hentikan dan coba lagi nanti, atau tawarkan payudara pada sesi menyusui berikutnya. Mengelola frekuensi pemberian dot sangat penting untuk menjaga suplai ASI di payudara dan preferensi bayi terhadap cara menyusu yang utama.
Saat memberikan ASI perah, pastikan Anda mengikuti pedoman penyimpanan ASI yang aman. ASI yang baru diperah dapat disimpan di suhu ruangan selama 4-6 jam, tetapi lebih baik jika segera didinginkan atau dibekukan. Selalu gunakan ASI yang paling lama terlebih dahulu (sistem FIFO: First In, First Out).
Jadwal pemberian harus konsisten dengan kebutuhan bayi. Jika bayi biasa menyusu setiap 3 jam, usahakan ASI perah diberikan pada interval tersebut. Konsistensi jadwal membantu mengatur jam lapar bayi dan memastikan asupan nutrisi yang cukup tanpa menyebabkan perut kembung karena pemberian yang terlalu banyak atau terlalu sering.
Pemberian ASI perah dengan dot adalah alat bantu yang luar biasa, namun memerlukan kesabaran dan observasi. Dengan teknik yang tepat, Anda dapat memastikan bayi mendapatkan manfaat penuh ASI sambil mempermudah transisi antara menyusui langsung dan pemberian menggunakan botol. Jika Anda mengalami kesulitan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahli laktasi terdekat.