Kurikulum Merdeka membawa angin segar dalam dunia pendidikan Indonesia, salah satunya adalah penekanan kuat pada konsep asesmen yang lebih bermakna dan berpihak pada peserta didik. Lantas, penerapan asesmen dalam kurikulum merdeka yang tepat adalah bagaimana? Jawabannya terletak pada pemahaman bahwa asesmen bukan sekadar alat ukur pencapaian semata, melainkan sebuah proses berkelanjutan yang menjadi bagian integral dari pembelajaran.
Berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang cenderung menekankan asesmen sumatif, Kurikulum Merdeka mendorong integrasi asesmen formatif dan sumatif dengan proporsi yang seimbang. Asesmen formatif, yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, berfungsi untuk memberikan umpan balik konstruktif kepada guru dan siswa. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi kesulitan belajar, mengetahui area yang perlu ditingkatkan, serta menyesuaikan strategi pembelajaran agar lebih efektif. Umpan balik dari asesmen formatif ini krusial untuk memfasilitasi pertumbuhan belajar siswa secara optimal, bukan sekadar memberi nilai akhir.
Untuk mengimplementasikan asesmen secara tepat dalam Kurikulum Merdeka, beberapa prinsip utama perlu dipegang teguh:
Dalam Kurikulum Merdeka, asesmen terbagi menjadi dua jenis utama:
Fokus utamanya adalah untuk mendukung proses belajar. Guru menggunakan asesmen formatif untuk memantau sejauh mana pemahaman siswa, mengidentifikasi area yang sulit, dan memberikan umpan balik yang dapat digunakan siswa untuk meningkatkan kualitas belajarnya. Contohnya termasuk pertanyaan reflektif di akhir pembelajaran, diskusi kelas, tugas-tugas kecil selama proses KBM, atau cek pemahaman singkat.
Asesmen sumatif dilakukan pada akhir periode pembelajaran untuk mengukur pencapaian siswa terhadap tujuan pembelajaran. Namun, dalam Kurikulum Merdeka, hasil asesmen sumatif ini juga diarahkan untuk menjadi bahan refleksi dan perbaikan program pembelajaran di masa mendatang. Contohnya adalah ujian akhir semester, proyek akhir, atau penilaian portofolio komprehensif.
Penerapan asesmen dalam kurikulum merdeka yang tepat adalah dengan menjadikannya sebagai alat diagnostik yang mendalam, pemandu proses belajar yang aktif, dan penilai hasil yang konstruktif. Guru tidak lagi hanya menjadi pemberi nilai, tetapi juga fasilitator yang senantiasa memantau, membimbing, dan merespons kebutuhan belajar individu. Dengan demikian, asesmen menjadi lebih dari sekadar angka, melainkan cerminan dari pertumbuhan dan perkembangan utuh peserta didik.
Pengembangan profesional guru dalam memahami dan menerapkan berbagai strategi asesmen menjadi kunci sukses implementasi Kurikulum Merdeka. Ketika asesmen dijalankan dengan benar, ia akan benar-benar berfungsi sebagai penggerak utama untuk mencapai profil pelajar Pancasila yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.