Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi terbaik dan tak tergantikan bagi bayi. Namun, banyak ibu yang mengalami kekhawatiran karena merasa produksi ASI menurun. Mengetahui penyebab utama ASI berkurang adalah langkah pertama yang penting untuk mengambil tindakan korektif yang tepat. Penurunan produksi ASI bisa disebabkan oleh kombinasi faktor fisik, emosional, dan manajemen menyusui yang kurang optimal.
Penyebab Utama ASI Berkurang
Produksi ASI diatur oleh hukum permintaan dan penawaran (supply and demand). Semakin sering dan efektif bayi mengosongkan payudara, semakin banyak ASI yang diproduksi. Jika terjadi penurunan produksi, beberapa faktor berikut sering menjadi pemicunya:
1. Frekuensi dan Durasi Menyusui yang Kurang Optimal
Jarak Menyusui Terlalu Jauh: Jika bayi menyusu jarang (misalnya lebih dari 3 jam saat siang hari), payudara tidak mendapat sinyal yang cukup untuk memproduksi ASI secara maksimal.
Penggunaan Suplemen atau Susu Formula: Pemberian susu formula atau MPASI terlalu dini dapat membuat bayi kenyang lebih cepat, sehingga ia menyusu lebih jarang, yang otomatis menurunkan produksi ASI.
Pemberian Dot atau Empeng: Penggunaan dot atau empeng dapat menyebabkan nipple confusion, membuat bayi kurang efektif saat menyusu langsung dari payudara, sehingga pengosongan payudara tidak tuntas.
2. Masalah Pelekatan (Latch)
Pelekatan yang buruk adalah salah satu penyebab terbesar ASI tidak tersalurkan dengan baik. Jika pelekatan tidak benar, bayi hanya akan menghisap puting tanpa mampu merangsang saluran ASI di belakang areola, sehingga stimulasi tidak maksimal dan produksi terhambat.
3. Kondisi Fisik Ibu
Stres dan Kelelahan Emosional: Hormon stres (kortisol) dapat menghambat pelepasan oksitosin, hormon yang berperan penting dalam refleks aliran ASI (let-down reflex).
Kondisi Medis Tertentu: Seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS), riwayat operasi payudara, atau kondisi hormon tertentu.
Obat-obatan Tertentu: Beberapa jenis obat, termasuk dekongestan atau pil KB tertentu, dapat mempengaruhi produksi ASI.
Nutrisi dan Hidrasi: Dehidrasi ringan atau asupan kalori yang terlalu rendah dapat sedikit berdampak pada volume ASI.
4. Gangguan pada Bayi
Kadang masalah bukan pada ibu, melainkan pada bayi. Bayi yang mengalami tumbuh cepat (growth spurt) mungkin terlihat seperti tidak puas karena kebutuhannya meningkat. Atau, bayi yang sedang sakit (pilek, sariawan) mungkin enggan menyusu.
Strategi Efektif Mengatasi ASI Berkurang
Jangan panik. Sebagian besar kasus ASI berkurang dapat diatasi dengan penyesuaian manajemen menyusui dan dukungan fisik maupun emosional.
1. Maksimalkan Pengosongan Payudara (Stimulasi)
Ini adalah kunci utama. Anda harus menciptakan permintaan yang tinggi:
Sering Menyusui Langsung: Tawarkan payudara setiap 2-3 jam sekali (atau sesuai tanda lapar bayi). Jangan membatasi durasi menyusui.
Perah Setelah Menyusui: Jika bayi tampak kenyang namun Anda ingin meningkatkan produksi, perah ASI selama 10-15 menit setelah bayi selesai menyusu. Ini mengirimkan sinyal kuat bahwa payudara harus mengisi ulang lebih cepat.
Power Pumping: Teknik ini meniru pola menyusui bayi kembar atau growth spurt. Contoh pola: Perah 20 menit, istirahat 10 menit, perah 10 menit, istirahat 10 menit, perah 10 menit. Ulangi pola ini sekali sehari selama beberapa hari.
2. Koreksi Teknik Pelekatan
Pastikan bayi membuka mulut lebar-lebar seperti menguap saat menempel ke payudara. Dagu bayi menempel pada payudara, dan bibir bawah terbuka keluar. Jika Anda merasa sakit saat menyusui, segera konsultasikan dengan konselor laktasi untuk memeriksa latch.
3. Kelola Stres dan Jaga Kesehatan Fisik
Istirahat Cukup: Walaupun sulit dilakukan saat merawat bayi, usahakan tidur setidaknya 6-7 jam secara terpisah dalam 24 jam.
Hidrasi dan Nutrisi: Minum air putih minimal 2,5 hingga 3 liter per hari. Konsumsi makanan bergizi seimbang. Tidak perlu diet ketat; fokus pada kalori yang cukup.
Teknik Relaksasi: Dengarkan musik, tarik napas dalam-dalam, atau pijat lembut area punggung/bahu sebelum sesi menyusui untuk membantu pelepasan oksitosin.
4. Konsultasi Profesional
Jika upaya mandiri tidak berhasil, jangan ragu mencari bantuan profesional:
Konselor Laktasi (IBCLC): Mereka dapat mengevaluasi secara langsung teknik menyusui, anatomi mulut bayi (misalnya frenulum pendek), dan memberikan rencana peningkatan produksi yang terstruktur.
Dokter: Untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab medis atau kondisi hormon yang memerlukan penanganan medis (misalnya, mempertimbangkan pemberian obat penambah ASI jika sangat diperlukan dan di bawah pengawasan medis).
Ingatlah bahwa ASI adalah hasil kerja sama antara stimulasi yang efektif dan kondisi fisik serta mental ibu. Dengan kesabaran dan pendekatan yang tepat, produksi ASI biasanya dapat ditingkatkan kembali.