Romuald Hazoumè adalah salah satu seniman kontemporer paling vokal dan berpengaruh yang berasal dari Benin, Afrika Barat. Karya-karyanya bukan sekadar eksplorasi estetika visual; mereka adalah cerminan tajam dan ironis terhadap realitas sosial, politik, dan ekonomi yang dihadapi Afrika di era globalisasi. Melalui penggunaan material bekas, terutama plastik dan barang-barang konsumen yang dibuang (sampah konsumsi Barat), Hazoumè mengubah objek sehari-hari menjadi artefak budaya yang kaya makna.
Filosofi utama dalam karya Hazoumè adalah mendaur ulang bukan hanya material fisik, tetapi juga narasi yang melekat pada objek tersebut. Botol plastik, tutup wadah, dan aksesori elektronik bekas yang banyak beredar di pasar-pasar Afrika menjadi medium utamanya. Dengan merangkai dan menyusun benda-benda ini, ia menciptakan topeng, patung, atau instalasi yang secara visual menarik namun secara tematik menusuk. Karya-karya ini sering kali menyerupai topeng tradisional Afrika, namun dengan sentuhan modern yang ironis, menyoroti bagaimana budaya global telah meresap dan sering kali mendominasi identitas lokal.
"Saya tidak menciptakan sampah baru. Saya hanya mengorganisir kembali sampah yang sudah ada untuk menceritakan kisah yang lebih besar tentang konsumsi dan warisan." – Sebuah interpretasi umum dari pendekatan Hazoumè.
Proses kreatifnya terikat erat dengan lingkungan hidupnya di Cotonou, Benin. Ia mengamati tumpukan sampah impor yang menjadi konsekuensi dari kebijakan ekspor limbah global. Dalam pandangannya, sampah-sampah ini membawa jejak kolonialisme ekonomi baru—barang-barang yang diciptakan untuk dikonsumsi secara cepat dan dibuang, kini kembali ke sumber daya asalnya dalam bentuk limbah yang harus dikelola. Hazoumè memaksa audiensnya untuk berhadapan langsung dengan produk sampingan dari gaya hidup Barat yang sering kali tidak mereka sadari.
Salah satu tema sentral dalam karyanya adalah kritik terhadap konsumerisme Barat yang berlebihan dan dampaknya di Afrika. Patung-patungnya yang menyerupai wajah manusia atau dewa sering kali memiliki "mata" yang terbuat dari tutup botol berwarna cerah. Mata ini bukan hanya elemen visual yang menarik; mereka adalah metafora untuk pengawasan, pemantauan, dan kesadaran yang terpaksa terbangun di tengah kekacauan material.
Selain isu konsumsi, Hazoumè juga menyentuh ranah politik. Banyak karyanya yang secara implisit mengkritik korupsi, kepemimpinan yang rapuh, dan idealisme politik yang gagal setelah kemerdekaan. Penggunaan warna-warna cerah dan bentuk yang mengingatkan pada perayaan rakyat sering kali disandingkan dengan material yang secara intrinsik bersifat "murah" atau "terbuang," menciptakan ketegangan yang kuat antara harapan dan kenyataan pahit.
Karya-karya Romuald Hazoumè telah dipamerkan secara internasional, termasuk di Venice Biennale dan berbagai museum seni kontemporer terkemuka di seluruh dunia. Keberhasilannya terletak pada kemampuannya untuk berbicara dalam bahasa universal kritik sosial sambil tetap berakar kuat pada konteks budayanya di Afrika Barat. Ia berhasil menjembatani kesenjangan antara seni rakyat tradisional dengan seni instalasi kontemporer global, memastikan bahwa suara kritis dari Benin didengar di panggung dunia.
Pendekatan Hazoumè terhadap daur ulang material melampaui sekadar isu lingkungan; ini adalah pernyataan politik yang tegas mengenai nilai, warisan, dan dampak jangka panjang dari interaksi global yang tidak seimbang. Setiap instalasi adalah ajakan untuk merenungkan apa yang kita buang dan apa yang kita terima sebagai penggantinya.