Terjemahan dalam Bahasa Inggris: Menguasai Jembatan Linguistik dan Budaya

I. Pendahuluan: Definisi dan Kedudukan Terjemahan

Proses terjemahan dari bahasa sumber ke Bahasa Inggris, atau yang sering disebut sebagai terjemahan arah B (dari bahasa asing ke bahasa ibu) bagi penutur asli Inggris atau arah A (dari bahasa ibu ke bahasa asing) bagi penutur non-Inggris, merupakan salah satu disiplin ilmu yang paling krusial dalam komunikasi global modern. Bahasa Inggris telah lama memegang peranan sebagai lingua franca dunia, menjadikannya bahasa target utama dalam berbagai konteks, mulai dari diplomasi, perdagangan internasional, hingga penyebaran informasi ilmiah dan kebudayaan. Oleh karena itu, kualitas terjemahan ke Bahasa Inggris tidak hanya menentukan pemahaman, tetapi juga kredibilitas dan jangkauan pesan yang disampaikan.

Terjemahan bukanlah sekadar penggantian kata demi kata. Ia adalah proses kompleks yang melibatkan transfer makna, gaya, nuansa budaya, dan tujuan komunikatif dari teks sumber ke dalam teks target. Kesalahan dalam terjemahan ke Bahasa Inggris, terutama dalam konteks formal seperti hukum atau teknis, dapat mengakibatkan kerugian finansial, kesalahpahaman politik, atau bahkan bahaya keselamatan. Profesionalisme dalam bidang ini menuntut pemahaman mendalam tidak hanya terhadap tata bahasa dan leksikon, tetapi juga terhadap pragmatik dan sosiolinguistik kedua bahasa yang terlibat.

Evolusi Peran Bahasa Inggris dalam Terjemahan

Dalam sejarah terjemahan, Bahasa Inggris selalu menjadi titik fokus. Dari penerjemahan teks-teks klasik Yunani dan Latin di masa lalu hingga lokalisasi perangkat lunak dan konten digital kontemporer, Bahasa Inggris berfungsi sebagai poros transmisi pengetahuan. Globalisasi dan dominasi platform digital Amerika dan Eropa semakin memperkuat posisi Bahasa Inggris, memaksa para profesional di seluruh dunia untuk memastikan bahwa konten mereka dapat dipahami dengan baik oleh audiens berbahasa Inggris yang sangat beragam, mulai dari penutur asli di Amerika Serikat dan Britania Raya hingga penutur Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di Asia dan Afrika.

II. Pilar-Pilar Teoretis Terjemahan ke Bahasa Inggris

Untuk menghasilkan terjemahan Bahasa Inggris yang efektif, seorang penerjemah harus memahami kerangka teoretis yang mendasari praktik mereka. Teori-teori ini memberikan alat konseptual untuk mengatasi dilema yang muncul saat berhadapan dengan perbedaan struktural dan budaya.

A. Konsep Ekuivalensi

Ekuivalensi adalah landasan teori penerjemahan. Namun, konsep ini jauh lebih rumit daripada sekadar menemukan padanan kata. Eugene Nida membedakan antara ekuivalensi formal dan ekuivalensi dinamis (atau fungsional). Saat menerjemahkan ke Bahasa Inggris:

B. Teori Skopos (Tujuan)

Teori Skopos, yang dikembangkan oleh Vermeer, menyatakan bahwa tujuan (Skopos) dari teks target adalah faktor penentu utama dalam strategi penerjemahan. Ketika menerjemahkan ke Bahasa Inggris, penerjemah harus selalu bertanya: Untuk apa teks ini akan digunakan oleh pembaca Inggris?

Penerapan Skopos sangat penting karena Bahasa Inggris memiliki standar gaya penulisan yang sangat ketat untuk berbagai genre (misalnya, perbedaan antara British English dan American English dalam penulisan ilmiah vs. jurnalistik).

C. Domestikasi dan Foreignisasi

Pendekatan Venuti ini berkaitan dengan seberapa jauh penerjemah membawa pembaca target (Inggris) menuju budaya sumber, atau seberapa jauh penerjemah membawa budaya sumber menuju pembaca target. Dalam terjemahan ke Bahasa Inggris:

Diagram Alir Proses Transfer Makna Antar Bahasa S P T Bahasa Sumber (Source) Penerjemahan & Adaptasi Bahasa Target (Inggris)

Gambar 1. Diagram Alir Dasar Proses Transfer Linguistik dan Adaptasi Makna.

III. Tantangan Kunci dalam Menerjemahkan ke Bahasa Inggris

Meskipun Bahasa Inggris dikenal memiliki kosakata yang luas dan struktur yang relatif analitis, ia menyajikan serangkaian tantangan spesifik bagi penerjemah dari bahasa yang secara struktural berbeda, seperti Bahasa Indonesia, Jepang, atau Arab. Mengatasi tantangan ini memerlukan keahlian lintas-budaya yang tinggi.

A. Tata Bahasa Inggris yang Tidak Fleksibel

Bahasa Inggris adalah bahasa yang sangat bergantung pada urutan kata (S-V-O) dan memiliki sistem tense yang rumit. Dalam Bahasa Indonesia, waktu sering kali ditentukan oleh adverbia (kemarin, besok) dan bukan perubahan pada kata kerja. Menerjemahkan struktur ini ke Bahasa Inggris memerlukan keputusan yang tepat mengenai tense (Simple Past, Present Perfect, Past Perfect, dsb.), aspect (Continuous, Perfect), dan mood (Subjunctive, Indicative).

Masalah paling mendasar adalah Articles (a, an, the). Bahasa sumber yang tidak memiliki artikel (seperti Bahasa Indonesia) sering membuat penerjemah kesulitan menentukan kapan harus menggunakan "the" (definitif), "a/an" (indefinitif), atau tidak sama sekali. Penerjemah harus menginternalisasi logika artikel yang berkaitan erat dengan konsep kebaruan informasi dan spesifisitas dalam wacana Bahasa Inggris. Kegagalan memahami artikel dapat membuat terjemahan terlihat canggung atau ambigu bagi penutur asli Inggris.

B. Register dan Pilihan Leksikal

Bahasa Inggris sangat sensitif terhadap register (tingkat formalitas). Memilih kata yang tepat sangat penting. Dalam Bahasa Indonesia, kata "melakukan" dapat digunakan dalam banyak konteks. Namun, dalam Bahasa Inggris, penerjemah harus memilih antara do, perform, execute, conduct, implement, atau carry out, tergantung pada subjek (hukum, bisnis, ilmiah). Pilihan leksikal yang salah dapat mengubah keseluruhan nada teks. Misalnya, menggunakan kata "slay" (bahasa gaul) dalam terjemahan teks bisnis yang seharusnya menggunakan "succeed" akan merusak kredibilitas profesional teks target.

C. Idiom, Frasa, dan Polisem (Polysemy)

Idiom Bahasa Inggris sangat kaya dan sering kali tidak dapat diterjemahkan secara harfiah. Penerjemah harus memiliki bank idiom yang luas untuk dapat melakukan domestikasi idiom sumber. Selain itu, banyak kata dalam Bahasa Inggris bersifat polisemik (memiliki banyak makna terkait). Misalnya, kata "set" memiliki ratusan definisi. Penerjemah harus memilih makna yang tepat berdasarkan konteks, sebuah proses yang membutuhkan kemampuan analisis kontekstual yang mendalam, jauh melampaui kemampuan kamus dwibahasa biasa.

D. Kesenjangan Budaya (Cultural Gaps)

Kesenjangan budaya adalah salah satu hambatan terbesar. Konsep sosial, sistem politik, atau makanan lokal dari bahasa sumber mungkin tidak memiliki padanan langsung dalam konteks Inggris. Penerjemah harus memutuskan apakah akan mempertahankan istilah asli dan menambahkan penjelasan (foreignisasi) atau menggantinya dengan padanan fungsional yang dikenal audiens Inggris (domestikasi). Keputusan ini sering kali menjadi penentu apakah terjemahan terasa otentik atau terasing.

Metafora Budaya Penerjemahan: Permukaan dan Kedalaman Permukaan (Bahasa & Kosakata) Asumsi Nilai Budaya Etika Komunikasi (High/Low Context) Konsep Waktu dan Ruang

Gambar 2. Metafora Gunung Es Budaya dalam Terjemahan, Menyoroti Aspek Tersembunyi.

IV. Strategi Terjemahan Berdasarkan Jenis Teks ke Bahasa Inggris

Pendekatan penerjemahan harus disesuaikan secara drastis berdasarkan genre teks. Penerjemahan sastra menuntut kreativitas yang berbeda dari penerjemahan instruksi teknis. Bahasa Inggris target harus merefleksikan konvensi genre tersebut.

A. Terjemahan Teks Hukum dan Formal

Terjemahan dokumen hukum (kontrak, undang-undang, putusan pengadilan) ke Bahasa Inggris membutuhkan presisi maksimal. Bahasa Inggris hukum (Legalese) memiliki kosa kata dan struktur kalimatnya sendiri, seringkali menggunakan bahasa kuno (e.g., hereby, therewith, aforesaid) dan kalimat majemuk yang sangat panjang.

Strategi utama di sini adalah kesetiaan absolut pada makna denotatif. Penerjemah harus:

  1. Memahami perbedaan antara sistem hukum sumber (misalnya, Civil Law) dan sistem hukum target (Common Law). Terkadang, tidak ada padanan langsung; istilah seperti "Notaris" di beberapa negara memiliki fungsi yang berbeda dengan "Notary Public" di Amerika, sehingga perlu penjelasan fungsional.
  2. Memastikan konsistensi terminologi. Jika sebuah istilah hukum telah diterjemahkan sebagai "Plaintiff," istilah tersebut harus dipertahankan secara konsisten di seluruh dokumen.
  3. Memelihara Register formal tertinggi, menghindari kontraksi (don't, isn't) dan menggunakan bahasa yang tegas dan preskriptif (shall, must).

B. Terjemahan Teks Teknis dan Ilmiah

Teks teknis (manual, spesifikasi, laporan penelitian) berfokus pada kejelasan, ketepatan, dan objektivitas. Bahasa Inggris ilmiah cenderung pasif dan formal, meskipun tren modern mengarah pada penggunaan kalimat aktif untuk meningkatkan kejelasan.

Kunci sukses terjemahan teknis ke Bahasa Inggris adalah:

C. Terjemahan Teks Pemasaran dan Lokalisasi

Terjemahan pemasaran (iklan, slogan, konten web) menuntut pendekatan yang sama sekali berbeda yang dikenal sebagai transkreasi. Tujuannya bukan lagi kesetiaan pada kata-kata, tetapi kesetiaan pada efek persuasif.

Saat menerjemahkan ke Bahasa Inggris dalam konteks pemasaran, penerjemah harus mempertimbangkan:

V. Mendalami Detail Linguistik: Menguasai Nuansa Bahasa Inggris

Penerjemah non-penutur asli sering kali terhenti pada perbedaan struktural yang tampaknya kecil namun berdampak besar pada kealamian terjemahan Bahasa Inggris.

A. Modal Verbs dan Makna Implisit

Bahasa Inggris kaya akan kata kerja modal (can, could, may, might, should, would, must) yang mengekspresikan derajat kepastian, kewajiban, atau kemungkinan. Bahasa sumber yang tidak memiliki sistem modal verb yang setara sering kali menyajikan tantangan. Penerjemah harus mampu mengidentifikasi makna implisit dalam teks sumber dan mengekspresikannya secara eksplisit melalui modal verb yang tepat dalam Bahasa Inggris.

B. Frasa Verbal dan Partikel Preposisional

Frasa verbal (Phrasal Verbs) adalah ciri khas Bahasa Inggris yang informal maupun formal (e.g., put up with, turn down, look into). Kata-kata ini sering kali memiliki makna yang tidak dapat diprediksi dari bagian-bagiannya. Penerjemah dari bahasa sumber yang tidak memiliki struktur frasa verbal harus memastikan mereka menggunakan padanan yang paling alami dan bukan terjemahan kata demi kata.

Demikian pula, preposisi dalam Bahasa Inggris sangat idomatik (on the table, in the meeting, at home). Memilih preposisi yang salah—misalnya, menggunakan "in" bukannya "on" untuk suatu permukaan—meskipun dapat dipahami, akan mengurangi kualitas aliran Bahasa Inggris target secara signifikan dan menandakan terjemahan yang canggung.

C. Kejelasan dan Kepadatan (Conciseness)

Penulisan Bahasa Inggris modern, terutama dalam konteks bisnis dan teknis, menghargai kepadatan dan kejelasan. Penerjemah sering kali harus menghilangkan redundansi yang mungkin umum dalam bahasa sumber. Misalnya, mengeliminasi penggunaan kata sifat yang berlebihan atau mengubah frasa nominal yang panjang menjadi kata kerja aktif.

Teks Bahasa Inggris yang baik menghindari struktur seperti "The implementation of the action plan was done by the team" dan memilih "The team implemented the action plan." Penerjemah yang mahir ke Bahasa Inggris secara proaktif merekonstruksi sintaksis demi mencapai kepadatan dan gaya yang disukai penutur asli.

VI. Peran Teknologi dalam Terjemahan ke Bahasa Inggris

Dalam era digital, terjemahan ke Bahasa Inggris hampir selalu didukung oleh alat teknologi yang memfasilitasi kecepatan, konsistensi, dan volume pekerjaan yang besar. Penerjemah profesional harus menguasai alat ini.

A. Computer-Assisted Translation (CAT) Tools

CAT tools (seperti Trados Studio, Memsource, memoQ) bukan sekadar alat bantu terjemahan, tetapi sistem manajemen konten yang esensial. Mereka menawarkan dua fitur utama yang krusial untuk terjemahan Bahasa Inggris skala besar:

  1. Translation Memory (TM): TM menyimpan semua segmen terjemahan yang telah disetujui. Ini memastikan bahwa kalimat atau frasa yang sama dalam dokumen baru diterjemahkan dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Ini sangat penting untuk menjaga konsistensi terminologi, terutama dalam proyek jangka panjang atau dokumen yang sering diperbarui (e.g., manual perangkat lunak).
  2. Terminology Management (Termbase): Termbase adalah database istilah spesifik yang disetujui klien. Saat menerjemahkan ke Bahasa Inggris, alat ini secara otomatis menandai istilah sumber dan memberikan padanan Bahasa Inggris yang telah disepakati, mencegah penggunaan sinonim yang tidak tepat dalam konteks teknis atau hukum.

B. Machine Translation (MT) dan Post-Editing

Penerjemahan Mesin (MT), terutama model Neural MT (NMT) seperti DeepL atau Google Translate, telah mencapai tingkat kefasihan yang mengesankan dalam pasangan bahasa yang kaya data, termasuk banyak bahasa ke Bahasa Inggris. Namun, output MT, meskipun secara sintaksis benar, sering kali gagal dalam nuansa budaya, register, dan terminologi yang sangat spesifik.

Oleh karena itu, penerjemahan profesional modern sering melibatkan Post-Editing Machine Translation (PEMT). Penerjemah manusia berperan sebagai editor, mengoreksi output MT. Dalam PEMT ke Bahasa Inggris, fokus utama adalah:

PEMT memerlukan seperangkat keterampilan yang berbeda dari terjemahan biasa. Ini membutuhkan kecepatan dan kemampuan untuk "memperbaiki" daripada "menciptakan," menjadikan proses ini efisien namun menuntut perhatian detail yang tinggi.

Kolaborasi Manusia dan Mesin dalam Penerjemahan Modern Manusia (Penerjemah) Nuansa, Budaya, Etika Mesin (NMT/CAT) Kecepatan, Konsistensi, Data Post-Editing (PEMT)

Gambar 3. Model Kolaborasi Manusia-Mesin dalam Alur Kerja Terjemahan Modern.

VII. Etika dan Profesionalisme Penerjemahan

Terjemahan yang baik ke Bahasa Inggris tidak hanya soal linguistik, tetapi juga soal etika dan profesionalisme. Penerjemah bertindak sebagai mediator budaya dan komunikatif, memikul tanggung jawab besar.

A. Netralitas dan Objektivitas

Dalam terjemahan teks sensitif (politik, investigatif, atau legal), penerjemah harus mempertahankan netralitas absolut. Bahasa Inggris yang digunakan harus objektif, tanpa menyuntikkan bias, opini, atau emosi yang tidak ada dalam teks sumber. Prinsip ini sangat menantang, terutama ketika menerjemahkan retorika politik atau debat sosial di mana pilihan kata (misalnya, antara "terrorist" dan "militant") dapat secara fundamental mengubah persepsi audiens Inggris.

B. Konfidensialitas dan Kepemilikan

Banyak proyek terjemahan ke Bahasa Inggris melibatkan dokumen rahasia (laporan keuangan perusahaan, paten, data pribadi). Penerjemah profesional terikat oleh kode etik untuk menjaga kerahasiaan. Dalam konteks teknologi, ini juga berarti memahami bagaimana data diperlakukan oleh CAT tools dan penyedia MT yang digunakan, dan memastikan bahwa tidak ada informasi rahasia yang diunggah ke layanan MT publik yang tidak aman.

C. Standar Kualitas Internasional

Profesionalisme dalam terjemahan ke Bahasa Inggris sering kali diukur dengan kepatuhan terhadap standar industri, seperti ISO 17100. Standar ini mencakup prasyarat kualifikasi penerjemah (memastikan penerjemah memiliki kompetensi Bahasa Inggris yang setara penutur asli atau kompetensi C2), proses alur kerja yang melibatkan revisi oleh penerjemah kedua (editor Bahasa Inggris), dan pemeriksaan kualitas akhir.

VIII. Strategi Praktis dan Pemeriksaan Kualitas (QA) untuk Bahasa Inggris

Terjemahan pertama selalu merupakan draf. Kualitas akhir terjemahan ke Bahasa Inggris ditentukan oleh proses revisi dan kontrol kualitas yang ketat.

A. Revisi oleh Penutur Asli (Native Speaker Review)

Untuk terjemahan yang ditujukan untuk publikasi penting (pemasaran, akademik, diplomasi), revisi oleh penutur asli Bahasa Inggris (dengan latar belakang subjek yang relevan) adalah tahap yang tidak terhindarkan. Penutur asli dapat menangkap ketidakwajaran gaya, idiom yang aneh, atau penggunaan preposisi yang tidak alami, yang mungkin luput dari penerjemah non-penutur asli, meskipun mereka sangat fasih. Proses ini memastikan idiomaticity—bahwa terjemahan tidak hanya benar, tetapi terdengar benar.

B. Pemeriksaan Konsistensi dan Terminologi

Setelah terjemahan selesai, langkah QA harus menggunakan alat bantu perangkat lunak (CAT tools memiliki fungsi QA bawaan) untuk memverifikasi:

C. Back-Translation (Terjemahan Balik)

Untuk terjemahan yang sangat kritis (misalnya, kuesioner medis atau perjanjian internasional), terkadang dilakukan terjemahan balik. Teks Bahasa Inggris diterjemahkan kembali ke bahasa sumber oleh penerjemah pihak ketiga yang tidak melihat teks sumber aslinya. Perbandingan antara teks sumber awal dan terjemahan balik dapat mengungkap pergeseran makna atau ambiguitas yang kritis, sebelum terjemahan Bahasa Inggris final disebarluaskan. Ini berfungsi sebagai mekanisme validasi kualitas tingkat tertinggi.

D. Mengelola Ambiguity Sumber

Bahasa sumber sering kali memiliki ambiguitas yang ditoleransi secara budaya atau konteks. Namun, Bahasa Inggris sering menuntut ketepatan yang lebih tinggi. Penerjemah harus secara proaktif mengidentifikasi ambiguitas dalam teks sumber dan, jika perlu, berkonsultasi dengan klien untuk mengklarifikasi niat penulis agar terjemahan Bahasa Inggris menjadi jelas dan tidak menyesatkan. Misalnya, bahasa sumber yang tidak membedakan jenis kelamin secara eksplisit mungkin perlu diterjemahkan menjadi he/she atau diubah menjadi bentuk jamak untuk mempertahankan kejelasan dalam Bahasa Inggris.

IX. Masa Depan Terjemahan Bahasa Inggris: Evolusi Keterampilan

Lanskap terjemahan ke Bahasa Inggris terus berubah seiring dengan kemajuan Kecerdasan Buatan (AI) dan globalisasi yang semakin mendalam. Ini menuntut evolusi berkelanjutan dalam seperangkat keterampilan penerjemah.

A. Keterampilan yang Diperlukan di Era AI

Di masa depan, penerjemah tidak akan bersaing dengan mesin, tetapi akan berkolaborasi dengan mereka. Keterampilan yang paling berharga bagi penerjemah Bahasa Inggris akan bergeser dari sekadar kefasihan dwibahasa ke keahlian dalam:

B. Bahasa Inggris sebagai Jendela Dunia

Mengingat dominasi berkelanjutan Bahasa Inggris dalam sains, teknologi, dan hiburan, permintaan untuk terjemahan berkualitas tinggi ke bahasa ini tidak akan pernah hilang. Sebaliknya, tuntutan akan kualitas akan semakin meningkat. Organisasi global semakin menyadari bahwa terjemahan Bahasa Inggris yang buruk dapat merusak citra merek, sementara terjemahan yang unggul dapat membuka pasar dan meningkatkan kepercayaan. Ini mendorong penerjemah profesional untuk terus mengasah kemampuan mereka dalam menguasai detail terkecil dari tata bahasa, gaya, dan konvensi budaya Bahasa Inggris.

Kesimpulannya, perjalanan menuju penguasaan terjemahan ke Bahasa Inggris adalah disiplin yang tidak pernah berakhir. Ia membutuhkan fondasi teoretis yang kuat, pengalaman praktis yang luas dalam berbagai genre, penguasaan teknologi, dan komitmen etis yang teguh. Penerjemah yang berhasil adalah mereka yang mampu melampaui kata-kata dan benar-benar menerjemahkan niat, konteks, dan budaya ke dalam bahasa target global yang paling berpengaruh ini.

🏠 Homepage