Membedah Makna Tilka (تِلْكَ) dan Peranannya
Kaligrafi Arab untuk kata Tilka (تِلْكَ).
Dalam mempelajari bahasa Arab, salah satu fondasi utama yang harus dikuasai adalah pemahaman tentang kata tunjuk atau yang dikenal dengan istilah Isim Isyarah (اِسْمُ الْإِشَارَةِ). Kata-kata ini berfungsi untuk menunjuk atau mengidentifikasi benda, orang, atau konsep tertentu. Salah satu Isim Isyarah yang sering muncul, baik dalam Al-Qur'an, hadits, maupun percakapan sehari-hari adalah Tilka (تِلْكَ). Seringkali, kata ini diterjemahkan secara sederhana sebagai "itu", namun makna dan penggunaannya jauh lebih spesifik dan mendalam daripada sekadar terjemahan tunggal tersebut. Artikel ini akan mengupas tuntas arti Tilka, perbedaannya dengan kata tunjuk lain, kaidah gramatikalnya, serta contoh penggunaannya dalam berbagai konteks.
Memahami Tilka bukan hanya tentang menghafal satu kata, melainkan tentang membuka pintu untuk memahami struktur kalimat bahasa Arab yang logis dan presisi. Setiap kata tunjuk dalam bahasa Arab membawa informasi spesifik mengenai gender (jenis kelamin), jumlah (tunggal, ganda, atau jamak), dan jarak (dekat atau jauh) dari objek yang ditunjuk. Kesalahan dalam menggunakan kata tunjuk dapat mengubah makna kalimat secara signifikan. Oleh karena itu, penguasaan materi ini menjadi sebuah keniscayaan bagi siapa pun yang serius ingin mendalami bahasa Arab, bahasa Al-Qur'an.
Bab 1: Definisi Dasar dan Komponen Makna Tilka
Secara mendasar, Tilka (تِلْكَ) adalah Isim Isyarah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang spesifik. Untuk memahami definisinya secara lengkap, kita perlu membedahnya menjadi tiga komponen utama yang terkandung di dalamnya:
- Tunggal (Mufrad - مُفْرَد): Tilka hanya digunakan untuk menunjuk satu objek atau satu entitas. Ia tidak bisa digunakan untuk menunjuk dua benda atau lebih.
- Feminin (Mu'annats - مُؤَنَّث): Ini adalah karakteristik paling penting dari Tilka. Kata ini secara eksklusif digunakan untuk menunjuk kata benda yang berjenis kelamin feminin atau dianggap feminin dalam kaidah bahasa Arab.
- Jauh (Lil-ba'iid - لِلْبَعِيْد): Tilka digunakan untuk menunjuk objek yang posisinya jauh dari pembicara, baik secara fisik maupun konseptual (maknawi).
Dengan menggabungkan ketiga komponen tersebut, kita mendapatkan definisi yang utuh: Tilka artinya adalah "itu" untuk menunjuk satu benda atau konsep bergender feminin yang posisinya jauh.
Identifikasi Kata Benda Feminin (Mu'annats)
Karena Tilka sangat terikat dengan gender feminin, penting untuk mengetahui cara mengidentifikasi kata benda feminin dalam bahasa Arab. Ciri yang paling umum adalah keberadaan Ta' Marbuthah (ة) di akhir kata.
Contoh sederhana:
تِلْكَ مَدْرَسَةٌ
Tilka madrasatun.
Itu (jauh) adalah sebuah sekolah.
Pada contoh di atas, kata madrasatun (مَدْرَسَةٌ) diakhiri dengan Ta' Marbuthah, yang menjadikannya kata benda feminin. Oleh karena itu, kata tunjuk yang tepat untuk menunjuknya dari jarak jauh adalah Tilka.
Selain Ta' Marbuthah, ada juga kata benda yang dianggap feminin secara alami (seperti nama perempuan) atau secara kesepakatan (mu'annats sama'i), misalnya kata-kata yang merujuk pada anggota tubuh yang berpasangan (mata, tangan, kaki) atau kata-kata tertentu seperti syamsun (شَمْسٌ - matahari) dan nafsun (نَفْسٌ - jiwa).
تِلْكَ الشَّمْسُ تَجْرِيْ
Tilka asy-syamsu tajrii.
Matahari itu (jauh) beredar.
Dalam contoh ini, kata asy-syamsu tidak memiliki Ta' Marbuthah, namun ia adalah kata benda yang disepakati sebagai feminin oleh orang Arab, sehingga kata tunjuk yang digunakan adalah Tilka.
Bab 2: Perbandingan Tilka dengan Isim Isyarah Lainnya
Untuk memperdalam pemahaman, cara terbaik adalah dengan membandingkan Tilka dengan kata tunjuk lainnya. Perbandingan ini akan menyoroti peran spesifiknya dan membantu menghindari kekeliruan umum.
1. Tilka (تِلْكَ) vs. Dzalika (ذٰلِكَ)
Ini adalah perbandingan yang paling fundamental. Keduanya berarti "itu" dan digunakan untuk menunjuk objek yang jauh. Perbedaan utamanya terletak pada gender.
- Tilka (تِلْكَ): Untuk feminin (mu'annats).
- Dzalika (ذٰلِكَ): Untuk maskulin (mudzakkar).
Mari kita lihat contoh berdampingan:
ذٰلِكَ بَيْتٌ. تِلْكَ حَدِيْقَةٌ.
Dzaalika baitun. Tilka hadiiqatun.
Itu (maskulin) adalah sebuah rumah. Itu (feminin) adalah sebuah kebun.
Kata baitun (بَيْتٌ) adalah maskulin, sehingga menggunakan Dzalika. Sebaliknya, kata hadiiqatun (حَدِيْقَةٌ) memiliki Ta' Marbuthah, menjadikannya feminin, sehingga harus menggunakan Tilka. Menggunakan "Tilka baitun" atau "Dzalika hadiiqatun" adalah kesalahan gramatikal yang fatal dalam bahasa Arab.
2. Tilka (تِلْكَ) vs. Hadzihi (هٰذِهِ)
Keduanya digunakan untuk menunjuk objek feminin tunggal. Perbedaan utama di antara keduanya adalah jarak.
- Tilka (تِلْكَ): Untuk jarak jauh (that).
- Hadzihi (هٰذِهِ): Untuk jarak dekat (this).
Bayangkan Anda sedang berada di dalam sebuah toko mobil.
هٰذِهِ سَيَّارَةٌ جَمِيْلَةٌ. وَ تِلْكَ سَيَّارَةٌ أُخْرَى هُنَاكَ.
Haadzihi sayyaaratun jamiilatun. Wa tilka sayyaaratun ukhraa hunaaka.
Ini (dekat) adalah mobil yang indah. Dan itu (jauh di sana) adalah mobil yang lain.
Pada kalimat pertama, Anda menunjuk mobil yang berada tepat di depan Anda dengan Hadzihi. Pada kalimat kedua, Anda menunjuk mobil lain yang berada di ujung ruangan atau di seberang jalan dengan Tilka. Keduanya menunjuk kata sayyaaratun (سَيَّارَةٌ) yang merupakan kata feminin.
Tabel Komparasi Isim Isyarah Tunggal
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut adalah tabel perbandingan kata tunjuk untuk objek tunggal:
| Kata Tunjuk (Isim Isyarah) | Gender | Jarak | Arti | Contoh Kalimat |
|---|---|---|---|---|
| هٰذَا (Hadza) | Maskulin | Dekat | Ini | هٰذَا كِتَابٌ (Ini sebuah buku) |
| هٰذِهِ (Hadzihi) | Feminin | Dekat | Ini | هٰذِهِ مِسْطَرَةٌ (Ini sebuah penggaris) |
| ذٰلِكَ (Dzalika) | Maskulin | Jauh | Itu | ذٰلِكَ قَمَرٌ (Itu bulan) |
| تِلْكَ (Tilka) | Feminin | Jauh | Itu | تِلْكَ نَجْمَةٌ (Itu bintang) |
Bab 3: Penggunaan Tilka dalam Al-Qur'an
Al-Qur'an, sebagai puncak keindahan dan ketepatan bahasa Arab, menggunakan Isim Isyarah dengan sangat presisi. Memahami penggunaan Tilka dalam konteks ayat-ayat suci memberikan wawasan yang lebih dalam, tidak hanya dari segi bahasa tetapi juga dari segi makna yang terkandung. Penggunaan kata tunjuk "jauh" seperti Tilka dan Dzalika dalam Al-Qur'an seringkali tidak hanya menunjukkan jarak fisik, tetapi juga untuk menunjukkan keagungan, kemuliaan, ketinggian derajat, atau sesuatu yang telah berlalu.
Contoh 1: Surah Al-Baqarah, Ayat 253
Salah satu contoh penggunaan Tilka yang sangat menarik adalah pada ayat yang membahas tentang para rasul.
تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۘ مِّنْهُم مَّن كَلَّمَ اللَّهُ ۖ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ
Tilka ar-rusulu faḍḍalnā ba'ḍahum 'alā ba'ḍ, min-hum man kallamallāhu wa rafa'a ba'ḍahum darajāt.
"Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka dari sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat."
Analisis: Pada ayat ini, kata yang ditunjuk adalah Ar-Rusul (الرُّسُلُ), yang berarti "para rasul". Sepintas, ini mungkin membingungkan. Ar-Rusul adalah bentuk jamak (plural), mengapa menggunakan Tilka yang merupakan kata tunjuk untuk tunggal feminin?
Di sinilah letak salah satu kaidah penting dalam bahasa Arab: Jamak yang tidak berakal (جَمْعٌ غَيْرُ عَاقِلٍ) dihukumi sebagai tunggal feminin (مُفْرَدٌ مُؤَنَّثٌ). Meskipun para rasul adalah manusia yang berakal, dalam konteks ini, kata "Ar-Rusul" merujuk pada kumpulan atau golongan para rasul sebagai satu kesatuan konsep. Kumpulan ini dianggap sebagai satu entitas tunggal feminin. Oleh karena itu, Al-Qur'an menggunakan Tilka, bukan Ula'ika (اُولٰئِكَ - mereka itu, untuk jamak berakal). Penggunaan Tilka di sini juga menunjukkan ketinggian dan kemuliaan derajat para rasul tersebut di sisi Allah.
Contoh 2: Surah At-Talaq, Ayat 1
Dalam konteks hukum dan batasan-batasan Allah, Tilka juga sering digunakan.
...وَمَن يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ ۚ ... وَتِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ ۚ وَمَن يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ
...wa man yata'adda ḥudūdallāhi fa qad ẓalama nafsah... wa tilka ḥudūdullāh, wa man yata'adda ḥudūdallāhi fa qad ẓalama nafsah.
"...Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri... Itulah hukum-hukum Allah, dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri."
Analisis: Di sini, Tilka menunjuk kepada kata Hududullah (حُدُودُ اللَّهِ), yang berarti "batasan-batasan atau hukum-hukum Allah". Kata Hudud adalah bentuk jamak dari Haddun. Karena "hukum-hukum" adalah konsep jamak yang tidak berakal, maka ia diperlakukan sebagai tunggal feminin. Penggunaan Tilka memberikan penekanan bahwa hukum-hukum ini agung, luhur, dan ditetapkan dari Dzat Yang Maha Tinggi, sehingga posisinya "jauh" dari jangkauan manusia untuk diubah-ubah.
Contoh 3: Surah Al-A'raf, Ayat 43
Tilka juga digunakan untuk menunjuk pada surga, tempat yang agung dan mulia.
وَنُودُوا أَن تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Wa nūdū an tilkumu al-jannatu ūritstumūhā bimā kuntum ta'malūn.
"Dan diserukan kepada mereka: 'Itulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan'."
Analisis: Pada ayat ini, kata yang digunakan adalah Tilkumu (تِلْكُمُ), yang merupakan gabungan dari Tilka dan dhomir kum (kamu sekalian laki-laki). Kata dasarnya tetap Tilka, yang menunjuk kepada Al-Jannah (الْجَنَّةُ - surga). Kata Jannah adalah kata benda tunggal feminin (karena ada Ta' Marbuthah). Penggunaan Tilka di sini sempurna untuk menggambarkan surga sebagai tempat yang sangat mulia, tinggi, dan "jauh" dari kenistaan dunia, yang kini diperlihatkan kepada para penghuninya.
Bab 4: Kaidah Gramatikal (Nahwu) Terkait Tilka
Dalam ilmu Nahwu, Isim Isyarah termasuk dalam kategori kata benda yang mabni (مَبْنِيٌّ). Mabni berarti harakat atau vokal terakhirnya tidak berubah meskipun kedudukannya dalam kalimat berubah (apakah sebagai subjek, objek, atau lainnya). Harakat akhir dari Tilka selalu fathah pada huruf Kaf (كَ), sehingga ia disebut mabni 'alal fath.
Meskipun harakat akhirnya tetap, ia menempati posisi i'rab tertentu dalam kalimat. Mari kita lihat beberapa contoh kedudukannya:
1. Sebagai Subjek (Mubtada' - مُبْتَدَأٌ)
Ketika Tilka berada di awal kalimat dan berfungsi sebagai subjek, ia berada dalam posisi rafa'.
تِلْكَ طَالِبَةٌ مُجْتَهِدَةٌ
Tilka ṭālibatun mujtahidatun.
Itu adalah seorang siswi yang rajin.
I'rabnya: Tilka adalah Isim Isyarah mabni 'alal fath fi mahalli raf'in mubtada'. Artinya, "kata tunjuk yang harakat akhirnya tetap fathah, menempati posisi rafa' sebagai mubtada'". Ṭālibatun adalah khabar (predikat), dan mujtahidatun adalah na'at (sifat).
2. Sebagai Objek (Maf'ul Bih - مَفْعُوْلٌ بِهِ)
Ketika Tilka menjadi objek dari sebuah kata kerja, ia berada dalam posisi nashab.
قَرَأْتُ تِلْكَ الْقِصَّةَ
Qara'tu tilka al-qiṣṣata.
Aku telah membaca cerita itu.
I'rabnya: Tilka di sini adalah Isim Isyarah mabni 'alal fath fi mahalli nashbin maf'ul bih. Artinya, "kata tunjuk yang harakat akhirnya tetap fathah, menempati posisi nashab sebagai objek". Kata setelahnya, al-qiṣṣata, menjadi badal (pengganti) dan mengikuti i'rab posisi Tilka, yaitu nashab (ditandai dengan fathah).
3. Setelah Huruf Jar (Majrur - مَجْرُوْرٌ)
Ketika Tilka didahului oleh preposisi (huruf jar) seperti min (dari), 'an (tentang), atau bi (dengan), ia berada dalam posisi jar.
أَخَذْتُ الْعِلْمَ مِنْ تِلْكَ الْمَرْأَةِ الصَّالِحَةِ
Akhadztu al-'ilma min tilka al-mar'ati aṣ-ṣāliḥati.
Aku mengambil ilmu dari wanita shalihah itu.
I'rabnya: Min adalah huruf jar. Tilka adalah Isim Isyarah mabni 'alal fath fi mahalli jarrin. Artinya, "kata tunjuk yang harakat akhirnya tetap fathah, menempati posisi jar". Kata setelahnya, al-mar'ati, menjadi badal dan mengikuti i'rab posisi Tilka, yaitu jar (ditandai dengan kasrah).
Pemahaman i'rab ini sangat penting untuk analisis teks Arab klasik dan Al-Qur'an. Ini menunjukkan bahwa meskipun lafaznya tidak berubah, fungsi gramatikal Tilka dalam kalimat dapat bervariasi.
Bab 5: Aplikasi Tilka dalam Percakapan Modern
Walaupun sering ditemui dalam teks-teks formal dan religius, Tilka juga tetap relevan dan digunakan dalam percakapan bahasa Arab modern (Fusha). Penggunaannya konsisten dengan kaidah yang telah dibahas: untuk menunjuk sesuatu yang feminin, tunggal, dan jauh.
Skenario 1: Di Universitas
Dua mahasiswa sedang melihat gedung-gedung di kampus dari kejauhan.
Ahmad: "انْظُرْ، مَا ذٰلِكَ الْبِنَاءُ الْكَبِيْرُ؟" (Unẓur, mā dzālika al-binā'u al-kabīru?) - Lihat, bangunan besar apa itu?
Yusuf: "ذٰلِكَ هُوَ الْمَكْتَبُ. وَ تِلْكَ هِيَ الْكُلِّيَّةُ الْجَدِيْدَةُ بِجَانِبِهِ." (Dzālika huwa al-maktabu. Wa tilka hiya al-kulliyyatu al-jadīdatu bijānibihi.) - Itu adalah rektorat. Dan itu adalah fakultas yang baru di sebelahnya.
Dalam dialog ini, Yusuf menggunakan Dzalika untuk menunjuk al-maktab (kantor/rektorat) yang maskulin, dan menggunakan Tilka untuk menunjuk al-kulliyyah (fakultas) yang feminin (diakhiri Ta' Marbuthah).
Skenario 2: Berbelanja di Pasar
Seorang pembeli menunjuk barang dari kejauhan.
Pembeli: "بِكُمْ تِلْكَ الْحَقِيْبَةُ الْحَمْرَاءُ؟" (Bikam tilka al-ḥaqībatul-ḥamrā'?) - Berapa harga tas merah itu?
Penjual: "تِلْكَ بِمِائَةِ رِيَالٍ." (Tilka bimi'ati riyālin.) - Yang itu harganya seratus riyal.
Di sini, al-ḥaqībah (tas) adalah kata feminin, dan karena posisinya jauh dari pembeli, penggunaan Tilka menjadi sangat tepat.
Skenario 3: Menjelaskan Sesuatu di Peta
Seorang guru geografi sedang mengajar.
Guru: "هٰذِهِ مَدِيْنَتُنَا. وَ تِلْكَ هِيَ الْعَاصِمَةُ، تَبْعُدُ مِئَاتِ الْكِيْلُوْمِتْرَاتِ مِنْ هُنَا." (Hādzihi madīnatunā. Wa tilka hiya al-'āṣimatu, tab'udu mi'āti al-kīlūmitrāti min hunā.) - Ini adalah kota kita. Dan itu adalah ibu kota, berjarak ratusan kilometer dari sini.
Guru menggunakan Hadzihi untuk menunjuk kota mereka yang "dekat" di peta, dan Tilka untuk menunjuk ibu kota (al-'āṣimah, kata feminin) yang secara geografis jauh.
Kesimpulan
Kata Tilka (تِلْكَ) lebih dari sekadar terjemahan "itu". Ia adalah sebuah paket informasi linguistik yang presisi, membawa makna tunggal, feminin, dan jauh. Memahami Tilka berarti memahami logika dasar bahasa Arab dalam mengkategorikan dunia melalui kata tunjuk. Perbedaannya dengan Dzalika (gender), Hadzihi (jarak), dan Ula'ika (jumlah) menunjukkan betapa efisien dan detailnya bahasa ini.
Dari analisis penggunaannya dalam Al-Qur'an, kita belajar bahwa "jauh" tidak selalu bersifat fisik, melainkan juga bisa berarti kemuliaan, keagungan, atau kehormatan. Dari kaidah nahwu, kita mengerti bahwa ia adalah kata yang mabni, kokoh dalam bentuknya namun fleksibel dalam fungsinya di dalam kalimat. Dan dari contoh percakapan, kita melihat relevansinya yang tak lekang oleh waktu. Menguasai Tilka dan pasangan-pasangannya adalah langkah besar dalam perjalanan menguasai bahasa Arab, membuka pemahaman yang lebih kaya terhadap teks-teks klasik dan kemampuan berkomunikasi yang lebih akurat.