Simbol yang merepresentasikan literasi dan numerasi dalam pembelajaran.
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) telah menjadi topik hangat dalam dunia pendidikan di Indonesia. AKM bukanlah sebuah tes kemampuan hafalan semata, melainkan sebuah instrumen evaluasi yang dirancang untuk mengukur kemampuan dasar siswa dalam dua ranah utama: literasi membaca dan literasi matematika (numerasi). Konsep ini diadopsi sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan memastikan bahwa setiap siswa dibekali dengan kompetensi esensial yang dibutuhkan untuk bertahan dan berkembang di abad ke-21.
Literasi dan numerasi adalah fondasi dari semua pembelajaran. Tanpa kemampuan membaca, memahami, dan menafsirkan informasi dengan baik (literasi membaca), siswa akan kesulitan untuk mengakses pengetahuan dari berbagai sumber. Demikian pula, tanpa pemahaman konsep-konsep matematika dasar, kemampuan menganalisis data, serta menyelesaikan masalah yang melibatkan angka (numerasi), siswa akan menghadapi hambatan dalam banyak aspek kehidupan, baik akademis maupun profesional. AKM secara spesifik menyoroti kedua kompetensi ini karena keduanya terbukti menjadi prediktor kuat terhadap keberhasilan belajar siswa di jenjang pendidikan selanjutnya dan kemampuan mereka dalam beradaptasi dengan tantangan zaman.
Literasi membaca dalam AKM tidak hanya diartikan sebagai kemampuan mengeja kata atau membaca kalimat. Lebih dari itu, ia mencakup kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan, dan terlibat dengan berbagai jenis teks (narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, instruksi, dll.) untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan pemikiran kritis. Sementara itu, numerasi difokuskan pada kemampuan siswa untuk menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang berkaitan dengan matematika dasar untuk menyelesaikan masalah praktis dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari. Ini meliputi kemampuan memahami konsep bilangan, menerapkan operasi hitung, menggunakan data dan grafik, serta bernalar secara matematis.
AKM dirancang dengan soal-soal yang mendorong siswa untuk berpikir kritis, logis, dan kreatif, bukan sekadar mengingat fakta. Bentuk soalnya bervariasi, mencakup pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, menjodohkan, isian singkat, hingga esai. Soal-soal ini disajikan dalam konteks yang relevan dengan kehidupan siswa, baik personal, sosial, maupun global. Pendekatan kontekstual ini bertujuan agar siswa dapat melihat relevansi dan penerapan langsung dari literasi dan numerasi yang mereka miliki.
Dalam literasi membaca, siswa mungkin dihadapkan pada teks berita, artikel ilmiah populer, cerita fiksi, atau instruksi penggunaan suatu alat. Mereka kemudian ditanya untuk mengidentifikasi informasi tersurat, menyimpulkan makna tersirat, mengevaluasi kebenaran argumen, atau merefleksikan pesan yang disampaikan. Untuk numerasi, soal-soal bisa berupa persoalan keuangan sederhana, interpretasi data statistik dari survei, perhitungan jarak dan waktu, atau masalah logika yang membutuhkan penalaran matematis. Tujuannya adalah melihat bagaimana siswa menerapkan pemahaman matematis mereka dalam situasi nyata.
Bagi siswa, memahami tujuan dan format AKM dapat membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kepercayaan diri saat menghadapi asesmen. Ini juga memotivasi mereka untuk lebih giat belajar dan mengasah kemampuan literasi serta numerasi secara berkelanjutan. Guru dapat menggunakan hasil AKM sebagai umpan balik untuk memperbaiki strategi pembelajaran mereka, mengidentifikasi area yang perlu diperkuat, dan memberikan intervensi yang tepat bagi siswa yang membutuhkan.
Pemerintah dan pembuat kebijakan dapat memanfaatkan data AKM untuk mengevaluasi efektivitas sistem pendidikan secara keseluruhan, mengidentifikasi kesenjangan antar daerah atau sekolah, dan merancang kebijakan yang lebih tepat sasaran untuk peningkatan mutu pendidikan. Dengan penekanan pada literasi dan numerasi, AKM berupaya memastikan bahwa lulusan sekolah memiliki bekal yang memadai untuk melanjutkan pendidikan, memasuki dunia kerja, dan menjadi warga negara yang produktif dan kritis dalam menghadapi kompleksitas dunia modern. Oleh karena itu, memahami AKM literasi numerasi bukan hanya tentang mempersiapkan diri untuk sebuah tes, melainkan tentang membangun fondasi kuat untuk kesuksesan jangka panjang.