Di antara 99 nama indah Allah SWT (Asmaul Husna), terdapat nama Al-Qabidh (الْقَابِضُ). Nama ini seringkali diterjemahkan sebagai "Yang Maha Menggenggam" atau "Yang Maha Menyempitkan." Pemahaman terhadap nama ini mengajarkan kita tentang sifat kekuasaan absolut Allah yang meliputi segala sesuatu, baik dalam memberi maupun menahan, meluaskan rezeki maupun menyempitkannya.
Secara harfiah, kata 'Qabd' dalam bahasa Arab merujuk pada tindakan memegang erat, mengumpulkan, atau menahan sesuatu di dalam genggaman. Ketika kita menyematkan sifat ini kepada Allah SWT, maknanya meluas jauh melampaui genggaman fisik. Al-Qabidh adalah Dzat yang memiliki otoritas penuh untuk mengambil kembali, membatasi, menahan, dan mengendalikan segala sesuatu di alam semesta ini sesuai dengan kehendak-Nya yang Maha Bijaksana.
Kehadiran Al-Qabidh dalam Asmaul Husna berfungsi sebagai pengingat penting akan keterbatasan makhluk dan kemahakuasaan Khaliq. Semua bentuk rezeki, kesehatan, kehidupan, hingga kekayaan, pada hakikatnya berada dalam genggaman-Nya. Ketika Allah menetapkan bahwa suatu urusan akan disempitkan atau ditahan, maka tidak ada satu pun kekuatan di jagat raya ini yang mampu meluaskannya kembali, kecuali atas izin-Nya.
Nama ini juga berpasangan indah dengan nama-Nya yang lain, yaitu Al-Basith (Yang Maha Melapangkan). Keseimbangan antara Al-Qabidh dan Al-Basith menunjukkan bahwa tindakan Allah selalu didasarkan pada hikmah sempurna. Dia menyempitkan rezeki hamba-Nya bukan karena kikir, melainkan bisa jadi untuk menguji kesabaran, membersihkan hati dari kesombongan, atau mengarahkan fokus hamba tersebut kepada hal yang lebih hakiki.
Salah satu manifestasi paling nyata dari sifat Al-Qabidh adalah ketika menyangkut pencabutan nyawa. Hanya Allah yang berhak menggenggam dan mengambil kembali ruh yang telah Dia titipkan. Malaikat maut bertindak atas perintah-Nya sebagai pelaksana dari sifat Al-Qabidh tersebut. Kapan pun ajal tiba, genggaman Ilahi akan mengambil kembali nafas kehidupan tanpa bisa ditawar atau ditunda.
Memahami Al-Qabidh seharusnya menumbuhkan rasa tawakal yang mendalam. Ketika kita menghadapi kesulitan, penyempitan rezeki, atau kehilangan, kita diingatkan bahwa zat yang menahan tersebut adalah zat yang sama yang berkuasa melepaskan. Kepercayaan ini membebaskan hati dari rasa cemas yang berlebihan terhadap kondisi duniawi yang fana.
Mengimani Al-Qabidh memiliki dampak praktis dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, mendorong kerendahan hati. Kita menyadari bahwa apa yang kita miliki saat ini hanyalah titipan sementara yang sewaktu-waktu bisa diambil kembali. Kedua, mendorong kesabaran dalam menghadapi kesulitan. Jika Allah menggenggam nikmat, kita harus bersabar dan mencari jalan keluar sambil tetap berpegang teguh pada doa.
Ketiga, nama ini menuntut kita untuk tidak menjadi orang yang pelit atau kikir. Sebab, Allah sendiri yang Maha Menggenggam, tetapi Dia memerintahkan kita untuk berinfak dan bersedekah. Tindakan memberi adalah bentuk penyerahan diri kita kepada kekuasaan-Nya yang berlawanan dengan sifat kikir manusia. Dengan memberi, kita melepaskan apa yang kita genggam, percaya bahwa Al-Qabidh akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik atau menahan keburukan dari kita.
Intinya, Al-Qabidh adalah pengingat bahwa segala sesuatu berjalan sesuai takdir dan genggaman Allah yang Maha Kuat. Kehidupan ini adalah siklus antara menerima (Al-Basith) dan melepaskan (Al-Qabidh).
Bila kita merenungi sifat ini, hati kita akan semakin mendekat kepada keridhaan Ilahi, menerima segala ketetapan-Nya dengan lapang dada, baik ketika Dia meluaskan karunia-Nya maupun ketika Dia menahannya sejenak.