Dalam khazanah nama-nama terbaik Allah SWT (Asmaul Husna), terdapat nama yang mengandung makna kekuasaan dan kemandirian mutlak, yaitu Al Qayyum. Nama ini seringkali disebut bersamaan dengan nama Allah yang lain, yaitu Al Hayyu (Yang Maha Hidup), membentuk frasa agung: Al Hayyu Al Qayyum. Memahami Al Qayyum bukan sekadar menghafal lafal, melainkan merenungkan hakikat keberadaan yang hanya bersandar pada Dzat-Nya sendiri.
Makna Linguistik Al Qayyum
Secara bahasa, kata Al Qayyum (القيوم) berasal dari akar kata qāma (قَامَ) yang berarti berdiri, menegakkan, atau mengurus. Ketika dilekatkan pada Allah SWT sebagai Al Qayyum, maknanya menjadi jauh melampaui pengertian manusiawi tentang 'berdiri'.
Imam Al-Qurtubi dan para mufassir menjelaskan bahwa Al Qayyum adalah Dzat yang berdiri sendiri dengan segala kemuliaan-Nya, dan Ia pula yang menegakkan serta memelihara seluruh keberadaan alam semesta. Allah tidak membutuhkan pertolongan, makanan, minuman, atau dukungan dari siapa pun. Sebaliknya, seluruh makhluk dari atom terkecil hingga galaksi terbesar bergantung sepenuhnya pada pemeliharaan dan ketetapan-Nya agar tetap eksis.
Implikasi Tauhid: Ketergantungan Total
Nama Al Qayyum mengajarkan prinsip tauhid yang mendalam. Jika kita merenungkan bahwa hanya Allah yang Qayyum, maka kita menyadari bahwa satu-satunya tempat bersandar yang sejati adalah Dia. Segala usaha manusia, perencanaan, dan kekuatan material hanyalah alat yang berfungsi atas izin dan pemeliharaan-Nya.
Kehidupan manusia seringkali diwarnai oleh ketergantungan pada faktor-faktor duniawi: kesehatan, jabatan, uang, atau hubungan sosial. Namun, Al Qayyum mengingatkan bahwa semua itu bisa sirna seketika jika Allah Yang Maha Tegak dan Memelihara memutuskan untuk menarik penyangganya. Oleh karena itu, orientasi hidup seharusnya diarahkan kepada Dzat yang teguh dan tak pernah goyah.
Al Qayyum dan Pemeliharaan Alam Semesta
Aspek Qayyum juga mencakup fungsi aktif Allah dalam mengatur urusan makhluk-Nya. Ini berbeda dengan sekadar menciptakan lalu membiarkan. Allah secara konstan mengawasi, mengatur perputaran waktu, menjaga keseimbangan ekosistem, dan memberikan rezeki tanpa henti.
Bayangkan kompleksitas hukum fisika dan biologi yang menjaga planet Bumi tetap berada di orbitnya, atau bagaimana sistem pernapasan bekerja tanpa kita harus secara sadar memerintahkannya setiap detik. Semua itu adalah manifestasi dari sifat Al Qayyum. Ia adalah Pengawas Aktif yang tidak pernah tidur, tidak pernah lalai, dan pemeliharaannya tidak pernah terputus. Keruntuhan sistem alam semesta hanyalah terbayangkan jika Sang Pemelihara itu berhenti memelihara.
Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari
Bagaimana seorang Muslim dapat menginternalisasi nama Al Qayyum? Terdapat beberapa cara praktis:
- Dalam Doa dan Permohonan: Menggunakan nama ini dalam doa, seperti dalam lafal Ayat Kursi ("Allah, Laa ilaaha illaa Huwa, Al-Hayyul-Qayyum..."), menunjukkan pengakuan bahwa hanya Dia yang mampu memenuhi kebutuhan hakiki kita.
- Ketekunan Beribadah: Karena Allah itu Qayyum (tegak), seorang hamba harus berupaya untuk tegak dalam ketaatan, berusaha sekuat tenaga untuk menjaga konsistensi dalam ibadah wajib maupun sunnah.
- Mengatasi Kecemasan: Ketika dihadapkan pada kesulitan besar, mengingat bahwa Allah adalah Al Qayyum yang menegakkan segala sesuatu, seharusnya memberikan ketenangan. Jika Dia mampu menopang seluruh kosmos, Dia pasti mampu menopang masalah pribadi kita.
Intinya, Al Qayyum adalah jaminan stabilitas tertinggi. Keagungan-Nya terletak pada kesendirian-Nya dalam kebutuhan (Ia tidak butuh apa pun) dan kemutlakan-Nya dalam pemeliharaan (semua butuh Dia). Mengakui Al Qayyum berarti menempatkan kebergantungan kita pada sumber daya yang tidak akan pernah habis atau gagal.