Arisan Mandiri, atau seringkali dikaitkan dengan praktik arisan yang dikelola secara mandiri oleh kelompok tertentu, merupakan sebuah tradisi sosial ekonomi yang telah mengakar kuat di masyarakat Indonesia. Konsep dasarnya sederhana: sekelompok individu secara berkala menyisihkan sejumlah uang yang telah disepakati. Dana yang terkumpul pada setiap periode pertemuan kemudian diserahkan kepada satu anggota secara bergilir. Kata "Mandiri" di sini menekankan bahwa pengelolaan, aturan main, hingga penyelesaian masalah sepenuhnya diurus oleh anggota kelompok tanpa intervensi pihak ketiga seperti lembaga keuangan formal.
Filosofi utama di balik arisan mandiri bukanlah semata-mata tentang mendapatkan uang tunai, melainkan membangun sebuah jaring pengaman sosial (social safety net) dan memperkuat ikatan silaturahmi. Meskipun uang menjadi fokus utama, nilai komunal dan kepercayaan antar anggota seringkali jauh lebih berharga. Bagi banyak keluarga, dana arisan menjadi sumber modal cepat untuk kebutuhan mendesak, seperti biaya pendidikan anak, renovasi rumah, atau bahkan modal awal untuk memulai usaha kecil.
Di tengah kemudahan layanan perbankan digital dan investasi modern, arisan mandiri menunjukkan daya tahannya. Relevansinya tetap tinggi karena beberapa faktor unik yang tidak dapat digantikan oleh produk keuangan konvensional. Pertama, aksesibilitas. Arisan tidak memerlukan skor kredit, rekening bank yang besar, atau proses aplikasi yang rumit. Siapa pun yang dipercaya oleh komunitas dapat bergabung. Kedua, aspek sosial. Pertemuan arisan seringkali menjadi ajang silaturahmi rutin yang menjaga keharmonisan antar tetangga, rekan kerja, atau anggota keluarga besar.
Dalam konteks "mandiri", anggota memiliki kontrol penuh. Mereka bisa menyesuaikan jumlah iuran, frekuensi pertemuan, dan bahkan menentukan sistem pengocokan atau pencairan dana sesuai kesepakatan bersama. Fleksibilitas inilah yang membuat arisan mandiri mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi ekonomi anggotanya, mulai dari kalangan ibu rumah tangga hingga pengusaha mikro.
Seperti halnya kegiatan berbasis kepercayaan lainnya, arisan mandiri menghadapi risiko. Tantangan terbesar adalah potensi gagal bayar atau hilangnya kepercayaan jika ada anggota yang lalai menyetor iuran. Oleh karena itu, kunci utama keberhasilan arisan mandiri terletak pada pemilihan anggota dan transparansi aturan main.
Untuk menjaga keberlangsungan arisan, beberapa langkah praktis perlu diterapkan: