Aristoteles Tentang Tuhan: Sang Penggerak Tak Tergerakkan

Penggerak Tak Tergerakkan (Nous / Tuhan) Benda Bergerak 1 Benda Bergerak 2 Benda Bergerak N Digerakkan oleh hasrat pada kesempurnaan

Diagram konseptual: Penggerak Tak Tergerakkan sebagai tujuan kosmos.

Pemikiran Aristoteles mengenai entitas tertinggi, yang sering kali disamakan dengan konsep Tuhan, sangat berbeda dengan konsep ketuhanan dalam tradisi Abrahamik. Bagi filsuf Yunani ini, Tuhan bukanlah pencipta personal yang mengintervensi dunia, melainkan sebuah prinsip metafisik yang esensial bagi tatanan dan gerakan alam semesta. Konsep sentralnya adalah Penggerak Tak Tergerakkan (Unmoved Mover atau Prime Mover).

Menolak Rantai Sebab yang Tak Berujung

Aristoteles membangun argumennya dalam studi kosmologi dan metafisika, terutama dalam karyanya "Metafisika". Ia mengamati bahwa segala sesuatu di alam semesta ini bergerak atau mengalami perubahan. Setiap gerakan (perubahan) pasti disebabkan oleh sesuatu yang lain. Jika kita menelusuri rantai sebab-akibat ini ke belakang, kita tidak mungkin berakhir pada sebab yang tak terbatas. Jika rantai sebab itu tak terhingga, maka tidak akan ada gerakan awal, dan jika tidak ada gerakan awal, tidak akan ada gerakan saat ini.

Oleh karena itu, harus ada suatu penyebab pertama yang memulai seluruh rangkaian gerakan, tetapi penyebab pertama ini sendiri haruslah tidak disebabkan oleh yang lain. Inilah yang Aristoteles sebut sebagai Penggerak Tak Tergerakkan. Ia adalah sumber dari semua gerakan dan perubahan di alam semesta, namun ia tetap abadi, sempurna, dan tidak berubah.

Sifat Tuhan: Pemikiran Murni

Jika Penggerak Tak Tergerakkan tidak bergerak, lantas bagaimana ia menggerakkan segalanya? Aristoteles menjelaskan bahwa ia menggerakkan kosmos bukan melalui dorongan fisik (seperti tangan mendorong batu), melainkan sebagai Objek Hasrat atau Cinta (Object of Desire). Semua hal di alam semesta, terutama benda-benda langit yang bergerak secara sempurna (lingkaran), secara inheren berusaha meniru kesempurnaan Penggerak Tak Tergerakkan.

Apa kegiatan dari entitas yang sempurna dan abadi ini? Menurut Aristoteles, kegiatan tertinggi yang mungkin dilakukan oleh suatu substansi adalah kegiatan pikiran (nous). Oleh karena itu, Penggerak Tak Tergerakkan adalah Aktivitas Pikiran yang Berpikir Tentang Dirinya Sendiri (Thought Thinking Itself). Ia adalah pemikiran murni yang sempurna, karena jika ia memikirkan sesuatu selain dirinya, maka objek pemikirannya akan lebih utama daripada pemikirannya sendiri, yang berarti ia tidak sempurna.

Konsekuensinya, Tuhan Aristoteles tidak menciptakan dunia dari ketiadaan, tidak peduli pada nasib manusia individu, dan tidak memiliki kehendak personal atau moralitas seperti yang dipahami dalam teologi. Ia adalah kesempurnaan metafisik yang keberadaannya menghasilkan tatanan dan tujuan akhir (telos) bagi alam semesta.

Implikasi Kosmologis dan Etis

Konsep ini memiliki implikasi mendalam. Dalam pandangan Aristoteles, alam semesta itu kekal; ia tidak diciptakan, melainkan selalu ada bersama dengan Penggerak Tak Tergerakkan. Penggerak Tak Tergerakkan adalah puncak dari potensi kosmos, daya tarik abadi yang mendorong semua eksistensi menuju aktualisasi diri dan kesempurnaan.

Bagi manusia, pemahaman ini memberikan standar tertinggi untuk kehidupan etis. Kebahagiaan tertinggi (Eudaimonia) yang dapat dicapai manusia adalah meniru sifat Tuhan sejauh mungkin—yaitu, melalui kontemplasi filosofis dan pemikiran rasional murni. Walaupun berbeda jauh dari konsep personalitas ilahi, pemikiran Aristoteles tentang Tuhan memberikan fondasi metafisik yang kuat bagi filsafat Barat mengenai keteraturan, tujuan, dan keabadian.

🏠 Homepage