Ilustrasi sederhana: Arjuna dan Drupadi
Kisah Arjuna Drupadi adalah salah satu narasi paling sentral dan penuh gejolak dalam wiracarita Mahabharata. Hubungan mereka bukan sekadar kisah cinta biasa, melainkan sebuah benang takdir yang dijalin oleh janji, pengorbanan, dan konsekuensi politik yang menentukan nasib seluruh Dinasti Kuru.
Drupadi, yang juga dikenal sebagai Yajnaseni, lahir dari api suci dalam sebuah upacara yajna yang dilakukan oleh Raja Drupada dari Panchala. Kecantikannya tiada tara, dan kehadirannya menarik perhatian para pangeran dari Hastinapura. Ketika tiba waktunya Drupadi mencari suami, Raja Drupada mengadakan sayembara yang sangat sulit: memanah ikan di dalam wadah berputar, hanya dengan melihat bayangannya di air.
Banyak raja dan pangeran perkasa mencoba, namun gagal. Hingga muncullah Arjuna, sang pahlawan Pandawa yang menyamar sebagai Brahmana. Dengan fokus dan ketenangan luar biasa—sebuah ciri khas yang selalu melekat pada dirinya sebagai pemanah ulung—Arjuna berhasil memecahkan target. Kemenangan ini mengukuhkan ikatannya dengan Drupadi, meskipun harus melalui serangkaian kerumitan sosial dan politik karena identitas asli Pandawa yang disembunyikan.
Momen paling menentukan dalam kisah mereka adalah ketika Kunti, ibu Pandawa, secara tidak sengaja memerintahkan putra-putranya untuk berbagi hasil rampasan—yang dalam hal ini adalah Drupadi. Untuk menghormati janji ibu, kelima saudara Pandawa (Yudhishthira, Bhima, Arjuna, Nakula, dan Sahadeva) menikahi Drupadi secara bergiliran, dengan perjanjian bahwa Drupadi akan tinggal bersama satu suami selama satu tahun penuh tanpa diganggu oleh yang lain.
Pernikahan unik ini menempatkan Arjuna sebagai suami pertama Drupadi selama periode tertentu (tergantung tradisi yang diikuti, sering kali ia dianggap sebagai suami utama karena memenangkan sayembara). Meskipun kondisi ini penuh tuntutan emosional dan etika, Drupadi menunjukkan kesetiaan dan kebijaksanaan luar biasa dalam menavigasi perannya sebagai istri bagi lima pangeran hebat. Ia adalah satu-satunya wanita dalam sejarah mitologi yang memiliki lima suami ilahi.
Setelah periode pengasingan (Agyatavasa), konflik antara Pandawa dan Kurawa memuncak. Drupadi selalu menjadi simbol kehormatan Pandawa. Penghinaan terbesarnya terjadi di Balai Pertemuan (Sabha) ketika Duryodhana dan Karna mempermalukannya secara publik. Peristiwa pencabulan simbolis terhadap Drupadi ini menjadi pemicu utama perang besar di Kurukshetra.
Bagi Arjuna, Drupadi bukan hanya istri, tetapi juga cerminan martabat Dinasti mereka. Janjinya untuk melindungi kehormatan Drupadi menggerakkan setiap panah yang ia lepaskan di medan perang. Perang Kurukshetra adalah penebusan atas semua penghinaan yang pernah mereka terima, dan Drupadi adalah alasan spiritual di balik perjuangan Pandawa melawan kezaliman.
Hubungan Arjuna Drupadi melambangkan persatuan ideal antara kebijaksanaan (diwakili oleh Yudhishthira), kekuatan (Bhima), keahlian (Arjuna), dan pengorbanan yang diperlukan untuk mempertahankan kebenaran (Dharma). Drupadi seringkali bertindak sebagai katalisator moral, mengingatkan para suaminya tentang tugas dan harga diri yang hilang.
Meskipun pernikahan mereka terjalin dalam ikatan yang tidak konvensional, cinta dan rasa hormat di antara mereka terbukti kokoh. Kisah ini mengajarkan bahwa takdir seringkali memaksa manusia melewati jalan yang sulit demi tegaknya keadilan yang lebih besar. Arjuna dan Drupadi, meski penuh tragedi, tetap menjadi pasangan paling legendaris dalam tradisi Hindu.