Memahami Jumlah Rakaat dan Keagungan Shalat Asar
Pertanyaan sederhana yang sering kali muncul di benak kita, terutama bagi yang sedang memperdalam ilmu agama adalah, "Shalat Asar berapa rakaat?". Pertanyaan ini, meskipun terdengar dasar, merupakan pintu gerbang untuk memahami salah satu ibadah paling penting dalam rukun Islam. Shalat Asar bukan sekadar rutinitas; ia adalah jembatan spiritual yang menghubungkan seorang hamba dengan Penciptanya di waktu yang sangat krusial, yakni di pertengahan antara kesibukan duniawi dan ketenangan senja.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas segala hal yang berkaitan dengan shalat Asar. Mulai dari jawaban pasti mengenai jumlah rakaatnya, dalil-dalil yang mendasarinya, hingga keutamaan luar biasa yang terkandung di dalamnya. Pemahaman yang komprehensif akan menumbuhkan kekhusyukan dan kecintaan kita dalam menunaikan ibadah agung ini.
Jawaban Definitif: Jumlah Rakaat Shalat Asar
Secara singkat dan tegas, jumlah rakaat untuk shalat fardhu (wajib) Asar adalah empat (4) rakaat. Ini adalah ketetapan yang telah disepakati oleh seluruh ulama dari berbagai mazhab (ijma') dan didasarkan pada praktik yang diajarkan secara langsung oleh Rasulullah SAW dan diwariskan turun-temurun oleh para sahabat, tabi'in, hingga kepada kita hari ini.
Jumlah empat rakaat ini dilaksanakan dengan satu kali salam di akhir shalat. Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ahli fikih mengenai jumlah rakaat shalat fardhu Asar ini. Dasarnya sangat kuat, yaitu hadis-hadis mutawatir yang menjelaskan cara shalat Nabi Muhammad SAW. Salah satu prinsip dasarnya adalah perintah beliau:
"Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat." (HR. Bukhari)
Praktik yang beliau tunjukkan dan disaksikan oleh ribuan sahabat secara konsisten untuk shalat Asar adalah empat rakaat. Oleh karena itu, tidak ada ruang untuk keraguan dalam masalah ini. Empat rakaat adalah jumlah yang baku dan tidak dapat diubah, kecuali dalam kondisi-kondisi tertentu yang diizinkan syariat, seperti saat menjadi musafir (dalam perjalanan), yang akan kita bahas lebih lanjut.
Rincian Pelaksanaan Empat Rakaat
Pelaksanaan empat rakaat shalat Asar memiliki pola yang sama dengan shalat Dzuhur dan Isya, yaitu:
- Dua rakaat pertama: Membaca Surat Al-Fatihah diikuti dengan bacaan surat atau beberapa ayat dari Al-Qur'an.
- Dua rakaat terakhir (ketiga dan keempat): Cukup membaca Surat Al-Fatihah saja pada setiap rakaatnya.
- Tasyahud (Tahiyat): Terdapat dua kali tasyahud dalam shalat Asar. Pertama adalah Tasyahud Awal yang dilakukan setelah sujud kedua pada rakaat kedua. Kedua adalah Tasyahud Akhir yang dilakukan setelah sujud kedua pada rakaat keempat, yang diakhiri dengan salam.
Apakah Ada Shalat Sunnah Rawatib Asar?
Pertanyaan lanjutan yang sering muncul adalah mengenai shalat sunnah yang mengiringi shalat fardhu Asar, atau yang biasa dikenal dengan shalat sunnah rawatib. Shalat sunnah rawatib terbagi menjadi dua: mu'akkad (sangat dianjurkan) dan ghairu mu'akkad (dianjurkan, tetapi tidak sekuat mu'akkad).
Shalat Sunnah Sebelum (Qabliyah) Asar
Terdapat anjuran untuk melaksanakan shalat sunnah sebelum shalat Asar, yang dikenal dengan Qabliyah Asar. Shalat ini hukumnya adalah sunnah ghairu mu'akkad, artinya tidak sekuat anjuran shalat sunnah sebelum Subuh atau sebelum dan sesudah Dzuhur. Jumlahnya bisa dua atau empat rakaat.
Dalil yang mendasarinya adalah sabda Rasulullah SAW:
"Semoga Allah merahmati seseorang yang shalat empat rakaat sebelum Asar." (HR. Tirmidzi, Abu Daud, dan Ahmad. Hadis ini dinilai hasan oleh sebagian ulama).
Dalam riwayat lain disebutkan:
"Di antara setiap dua adzan (adzan dan iqamah) itu ada shalat (sunnah)." Beliau mengulanginya tiga kali, dan pada kali ketiga beliau menambahkan, "Bagi siapa yang mau." (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini bersifat umum dan mencakup waktu sebelum shalat Asar. Berdasarkan dalil-dalil ini, para ulama menyimpulkan bahwa melaksanakan shalat sunnah empat rakaat (dengan dua kali salam) atau dua rakaat sebelum shalat fardhu Asar adalah sebuah amalan yang baik dan mendatangkan rahmat Allah, meskipun tidak termasuk dalam kategori sunnah rawatib yang sangat ditekankan.
Shalat Sunnah Sesudah (Ba'diyah) Asar
Berbeda dengan shalat fardhu lainnya, tidak ada shalat sunnah rawatib sesudah (Ba'diyah) shalat Asar. Bahkan, terdapat larangan umum untuk melaksanakan shalat sunnah mutlak setelah menunaikan shalat fardhu Asar hingga terbenamnya matahari. Ini adalah salah satu dari beberapa waktu yang dilarang untuk shalat.
Larangan ini berdasarkan hadis dari Abu Sa'id Al-Khudri, ia berkata:
"Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: 'Tidak ada shalat setelah shalat Subuh hingga matahari terbit (meninggi), dan tidak ada shalat setelah shalat Asar hingga matahari terbenam'." (HR. Bukhari dan Muslim).
Tujuan dari larangan ini, menurut para ulama, adalah untuk menghindari penyerupaan terhadap praktik kaum penyembah matahari yang bersujud kepada matahari saat terbit dan terbenam. Pengecualian dari larangan ini adalah untuk shalat yang memiliki sebab tertentu, seperti shalat jenazah, shalat tahiyatul masjid (jika masuk masjid pada waktu tersebut), atau meng-qadha (mengganti) shalat fardhu yang terlewat.
Keutamaan dan Kedudukan Agung Shalat Asar
Shalat Asar memegang posisi yang sangat istimewa dalam Islam. Ia sering disebut sebagai Shalat Wustha atau "shalat pertengahan" yang diperintahkan secara khusus oleh Allah SWT untuk dijaga.
Disebut sebagai "Shalat Pertengahan" (Shalat Wustha)
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
"Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'." (QS. Al-Baqarah: 238)
Mayoritas ulama tafsir, berdasarkan hadis-hadis yang kuat, berpendapat bahwa yang dimaksud dengan "shalat wustha" dalam ayat ini adalah shalat Asar. Penekanan khusus ini menunjukkan betapa penting dan agungnya kedudukan shalat Asar. Menjaganya berarti menjaga sebuah wasiat penting langsung dari Allah SWT.
Ancaman Keras Bagi yang Meninggalkannya
Salah satu bukti paling nyata dari keistimewaan shalat Asar adalah ancaman yang sangat keras bagi siapa saja yang dengan sengaja meninggalkannya. Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa meninggalkan shalat Asar, maka terhapuslah amalannya." (HR. Bukhari).
Dalam riwayat lain, beliau bersabda:
"Orang yang terlewat (tidak mengerjakan) shalat Asar, seakan-akan ia telah kehilangan keluarga dan hartanya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Kedua hadis ini memberikan gambaran kerugian yang luar biasa besar. Kehilangan seluruh keluarga dan harta adalah musibah duniawi terbesar yang bisa dibayangkan. Rasulullah SAW menggunakan perumpamaan ini untuk menunjukkan bahwa kerugian akibat meninggalkan shalat Asar jauh lebih dahsyat di akhirat kelak. Bahkan, ada ancaman terhapusnya amalan, yang menunjukkan betapa fatalnya perbuatan tersebut.
Waktu Pergantian Malaikat Penjaga
Waktu Asar adalah momen spesial di mana para malaikat yang bertugas menjaga dan mencatat amal manusia siang hari akan naik ke langit dan digantikan oleh malaikat yang bertugas pada malam hari. Momen ini disaksikan langsung oleh Allah.
Rasulullah SAW bersabda:
"Para malaikat malam dan malaikat siang silih berganti mendatangi kalian. Mereka berkumpul pada waktu shalat Subuh dan shalat Asar. Kemudian, malaikat yang menjaga kalian semalaman naik (ke langit). Allah pun bertanya kepada mereka—dan Dia lebih mengetahui keadaan hamba-hamba-Nya—'Bagaimana keadaan hamba-hamba-Ku ketika kalian tinggalkan?' Para malaikat menjawab, 'Kami tinggalkan mereka dalam keadaan sedang shalat, dan kami datangi mereka juga dalam keadaan sedang shalat'." (HR. Bukhari dan Muslim).
Betapa beruntungnya seorang hamba yang namanya dilaporkan kepada Allah SWT dalam keadaan sedang mendirikan shalat Asar. Ini adalah kesaksian terbaik di hadapan Rabb semesta alam.
Panduan Lengkap Tata Cara Shalat Asar Empat Rakaat
Untuk mencapai kesempurnaan shalat, penting bagi kita untuk memahami setiap gerakan dan bacaannya. Berikut adalah panduan langkah demi langkah untuk melaksanakan shalat Asar empat rakaat.
Persiapan Sebelum Shalat
- Bersuci (Thaharah): Pastikan diri suci dari hadas kecil dengan berwudhu dan suci dari hadas besar dengan mandi wajib. Pastikan juga pakaian dan tempat shalat suci dari najis.
- Menghadap Kiblat: Arahkan seluruh badan ke arah Ka'bah di Mekah.
- Niat: Menghadirkan niat di dalam hati untuk melaksanakan shalat fardhu Asar empat rakaat karena Allah Ta'ala. Lafaz niat (jika diucapkan untuk memantapkan hati) adalah:
Ushalli fardhal 'ashri arba'a raka'aatin mustaqbilal qiblati adaa'an lillaahi ta'aalaa.("Aku niat shalat fardhu Asar empat rakaat, menghadap kiblat, tepat waktu, karena Allah Ta'ala").
Rakaat Pertama
- Takbiratul Ihram: Mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga (bagi laki-laki) atau dada (bagi perempuan) sambil mengucapkan
Allahu Akbar. Pandangan mata ke tempat sujud. - Doa Iftitah: Membaca doa iftitah. Ada beberapa versi, yang paling umum adalah:
"Allaahu akbar kabiraa walhamdulillaahi katsiiraa..."atau"Wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal ardha...". - Membaca Ta'awudz dan Al-Fatihah: Membaca
A'uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim, dilanjutkan dengan membaca Surat Al-Fatihah secara lengkap dan tartil. - Membaca Surat Pendek: Setelah Al-Fatihah, membaca surat pendek dari Al-Qur'an (misalnya, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas) atau beberapa ayat Al-Qur'an.
- Ruku': Mengangkat tangan untuk takbir
Allahu Akbar, kemudian membungkukkan badan hingga punggung lurus, kedua telapak tangan memegang lutut. Membaca tasbih ruku'Subhaana rabbiyal 'azhiimi wa bihamdih(3 kali). - I'tidal: Bangkit dari ruku' sambil mengangkat tangan dan membaca
Sami'allaahu liman hamidah. Setelah berdiri tegak, membacaRabbanaa lakal hamdu mil'us samaawaati wa mil'ul ardhi.... - Sujud Pertama: Turun untuk sujud sambil bertakbir. Pastikan tujuh anggota badan menyentuh lantai: dahi, hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan ujung kedua kaki. Membaca tasbih sujud
Subhaana rabbiyal a'laa wa bihamdih(3 kali). - Duduk di Antara Dua Sujud: Bangkit dari sujud sambil bertakbir, lalu duduk iftirasy (menduduki telapak kaki kiri dan menegakkan telapak kaki kanan). Membaca doa:
Rabbighfirlii warhamnii wajburnii warfa'nii warzuqnii wahdinii wa'aafinii wa'fu 'annii. - Sujud Kedua: Melakukan sujud kedua seperti sujud pertama.
- Bangkit ke Rakaat Kedua: Bangkit dari sujud untuk berdiri ke rakaat kedua sambil mengucapkan
Allahu Akbar.
Rakaat Kedua
- Ulangi langkah-langkah pada rakaat pertama, mulai dari membaca Al-Fatihah hingga sujud kedua.
- Tasyahud Awal: Setelah sujud kedua, duduk tasyahud awal dengan posisi duduk iftirasy. Membaca doa tasyahud:
"At-tahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thayyibaatu lillaah. Assalaamu 'alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh..."hingga"...wa asyhadu anna Muhammadar rasuulullah. Allahumma shalli 'alaa sayyidinaa Muhammad."
Rakaat Ketiga
- Bangkit Berdiri: Bangkit dari tasyahud awal ke posisi berdiri sambil mengangkat tangan dan bertakbir.
- Membaca Al-Fatihah Saja: Pada rakaat ini, cukup membaca Surat Al-Fatihah, tanpa diikuti surat pendek.
- Lanjutkan dengan ruku', i'tidal, sujud pertama, duduk di antara dua sujud, dan sujud kedua seperti pada rakaat pertama.
- Bangkit ke rakaat keempat.
Rakaat Keempat
- Ulangi langkah-langkah pada rakaat ketiga, yaitu membaca Al-Fatihah saja, lalu ruku' hingga sujud kedua.
- Tasyahud Akhir: Setelah sujud kedua, duduk tawarruk (kaki kiri dimasukkan ke bawah kaki kanan, dan duduk di atas lantai). Membaca doa tasyahud akhir secara lengkap, yaitu bacaan tasyahud awal ditambah dengan shalawat Ibrahimiyah:
"...wa 'alaa aali sayyidinaa Muhammad. Kamaa shallaita 'alaa sayyidinaa Ibraahiim...". Dianjurkan juga membaca doa perlindungan dari empat perkara sebelum salam. - Salam: Menoleh ke kanan sambil mengucapkan
Assalaamu 'alaikum wa rahmatullah, kemudian menoleh ke kiri dengan ucapan yang sama.
Dengan selesainya salam, maka sempurnalah pelaksanaan shalat Asar empat rakaat.
Waktu Pelaksanaan Shalat Asar
Mengetahui waktu shalat Asar sama pentingnya dengan mengetahui jumlah rakaatnya. Melaksanakan shalat pada waktunya adalah sebuah keharusan.
Awal Waktu Asar
Waktu shalat Asar dimulai ketika bayangan suatu benda menjadi sama panjang dengan benda itu sendiri, ditambah panjang bayangan benda tersebut saat matahari tepat di atas kepala (tengah hari/waktu Dzuhur). Secara sederhana, ketika bayangan suatu objek sudah lebih panjang dari tinggi objek itu sendiri, maka waktu Asar telah masuk.
Akhir Waktu Asar
Para ulama membagi akhir waktu Asar menjadi beberapa bagian:
- Waktu Ikhtiyari (Waktu Pilihan/Utama): Berakhir ketika cahaya matahari mulai menguning di ufuk barat. Ini adalah waktu terbaik untuk menunaikan shalat Asar.
- Waktu Jawaz (Waktu yang Diperbolehkan): Berlangsung sejak matahari menguning hingga terbenam. Melaksanakan shalat di waktu ini masih sah, namun kurang utama (makruh tanzih) jika tanpa udzur (alasan syar'i).
- Waktu Dharurat (Waktu Darurat): Diperuntukkan bagi orang yang memiliki udzur, seperti orang yang baru sadar dari pingsan, wanita yang baru suci dari haid, atau musafir yang baru tiba. Waktunya membentang hingga matahari terbenam.
Sangat dianjurkan untuk tidak menunda-nunda shalat Asar hingga cahaya matahari menguning. Rasulullah SAW menggambarkan shalat orang munafik adalah mereka yang menunda-nunda shalat Asar hingga matahari berada di antara dua tanduk setan (hampir terbenam), lalu mereka shalat dengan cepat seperti ayam mematuk makanan.
Shalat Asar dalam Kondisi Khusus (Jama' dan Qashar)
Islam adalah agama yang memberikan kemudahan (rukhsah). Dalam kondisi tertentu, seperti dalam perjalanan jauh (safar), pelaksanaan shalat Asar bisa diubah.
Qashar (Meringkas)
Seorang musafir yang memenuhi syarat (jarak perjalanan sekitar 80-90 km atau lebih, tergantung mazhab) diperbolehkan meng-qashar shalat Asar, yaitu meringkasnya dari empat rakaat menjadi dua rakaat.
Jama' (Menggabungkan)
Shalat Asar dapat digabungkan (dijama') dengan shalat Dzuhur. Ada dua cara:
- Jama' Taqdim: Melaksanakan shalat Dzuhur dan Asar di waktu Dzuhur. Caranya, shalat Dzuhur 4 rakaat (atau 2 jika diqashar), lalu langsung dilanjutkan dengan shalat Asar 4 rakaat (atau 2 jika diqashar).
- Jama' Ta'khir: Melaksanakan shalat Dzuhur dan Asar di waktu Asar. Caranya, menunda shalat Dzuhur hingga masuk waktu Asar, kemudian melaksanakan shalat Dzuhur 4 rakaat (atau 2 jika diqashar), lalu langsung dilanjutkan dengan shalat Asar 4 rakaat (atau 2 jika diqashar).
Kemudahan ini menunjukkan betapa pentingnya shalat. Bahkan dalam keadaan sulit sekalipun, kewajiban shalat tidak gugur, melainkan diberi jalan keluar yang lebih ringan.
Kesimpulan: Jantung Aktivitas Harian Seorang Muslim
Jadi, untuk menjawab pertanyaan awal, shalat fardhu Asar terdiri dari empat rakaat. Namun, pemahaman kita tidak boleh berhenti di situ. Shalat Asar adalah pilar spiritual di sore hari. Ia adalah pengingat di tengah puncak kelelahan dan kesibukan kita, sebuah jeda sakral untuk kembali kepada Sang Pencipta sebelum hari berganti malam.
Dengan mengetahui jumlah rakaatnya, tata cara yang benar, waktu yang tepat, serta keagungan dan keutamaannya yang luar biasa, semoga kita semua dapat melaksanakan shalat Asar dengan lebih baik, lebih khusyuk, dan penuh penghayatan. Menjaga shalat Asar berarti menjaga amalan kita, menjaga hubungan kita dengan Allah, dan mengamankan sebuah investasi abadi untuk kehidupan setelah mati.