Ilustrasi sederhana melambangkan Islam sebagai inti dalam pembentukan masyarakat.
Islam bukan hanya agama yang mengatur hubungan vertikal antara manusia dengan Sang Pencipta, tetapi juga merupakan panduan komprehensif dalam mengatur kehidupan bermasyarakat. Salah satu konsep sentral dalam ajaran Islam yang mencakup pengelolaan dan pembangunan adalah Imarah. Imarah, yang sering diterjemahkan sebagai memakmurkan, mengelola, atau membangun, merujuk pada tugas manusia sebagai khalifah (wakil Tuhan) di muka bumi untuk mengelola dan mengembangkan segala potensi yang ada demi kemaslahatan bersama. Memahami asas-asas Imarah dalam Islam adalah kunci untuk membangun peradaban yang adil, makmur, dan berkeadilan.
Konsep Imarah secara eksplisit disebutkan dalam Al-Qur'an, salah satunya dalam firman Allah SWT:
"Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: 'Wahai kaumku! Sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, maka mohonlah ampun kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (perkenan doa-Nya) lagi memperkenankan'." (QS. Hud: 61)
Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT menciptakan manusia dan memberikan amanah untuk memakmurkan bumi. Amanah ini bukan hanya sebatas memanfaatkan sumber daya alam, tetapi juga membangun tatanan sosial, ekonomi, dan moral yang baik. Sunnah Nabi Muhammad SAW juga penuh dengan contoh-contoh nyata bagaimana Islam mendorong aktivitas Imarah, mulai dari bertani, berdagang, membangun infrastruktur, hingga menegakkan keadilan.
Seluruh aktivitas Imarah harus berlandaskan pada keyakinan akan keEsaan Allah SWT. Manusia adalah wakil Allah, sehingga segala tindakan pengelolaan dan pembangunan harus diarahkan untuk meraih ridha-Nya. Ini berarti bahwa kemakmuran yang dikejar bukanlah sekadar materi atau kemegahan semata, tetapi kemakmuran yang membawa kebaikan dunia dan akhirat. Penggunaan sumber daya alam harus dilakukan secara bertanggung jawab, tidak merusak lingkungan, dan hasilnya dipergunakan untuk kebaikan semua makhluk.
Menjadi khalifah di bumi adalah sebuah amanah besar. Setiap individu Muslim memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi dalam memakmurkan lingkungan sekitarnya, sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya. Tanggung jawab ini mencakup pengelolaan diri sendiri, keluarga, masyarakat, hingga alam semesta. Mengabaikan amanah ini berarti mengingkari fungsi penciptaan manusia.
Imarah yang sejati tidak akan pernah terwujud tanpa tegaknya keadilan. Keadilan dalam Islam mencakup berbagai aspek: keadilan dalam distribusi kekayaan, keadilan dalam penegakan hukum, keadilan dalam memberikan hak dan kewajiban, serta keadilan terhadap sesama manusia dan makhluk lain. Masyarakat yang adil adalah masyarakat yang makmur, di mana setiap individu merasa aman, dihargai, dan memiliki kesempatan untuk berkembang.
Pengambilan keputusan dalam mewujudkan Imarah yang baik sangat dianjurkan dilakukan melalui musyawarah. Konsep syura mengajarkan pentingnya saling bertukar pikiran, mendengarkan pendapat orang lain, dan mencapai mufakat demi kebaikan bersama. Pendekatan ini mencerminkan semangat kebersamaan dan penghormatan terhadap pandangan individu dalam membangun masyarakat.
Prinsip keseimbangan sangat penting dalam setiap aspek Imarah. Manusia dituntut untuk tidak berlebihan dalam memanfaatkan sumber daya alam, tidak tamak dalam mengumpulkan harta, dan tidak lalai dalam menunaikan kewajiban spiritual. Keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara hak individu dan kewajiban sosial, serta antara pembangunan fisik dan moral adalah kunci untuk menciptakan kemakmuran yang berkelanjutan dan bermakna.
Imarah yang kuat dibangun di atas fondasi hubungan yang baik antar sesama. Mempererat tali silaturahim, menjaga persaudaraan, dan saling tolong-menolong adalah bagian integral dari upaya memakmurkan masyarakat. Kolaborasi dan sinergi antar individu dan kelompok akan menghasilkan kekuatan yang lebih besar dalam mencapai tujuan pembangunan.
Penerapan asas-asas Imarah dalam kehidupan sehari-hari memiliki implikasi yang luas. Dalam bidang ekonomi, ini berarti menjalankan bisnis yang etis, membayar zakat, serta mendistribusikan kekayaan secara adil. Dalam bidang sosial, ini mendorong partisipasi aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, menjaga kerukunan, dan berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat. Dalam bidang lingkungan, ini berarti menjaga kelestarian alam dan menggunakan sumber daya secara bijak.
Ketika asas-asas Imarah ini dijalankan dengan sungguh-sungguh, niscaya masyarakat akan terhindar dari kerusakan, ketidakadilan, dan kemiskinan. Sebaliknya, masyarakat akan tumbuh menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, sebuah negeri yang baik dan mendapat ampunan Tuhan, tempat di mana setiap individu dapat menjalani kehidupan yang bermakna, sejahtera, dan penuh keberkahan.
Memakmurkan bumi adalah ibadah. Dengan memahami dan mengamalkan asas-asas Imarah dalam Islam, kita turut serta dalam mewujudkan visi agung Allah SWT di muka bumi ini, menciptakan peradaban yang rahmatan lil 'alamin.