Asesmen Kompetensi Minimum (AKM): Memahami dan Mengukur Kemampuan Esensial Siswa

Ilustrasi Asesmen Kompetensi Minimum

Dalam dunia pendidikan yang terus berkembang, evaluasi terhadap kemajuan belajar siswa menjadi krusial. Salah satu instrumen evaluasi yang kini menjadi fokus utama adalah Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). AKM bukan sekadar tes biasa, melainkan sebuah pengukuran yang dirancang untuk menilai sejauh mana siswa menguasai kompetensi-kompetensi fundamental yang dibutuhkan untuk keberhasilan dalam kehidupan, baik di sekolah maupun di masyarakat.

Apa Itu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)?

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) adalah penilaian pada tingkat nasional yang dilakukan untuk mengukur pencapaian siswa dari hasil belajar jangka menengah. Artinya, AKM berfokus pada kemampuan dasar yang dibutuhkan oleh semua siswa agar dapat terus belajar sepanjang hayat dan berpartisipasi positif di masyarakat. AKM tidak mengukur pencapaian materi pelajaran tertentu, melainkan lebih menekankan pada kemampuan penalaran dan pemecahan masalah yang relevan dalam berbagai konteks.

Tujuan utama AKM adalah untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan di Indonesia. Dengan memahami tingkat kompetensi siswa secara merata, pemerintah dan para pemangku kepentingan dapat merancang intervensi yang lebih tepat sasaran untuk mengatasi kesenjangan pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar secara keseluruhan. AKM merupakan bagian dari kebijakan Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.

Komponen Utama AKM

AKM terdiri dari dua komponen utama yang mencerminkan kompetensi esensial siswa, yaitu:

Selain kedua komponen tersebut, AKM juga menyertakan survei karakter yang bertujuan untuk mengukur perkembangan karakter siswa yang selaras dengan Profil Pelajar Pancasila, seperti beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Mengapa AKM Penting?

AKM sangat penting karena memberikan gambaran yang lebih holistik tentang kualitas pendidikan. Berbeda dengan ujian nasional sebelumnya yang cenderung berfokus pada hafalan materi, AKM dirancang untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi. Manfaat AKM antara lain:

Keikutsertaan dalam AKM diwajibkan bagi siswa jenjang pendidikan dasar dan menengah, termasuk SD, SMP, SMA, SMK, serta program kesetaraan. Data hasil AKM akan digunakan untuk memetakan daya saing pendidikan Indonesia di tingkat internasional dan menjadi bahan evaluasi kebijakan pendidikan secara berkala.

Menghadapi AKM dengan Optimal

Untuk memastikan siswa dapat mengikuti AKM dengan baik, diperlukan pendekatan yang tepat. Sekolah perlu fokus pada pengembangan kemampuan literasi dan numerasi melalui pembelajaran yang interaktif dan kontekstual. Guru dapat mengintegrasikan soal-soal berkonsep AKM dalam kegiatan belajar sehari-hari. Orang tua juga berperan penting dalam mendukung proses belajar anak di rumah, mendorong kebiasaan membaca, serta mengajak anak untuk memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan numerasi.

AKM bukan untuk menghakimi, melainkan sebagai alat diagnostik untuk perbaikan. Dengan pemahaman yang mendalam mengenai tujuan dan komponen AKM, seluruh ekosistem pendidikan dapat bersinergi untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan mempersiapkan generasi muda yang kompeten serta berkarakter unggul. Mari kita jadikan AKM sebagai momentum untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.

🏠 Homepage