Melahirkan adalah momen indah, namun seringkali diikuti dengan berbagai tantangan, terutama bagi ibu yang menjalani operasi caesar. Salah satu kekhawatiran umum yang dialami banyak ibu baru adalah ketika Air Susu Ibu (ASI) belum juga keluar sempurna beberapa hari pasca persalinan. Situasi ini bisa menimbulkan kecemasan, padahal produksi ASI seringkali sedikit berbeda pada ibu pasca operasi dibandingkan persalinan normal.
Keterlambatan produksi ASI pasca operasi caesar sangat umum terjadi dan biasanya berkaitan dengan beberapa faktor fisiologis dan prosedural:
Obat-obatan yang diberikan selama dan sesudah operasi caesar, termasuk anestesi dan pereda nyeri, dapat memengaruhi hormon yang bertanggung jawab untuk inisiasi laktasi (seperti prolaktin dan oksitosin). Meskipun dampaknya sementara, hal ini bisa menunda lonjakan produksi ASI awal.
Proses pemulihan operasi menciptakan stres fisik dan emosional yang signifikan. Stres diketahui menghambat pelepasan oksitosin, hormon yang berperan penting dalam refleks pelepasan ASI (let-down reflex). Selain itu, jika ibu perlu waktu lebih lama untuk pulih dan belum bisa kontak kulit-ke-kulit (skin-to-skin) secara optimal dengan bayi, stimulasi awal akan tertunda.
Prinsip utama produksi ASI adalah 'supply and demand' (penawaran dan permintaan). Semakin cepat dan sering bayi disusui atau payudara distimulasi, semakin cepat pula tubuh mengenali kebutuhan untuk memproduksi ASI. Pemulihan pasca-caesar terkadang membuat ibu harus menunda sesi menyusui langsung.
Pada persalinan normal, penurunan hormon kehamilan (progesteron dan estrogen) memicu produksi ASI penuh. Pada operasi caesar, perubahan hormonal ini mungkin sedikit kurang responsif pada awalnya karena adanya intervensi medis.
Meskipun ada sedikit penundaan, ibu yang melahirkan caesar memiliki kemampuan penuh untuk menyusui sukses. Kuncinya adalah stimulasi yang konsisten dan dukungan yang tepat.
Jika kondisi ibu dan bayi memungkinkan, lakukan kontak kulit-ke-kulit secepatnya. Sentuhan langsung ini melepaskan oksitosin dan membantu menenangkan ibu, sekaligus mendorong bayi untuk mencari payudara. Posisi semi-duduk seringkali lebih nyaman untuk pemulihan luka jahitan.
Targetkan untuk melakukan kontak atau menyusui setiap 1,5 hingga 3 jam sekali, bahkan jika bayi hanya tampak menjilat atau menghisap sedikit. Jika bayi masih terlalu lemah atau ibu masih kesulitan menopang, gunakan pompa ASI elektrik atau manual sesering mungkin (minimal 8-10 kali dalam 24 jam) untuk memberikan sinyal kuat pada tubuh bahwa ASI dibutuhkan.
Bagi ibu pasca-caesar, beberapa posisi menyusui lebih direkomendasikan karena mengurangi tekanan pada area perut:
Jangan ragu mengelola rasa sakit. Rasa sakit yang tinggi dapat menghambat refleks pelepasan ASI. Bicarakan dengan dokter mengenai jadwal minum obat pereda nyeri yang aman untuk menyusui, pastikan Anda minum obat sebelum sesi menyusui yang dijadwalkan.
Produksi ASI membutuhkan energi dan cairan yang besar. Pastikan Anda minum air putih yang cukup (minimal 8-10 gelas per hari) dan mengonsumsi makanan bergizi seimbang untuk mendukung pemulihan dan produksi susu.
Jika setelah 4-5 hari pasca caesar, Anda masih belum melihat adanya tanda-tanda ASI yang signifikan (payudara terasa lebih penuh, bayi menunjukkan tanda kenyang setelah menyusu), segera hubungi:
Ingatlah, setiap proses menyusui itu unik. Kesabaran, dukungan mental, dan stimulasi yang teratur adalah kunci sukses, terlepas dari metode persalinan Anda.