Penyakit asma merupakan kondisi pernapasan kronis yang sangat umum terjadi di seluruh dunia. Secara sederhana, asma merupakan peradangan dan penyempitan pada saluran udara (bronkus) di paru-paru. Ketika saluran udara ini meradang, mereka menjadi lebih sensitif dan cenderung bereaksi berlebihan terhadap berbagai pemicu. Reaksi ini menyebabkan otot-otot di sekitar saluran napas menjadi tegang (bronkospasme), dan saluran napas memproduksi lebih banyak lendir, sehingga menghambat aliran udara.
Definisi medisnya menegaskan bahwa asma merupakan penyakit inflamasi yang ditandai oleh gejala yang bervariasi dalam hal frekuensi dan keparahannya, termasuk mengi (suara napas seperti siulan), sesak napas, dada terasa berat, dan batuk, terutama pada malam hari atau dini hari.
Meskipun penyebab pasti asma merupakan gabungan kompleks dari faktor genetik dan lingkungan, beberapa hal diketahui meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit ini. Riwayat keluarga dengan alergi atau asma sangat memengaruhi. Namun, yang paling penting untuk dikelola adalah pemicunya (trigger).
Memahami bahwa asma merupakan penyakit kronis berarti memerlukan manajemen berkelanjutan, bukan sekadar pengobatan saat serangan terjadi. Pengelolaan asma bertujuan untuk mengontrol peradangan jangka panjang dan mencegah kekambuhan.
Pengobatan asma umumnya dibagi menjadi dua kategori utama:
Penderita asma harus bekerja sama dengan dokter untuk membuat Rencana Aksi Asma tertulis. Rencana ini menjelaskan langkah apa yang harus diambil ketika gejala memburuk atau ketika terjadi serangan akut. Mengabaikan pengobatan pengontrol dapat menyebabkan kerusakan permanen pada paru-paru seiring waktu.
Secara keseluruhan, asma merupakan tantangan kesehatan yang dapat dikelola dengan baik. Dengan pengetahuan yang tepat tentang kondisi diri, identifikasi pemicu, dan kepatuhan ketat terhadap rencana pengobatan, individu dengan asma dapat menjalani kehidupan yang aktif dan produktif tanpa terlalu sering terganggu oleh gejala yang membatasi.