Mengenal Asmaul Husna ke-28

Ilustrasi Ketuhanan dan Kedamaian Sebuah simbol matahari terbit di atas cakrawala dengan bentuk geometris yang melambangkan keagungan dan ketenangan.

Asmaul Husna adalah 99 nama indah Allah SWT yang mengandung makna agung, menunjukkan kesempurnaan sifat dan zat-Nya. Memahami dan merenungkan nama-nama ini adalah salah satu bentuk ibadah tertinggi seorang Muslim. Di antara 99 nama tersebut, kita akan fokus membahas Asmaul Husna urutan ke-28.

Asmaul Husna Ke-28: Al-Majiid

Nama Allah yang menempati urutan ke-28 dalam daftar Asmaul Husna adalah Al-Majiid (الْمَجِيدُ).

Al-Majiid Artinya: Yang Maha Mulia, Yang Maha Agung, Yang Penuh Kemuliaan.

Makna Al-Majiid mencakup dua dimensi utama: kemuliaan dalam sifat-sifat-Nya (kebenaran, keadilan, kekuasaan) dan kemuliaan dalam perbuatan-Nya (memberi karunia, memuliakan hamba-Nya). Allah Maha Agung dalam zat-Nya dan Maha Terpuji dalam segala tindak-tanduk-Nya.

Konteks dan Kedalaman Makna

Kata dasar dari Al-Majiid adalah majd (مجد), yang berarti kemuliaan yang kekal dan agung. Kemuliaan ini tidak bersifat sementara, seperti kemuliaan yang diperoleh manusia karena jabatan atau kekayaan, melainkan kemuliaan yang hakiki dan inheren dalam Dzat Allah SWT. Ketika kita menyebut Allah sebagai Al-Majiid, kita mengakui bahwa tidak ada satu pun yang bisa menandingi keagungan dan keutamaan-Nya.

Al-Majiid juga memiliki korelasi kuat dengan sifat Allah sebagai Yang Maha Pemberi Kehormatan. Dialah yang meninggikan derajat siapa yang dikehendaki-Nya dan merendahkan siapa yang Dia kehendaki. Kemuliaan yang dimiliki makhluk hidup, baik itu berupa ilmu, kekuasaan, atau penghormatan sosial, semuanya berasal dari pemberian-Nya.

Dalam Al-Qur'an, nama Al-Majiid disebutkan bersamaan dengan sifat-sifat luhur lainnya. Misalnya, dalam Surah Al-Buruuj ayat 15: "Dzat Yang Maha Kuasa berbuat apa yang Dia kehendaki." (Ayat ini seringkali merujuk pada keagungan dan kekuasaan-Nya yang mutlak).

Keutamaan Mengamalkan dan Merenungkan Al-Majiid

Merenungkan nama Al-Majiid membawa dampak signifikan pada cara seorang Muslim memandang dirinya dan dunia di sekitarnya. Pertama, hal ini mendorong rasa kerendahan hati. Jika Allah adalah Yang Maha Agung tanpa batas, maka segala keagungan duniawi yang kita kejar menjadi sangat kecil di hadapan-Nya.

Kedua, ini memotivasi kita untuk beramal shalih dengan harapan meraih kemuliaan di sisi-Nya. Kemuliaan sejati di akhirat adalah kemuliaan yang abadi, yang hanya bisa diraih melalui ketaatan kepada Sang Maha Mulia. Umat Islam didorong untuk meneladani sifat mulia dalam batas kemampuan manusia, seperti berlaku dermawan, jujur, dan menjaga kehormatan sesama, sebagai manifestasi cinta kepada Al-Majiid.

Banyak ulama menyarankan untuk sering membaca nama Al-Majiid dalam wirid harian. Dengan mengulanginya, seorang hamba memohon agar Allah SWT melimpahkan kemuliaan, kehormatan, dan kemudahan dalam urusan yang mulia (baik dunia maupun akhirat). Ini adalah sarana untuk membersihkan hati dari sifat sombong dan riya', karena kemuliaan sejati hanya milik Allah.

Memahami bahwa Allah adalah Al-Majiid juga memberikan ketenangan saat menghadapi kesulitan. Ketika dunia terasa menekan dan merendahkan, seorang mukmin mengingat bahwa Penciptanya adalah Yang Maha Agung dan Maha Tinggi. Kekuasaan-Nya jauh melampaui masalah manusiawi yang sedang dihadapi.

Asmaul Husna Lain yang Berdekatan

Dalam rangkaian Asmaul Husna, Al-Majiid (ke-28) seringkali berdekatan dengan nama-nama yang menekankan keagungan, seperti Al-Wahhab (Maha Pemberi) dan Al-Mujiib (Maha Mengabulkan). Keterkaitan ini menunjukkan bahwa kemuliaan Allah termanifestasi dalam kedermawanan-Nya yang tak terbatas dan kesediaan-Nya untuk merespon doa hamba-Nya yang memohon.

Jika kita merangkum kedudukan Al-Majiid, ia adalah pengingat konstan akan kebesaran yang tidak terhingga. Setiap kali kita merasa bangga berlebihan, kita mengingat bahwa kemuliaan tertinggi hanya milik Allah. Sebaliknya, ketika kita merasa terhina atau diremehkan, kita mengingat bahwa Allah Maha Agung dan Dialah yang berhak mengangkat derajat kita kapan pun Dia kehendaki. Mengimani nama ini adalah menegaskan tauhid dalam aspek kesempurnaan sifat Allah.

🏠 Homepage