Mengenal Sifat Allah Sebagai Pemberi Kekayaan dan Kecukupan
Asmaul Husna ke-45 adalah Al-Mughni (المُغْنِي), yang secara harfiah berarti "Maha Pemberi Kekayaan" atau "Yang Mencukupi." Nama mulia ini menunjukkan salah satu sifat utama Allah SWT, yaitu kemampuan-Nya untuk memberikan kekayaan, kemakmuran, dan kecukupan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, tanpa memerlukan balasan apapun.
Al-Mughni bukanlah sekadar memberikan harta benda semata. Pemberian-Nya mencakup segala bentuk kecukupan yang dibutuhkan makhluk-Nya, baik itu kekayaan materi, kekayaan ilmu, kekayaan hati, kesehatan, maupun ketenangan jiwa. Ketika Allah menyebut diri-Nya Al-Mughni, ini menegaskan bahwa sumber segala rezeki dan kemakmuran hanya berasal dari-Nya. Tidak ada satu pun entitas yang dapat memberikan kekayaan sejati selain Dia.
Memahami sifat Al-Mughni seharusnya membawa seorang Muslim kepada dua sikap utama: rasa syukur yang mendalam dan ketergantungan total (tawakkal) kepada Allah. Ketika kita menyadari bahwa segala bentuk kelimpahan yang kita miliki adalah titipan dan pemberian-Nya, maka sikap sombong dan kikir akan sirna.
Sebaliknya, keyakinan ini mendorong kita untuk menjadi penyalur rahmat (channel of blessings). Kekayaan yang diberikan oleh Al-Mughni harus digunakan untuk menegakkan keadilan, membantu sesama yang membutuhkan, dan mengembangkan bumi sesuai perintah-Nya. Kekayaan materi yang dipegang tanpa rasa syukur hanyalah ujian, sementara kekayaan yang disalurkan akan menjadi sarana mendekatkan diri kepada Sang Pemberi.
Kita dianjurkan untuk memohon kecukupan rezeki kepada-Nya dengan mengakui sifat-Nya ini. Rasulullah SAW sering mengajarkan doa-doa yang mengandung permohonan agar dilindungi dari kemiskinan dan kefakiran. Memohon kepada Al-Mughni adalah wujud pengakuan bahwa kita lemah dan hanya Dialah Yang Maha Kuat dan Maha Pemurah.
Kekayaan yang hakiki, yang dicari melalui nama Al-Mughni, adalah kekayaan yang menenteramkan hati, bukan yang membuat jiwa gelisah karena ketakutan kehilangan. Ketenangan dalam menghadapi kekurangan dan rasa cukup dalam menghadapi kelimpahan adalah manifestasi paling murni dari iman kepada Sang Pencukupan.
Terkadang, Allah menguji seorang hamba dengan kelapangan rezeki, dan di lain waktu, Ia mengujinya dengan keterbatasan. Keduanya adalah bagian dari kuasa Al-Mughni. Kelimpahan adalah kesempatan untuk beramal, sementara kekurangan adalah kesempatan untuk melatih kesabaran dan kesalehan. Tidak ada kondisi yang lebih baik di sisi Allah selain kondisi yang mendekatkan hamba-Nya kepada ketaatan.
Oleh karena itu, ketika kita memanggil Allah dengan nama Al-Mughni, kita tidak hanya memohon agar menjadi kaya, tetapi memohon agar diberikan kecukupan yang sesuai dengan kebijaksanaan-Nya, yang mana kecukupan tersebut membawa kita pada ridha-Nya. Inilah esensi sejati dari mengenal salah satu Nama Allah yang terindah.