Asmaul Husna, yaitu 99 nama terindah dan termulia Allah SWT, merupakan cerminan sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Mengenal dan merenungi makna dari setiap nama adalah bentuk ibadah yang mendekatkan seorang hamba kepada Sang Pencipta. Bagian ini akan mengupas sepuluh nama terakhir, dari urutan ke-61 hingga ke-70.
Asmaul Husna Urutan 61 hingga 70
- 61. Al-Mani’ (المانع): Yang Maha Mencegah. Dialah yang mencegah dari segala keburukan, bahaya, dan fitnah yang dapat merusak keimanan atau kehidupan.
- 62. Ad-Darr (الضار): Yang Maha Memberi Bahaya/Kemudaratan. Nama ini menunjukkan bahwa hanya Allah yang berhak memberi ujian atau kesulitan, yang terkadang menjadi sarana membersihkan dosa.
- 63. An-Naafi’ (النافع): Yang Maha Memberi Manfaat. Kebalikan dari Ad-Darr, Allah adalah sumber segala kebaikan, manfaat, dan kemaslahatan bagi seluruh makhluk.
- 64. An-Nuur (النور): Yang Maha Pemberi Cahaya. Allah adalah sumber cahaya hakiki, baik cahaya indrawi (penglihatan) maupun cahaya batiniah (ilmu dan hidayah).
- 65. Al-Haadi (الهادي): Yang Maha Memberi Petunjuk. Dialah yang memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus (siratal mustaqim) bagi mereka yang dikehendaki-Nya.
- 66. Al-Badi’ (البديع): Yang Maha Pencipta Yang Baru. Allah menciptakan segala sesuatu tanpa ada contoh sebelumnya, menunjukkan keunikan dan kesempurnaan ciptaan-Nya.
- 67. Al-Baaqi (الباقي): Yang Maha Kekal. Setelah semua makhluk binasa, hanya Allah yang kekal abadi, tidak akan pernah lenyap atau berakhir.
- 68. Al-Waaris (الوارث): Yang Maha Mewarisi. Dialah yang memiliki segala sesuatu. Ketika makhluknya meninggal, harta dan kekuasaan mereka akan kembali kepada-Nya sebagai pewaris mutlak.
- 69. Ar-Rasyiid (الرشيد): Yang Maha Menunjukkan Kebaikan. Pemberi petunjuk terbaik dan pengajar hikmah yang mengarahkan manusia pada kebenaran dan kesempurnaan perilaku.
- 70. As-Shabuur (الصبور): Yang Maha Sabar. Allah menahan murka-Nya terhadap orang-orang yang durhaka dan tidak tergesa-gesa dalam memberikan hukuman, memberikan kesempatan bagi mereka untuk bertaubat.
Hikmah di Balik Kesabaran dan Pemberian Manfaat
Memahami nama-nama seperti Al-Mani’ (Yang Mencegah) dan An-Naafi’ (Yang Memberi Manfaat) mengajarkan kita tentang kontrol ilahi atas segala aspek kehidupan. Ketika musibah datang, kita ingat bahwa itu bisa jadi adalah pencegahan dari bahaya yang lebih besar (Al-Mani’), atau merupakan ujian untuk meraih manfaat yang lebih baik (An-Naafi’). Dalam perspektif spiritual, pertentangan antara memberi bahaya (Ad-Darr) dan memberi manfaat (An-Naafi’) bukanlah kontradiksi, melainkan manifestasi keadilan dan kebijaksanaan-Nya dalam mendidik hamba-Nya.
Selanjutnya, ketika kita merenungkan An-Nuur (Cahaya) dan Al-Haadi (Petunjuk), kita menyadari betapa rapuhnya akal manusia tanpa bimbingan ilahi. Cahaya Allah adalah penuntun dalam kegelapan kebodohan dan kesesatan. Tanpa cahaya ini, manusia akan tersesat dalam labirin pemikiran dan hawa nafsu. Oleh karena itu, memohon petunjuk-Nya adalah inti dari doa seorang mukmin.
Nama-nama yang berkaitan dengan keabadian dan warisan, seperti Al-Baaqi (Yang Kekal) dan Al-Waaris (Pewaris), mengingatkan kita akan sifat kefanaan dunia. Semua yang kita miliki—kekayaan, kekuasaan, bahkan tubuh fisik—adalah pinjaman sementara. Kesadaran ini mendorong kita untuk tidak terikat secara berlebihan pada materi, dan mengarahkan fokus pada persiapan akhirat yang kekal.
Puncak dari sepuluh nama ini seringkali terletak pada As-Shabuur (Yang Maha Sabar). Kesabaran Allah terhadap makhluk-Nya yang lalai adalah bentuk rahmat yang tak terhingga. Kesabaran-Nya memberi ruang yang luas bagi kita untuk memperbaiki diri. Sebagai manusia yang meneladani sifat Allah, kita pun didorong untuk bersabar dalam menghadapi ujian hidup dan dalam perjalanan dakwah.
Mempelajari Asmaul Husna 61 sampai 70 membuka wawasan bahwa Allah SWT adalah Pengatur Tunggal alam semesta, sumber segala kebaikan dan cahaya, serta pemilik segala yang ada dan akan kembali kepada-Nya. Pengenalan ini membuahkan rasa syukur, tawakal, dan upaya sungguh-sungguh untuk mengikuti petunjuk-Nya.