Asmaul Husna Lengkap: 99 Nama Allah, Arti, dan Doanya

الله Al-Asmaul Husna

Asmaul Husna adalah nama-nama Allah yang indah dan baik, yang melambangkan sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Istilah ini berasal dari bahasa Arab, "Al-Asma" yang berarti nama-nama, dan "Al-Husna" yang berarti yang baik atau yang indah. Memahami, menghafal, dan merenungkan Asmaul Husna merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Ini adalah cara bagi seorang hamba untuk mengenal Tuhannya lebih dalam, sehingga menumbuhkan rasa cinta, takut, dan harap kepada-Nya.

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, Surah Al-A'raf ayat 180: "Hanya milik Allah Asmaul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." Ayat ini secara tegas memerintahkan kita untuk berdoa dan memohon kepada Allah dengan menggunakan nama-nama-Nya yang agung. Ketika kita memahami sifat-sifat-Nya, doa kita menjadi lebih spesifik, lebih khusyuk, dan lebih bermakna.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu. Barangsiapa yang menghitungnya (menghafal dan memahaminya), maka ia akan masuk surga." Hadis ini menjadi motivasi terbesar bagi umat Islam untuk tidak hanya menghafal lafaznya, tetapi juga meresapi makna di balik setiap nama, dan berusaha meneladani sifat-sifat tersebut dalam batas kemampuan sebagai manusia. Misalnya, dengan memahami sifat Ar-Rahman (Maha Pengasih), kita termotivasi untuk menjadi pribadi yang penyayang kepada sesama makhluk.

Artikel ini akan menguraikan 99 Asmaul Husna secara lengkap, disertai dengan tulisan Arab, transliterasi Latin, arti, penjelasan makna yang mendalam, serta contoh doa yang relevan dengan setiap nama. Semoga panduan ini menjadi jembatan bagi kita untuk semakin mendekatkan diri kepada Sang Khaliq, Allah Subhanahu wa Ta'ala.

1. Ar-Rahman (الرَّحْمٰنُ)

الرَّحْمٰنُ

Arti: Yang Maha Pengasih

Ar-Rahman adalah sifat kasih Allah yang meliputi seluruh makhluk-Nya tanpa terkecuali, baik yang beriman maupun yang tidak. Rahmat ini terwujud dalam bentuk penciptaan, pemberian rezeki, udara untuk bernapas, dan segala nikmat kehidupan di dunia. Kasih sayang-Nya bersifat universal dan melimpah ruah, mendahului murka-Nya. Merenungkan nama ini membuat kita sadar betapa luasnya karunia Allah dan mengajarkan kita untuk menebarkan kasih sayang kepada semua makhluk di sekitar kita.

"Yaa Rahman, limpahkanlah kasih sayang-Mu kepada kami di dunia ini, berikanlah kami petunjuk dan rahmat-Mu yang tak terhingga agar kami selamat di dunia dan akhirat."

2. Ar-Rahim (الرَّحِيْمُ)

الرَّحِيْمُ

Arti: Yang Maha Penyayang

Berbeda dengan Ar-Rahman, sifat Ar-Rahim adalah kasih sayang Allah yang khusus diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman di akhirat kelak. Ini adalah bentuk rahmat yang lebih spesifik dan abadi, yaitu berupa ampunan, surga, dan keridhaan-Nya. Sifat ini menunjukkan bahwa ketaatan dan keimanan akan mendapatkan balasan kasih sayang yang istimewa. Dengan memahami nama Ar-Rahim, kita termotivasi untuk terus beriman dan beramal saleh agar layak menerima kasih sayang khusus dari-Nya.

"Yaa Rahim, curahkanlah kasih sayang-Mu yang istimewa kepada kami, para hamba-Mu yang beriman, di hari kiamat kelak. Masukkanlah kami ke dalam surga-Mu dengan rahmat-Mu."

3. Al-Malik (الْمَلِكُ)

الْمَلِكُ

Arti: Yang Maha Merajai / Memerintah

Al-Malik berarti Allah adalah Raja yang mutlak, pemilik dan penguasa seluruh alam semesta. Kekuasaan-Nya tidak terbatas oleh waktu, ruang, atau apapun. Dia mengatur segala urusan kerajaan-Nya dengan kehendak dan kebijaksanaan-Nya yang sempurna. Tidak ada satupun yang dapat menandingi atau menghalangi kekuasaan-Nya. Mengimani nama Al-Malik menumbuhkan rasa tunduk dan patuh, serta meyakinkan kita bahwa segala sesuatu berada dalam genggaman dan kendali Raja diraja.

"Yaa Malik, Engkaulah Raja sesungguhnya. Jadikanlah kami hamba yang patuh pada perintah-Mu dan jauhkan kami dari kesombongan karena merasa memiliki sesuatu di dunia yang fana ini."

4. Al-Quddus (الْقُدُّوْسُ)

الْقُدُّوْسُ

Arti: Yang Maha Suci

Al-Quddus menunjukkan bahwa Allah Maha Suci dari segala bentuk kekurangan, aib, kelemahan, dan dari segala sesuatu yang tidak layak bagi keagungan-Nya. Kesucian-Nya adalah mutlak dan sempurna, baik dari segi zat, sifat, maupun perbuatan-Nya. Dia suci dari menyerupai makhluk-Nya. Dengan mengenal nama Al-Quddus, kita diajak untuk senantiasa menyucikan hati dan pikiran kita dari hal-hal yang kotor dan tidak pantas, serta senantiasa memahasucikan Allah dalam setiap zikir dan ibadah kita.

"Yaa Quddus, sucikanlah hati kami dari segala penyakit, pikiran kami dari segala prasangka buruk, dan perbuatan kami dari segala dosa. Bimbinglah kami menuju kesucian yang Engkau ridhai."

5. As-Salam (السَّلَامُ)

السَّلَامُ

Arti: Yang Maha Memberi Kesejahteraan

As-Salam berarti Allah adalah sumber segala kedamaian dan keselamatan. Zat-Nya selamat dari segala cacat, dan dari-Nya lah datangnya kesejahteraan bagi seluruh makhluk. Dia yang menyelamatkan hamba-Nya dari segala bahaya dan kesulitan. Surga pun disebut sebagai "Darussalam" (Negeri Kedamaian) karena di sanalah kedamaian sejati berada, yang bersumber dari-Nya. Berdoa dengan nama As-Salam berarti kita memohon perlindungan dan kedamaian hakiki, baik di dunia maupun di akhirat.

"Yaa Salam, anugerahkanlah kedamaian dalam hati kami, keluarga kami, dan negeri kami. Selamatkanlah kami dari segala marabahaya dan berikanlah kami kesejahteraan sejati di sisi-Mu."

6. Al-Mu'min (الْمُؤْمِنُ)

الْمُؤْمِنُ

Arti: Yang Maha Memberi Keamanan

Al-Mu'min memiliki dua makna utama. Pertama, Allah adalah sumber keamanan yang menenangkan hati para hamba-Nya dari rasa takut. Kedua, Dia adalah Dzat yang membenarkan janji-Nya kepada para rasul dan orang-orang beriman. Dia tidak akan mengingkari janji-Nya tentang pahala dan pertolongan. Dengan meyakini sifat Al-Mu'min, hati seorang mukmin akan merasa tenteram dan aman di bawah lindungan-Nya, percaya sepenuhnya bahwa janji Allah adalah kebenaran yang pasti.

"Yaa Mu'min, berikanlah rasa aman di dalam jiwa kami dari segala ketakutan duniawi dan siksa akhirat. Teguhkanlah keyakinan kami pada janji-janji kebenaran-Mu."

7. Al-Muhaimin (الْمُهَيْمِنُ)

الْمُهَيْمِنُ

Arti: Yang Maha Memelihara / Mengawasi

Al-Muhaimin berarti Allah adalah Dzat yang senantiasa mengawasi, menjaga, dan memelihara seluruh makhluk-Nya. Tidak ada satu pun perbuatan, ucapan, atau bahkan lintasan hati yang luput dari pengawasan-Nya. Dia mengatur dan melindungi segala sesuatu dengan pengawasan-Nya yang sempurna. Sifat ini mengingatkan kita untuk selalu berhati-hati dalam setiap tindakan, karena kita berada di bawah pengawasan abadi Sang Pencipta.

"Yaa Muhaimin, peliharalah kami dalam pengawasan-Mu, jagalah kami dari perbuatan maksiat baik yang terlihat maupun tersembunyi, dan bimbinglah kami di jalan yang lurus."

8. Al-'Aziz (الْعَزِيْزُ)

الْعَزِيْزُ

Arti: Yang Maha Perkasa

Al-'Aziz menunjukkan keperkasaan dan kekuatan Allah yang tidak terkalahkan. Dia Maha Kuat dan mampu mengalahkan siapa pun dan apa pun, namun tidak ada yang mampu mengalahkan-Nya. Keperkasaan-Nya mutlak, tidak memerlukan bantuan dari siapapun. Sifat ini memberikan kekuatan kepada orang beriman bahwa mereka memiliki sandaran Yang Maha Perkasa, dan menumbuhkan rasa takut kepada-Nya bagi mereka yang durhaka.

"Yaa 'Aziz, wahai Dzat Yang Maha Perkasa, berilah kami kekuatan untuk taat kepada-Mu dan menaklukkan hawa nafsu kami. Lindungilah kami dari kezaliman orang-orang yang zalim."

9. Al-Jabbar (الْجَبَّارُ)

الْجَبَّارُ

Arti: Yang Maha Kuasa / Kehendak-Nya Tak Dapat Diingkari

Al-Jabbar memiliki makna keagungan dan kekuasaan yang memaksa. Kehendak-Nya pasti terjadi, dan tidak ada satu makhluk pun yang bisa menolak atau menghalangi ketetapan-Nya. Dia juga Dzat yang memperbaiki keadaan hamba-Nya yang lemah, "membalut" luka mereka, dan mencukupkan kekurangan mereka. Sifat ini mengajarkan kita untuk berserah diri pada kehendak-Nya dan mencari "perbaikan" dari-Nya atas segala kekurangan dan kesulitan kita.

"Yaa Jabbar, tundukkanlah kami pada kehendak-Mu dengan keridhaan, perbaikilah segala urusan kami yang rusak, dan cukupkanlah segala kekurangan kami dengan kuasa-Mu."

10. Al-Mutakabbir (الْمُتَكَبِّرُ)

الْمُتَكَبِّرُ

Arti: Yang Maha Megah / Memiliki Kebesaran

Al-Mutakabbir berarti Allah adalah satu-satunya Dzat yang berhak atas segala kebesaran dan kesombongan. Kesombongan adalah pakaian-Nya, dan tidak pantas bagi makhluk untuk memilikinya. Dia lebih besar dari segala sesuatu, dan semua makhluk teramat kecil di hadapan-Nya. Mengingat nama ini akan menghindarkan kita dari sifat sombong dan angkuh, karena kita sadar bahwa kebesaran sejati hanya milik Allah semata.

"Yaa Mutakabbir, bersihkanlah hati kami dari sifat sombong, riya, dan angkuh. Jadikanlah kami hamba yang senantiasa rendah hati di hadapan kebesaran-Mu."

11. Al-Khaliq (الْخَالِقُ)

الْخَالِقُ

Arti: Yang Maha Pencipta

Al-Khaliq adalah Dzat yang menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan. Penciptaan-Nya sempurna, terukur, dan penuh hikmah. Dia menciptakan alam semesta dan segala isinya tanpa contoh sebelumnya. Sifat ini menunjukkan kekuasaan-Nya yang tak terbatas dalam mengadakan sesuatu. Merenungkan nama ini membuat kita takjub akan keagungan ciptaan-Nya dan bersyukur atas keberadaan kita.

"Yaa Khaliq, wahai Pencipta langit dan bumi, kami bersyukur atas segala ciptaan-Mu. Jadikanlah kami hamba-Mu yang pandai merenungi tanda-tanda kebesaran-Mu di alam semesta."

12. Al-Bari' (الْبَارِئُ)

الْبَارِئُ

Arti: Yang Maha Melepaskan / Mengadakan

Al-Bari' memiliki makna yang lebih spesifik dari Al-Khaliq. Jika Al-Khaliq adalah pencipta secara umum, Al-Bari' adalah Dzat yang mengadakan, membentuk, dan melepaskan ciptaan-Nya dari ketiadaan menjadi ada dalam bentuk yang seimbang dan harmonis, tanpa cacat. Dia yang membebaskan makhluk dari ketidaksempurnaan dalam proses penciptaan. Ini menunjukkan betapa detail dan sempurnanya karya cipta Allah.

"Yaa Bari', Engkau yang mengadakan kami dari tiada menjadi ada dengan sempurna. Sempurnakanlah iman dan akhlak kami, dan bebaskan kami dari segala penyakit dan aib."

13. Al-Musawwir (الْمُصَوِّرُ)

الْمُصَوِّرُ

Arti: Yang Maha Membentuk Rupa

Al-Musawwir adalah Dzat yang memberikan bentuk dan rupa yang khas bagi setiap makhluk-Nya. Tidak ada dua makhluk yang sama persis, bahkan pada sidik jari manusia. Dia membentuk rupa janin di dalam rahim sesuai kehendak-Nya. Keanekaragaman bentuk dan rupa di alam semesta ini adalah bukti nyata dari sifat Al-Musawwir. Ini mengajarkan kita untuk menghargai setiap ciptaan-Nya dan tidak mencela bentuk fisik.

"Yaa Musawwir, Engkau telah membentuk kami dalam rupa yang sebaik-baiknya. Maka perbaikilah akhlak kami sebagaimana Engkau telah memperindah rupa kami."

14. Al-Ghaffar (الْغَفَّارُ)

الْغَفَّارُ

Arti: Yang Maha Pengampun

Al-Ghaffar menunjukkan bahwa Allah senantiasa memberikan ampunan kepada hamba-Nya, lagi dan lagi. Dia menutupi dosa-dosa hamba-Nya yang bertaubat, tidak membukanya di dunia maupun di akhirat. Sifat ini memberikan harapan yang sangat besar bagi para pendosa untuk kembali ke jalan-Nya. Tidak peduli seberapa besar dosa seseorang, ampunan Al-Ghaffar jauh lebih besar, selama ada kesungguhan dalam bertaubat.

"Yaa Ghaffar, ampunilah dosa-dosa kami yang telah lalu dan yang akan datang. Tutupilah aib kami dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun."

15. Al-Qahhar (الْقَهَّارُ)

الْقَهَّارُ

Arti: Yang Maha Memaksa / Menundukkan

Al-Qahhar adalah Dzat yang menundukkan segala sesuatu di bawah kekuasaan dan kehendak-Nya. Semua makhluk, dari yang terbesar hingga terkecil, tunduk pada hukum-hukum-Nya. Kematian adalah salah satu bukti nyata dari sifat Al-Qahhar, di mana tidak ada satu pun makhluk yang bisa lari darinya. Sifat ini menanamkan rasa takut dan ketundukan total kepada Allah, penguasa mutlak alam semesta.

"Yaa Qahhar, tundukkanlah musuh-musuh kami dan hawa nafsu kami yang selalu mengajak kepada keburukan. Jadikan kami hamba yang patuh dan berserah diri sepenuhnya kepada-Mu."

16. Al-Wahhab (الْوَهَّابُ)

الْوَهَّابُ

Arti: Yang Maha Pemberi Karunia

Al-Wahhab adalah Dzat yang memberi karunia dan anugerah kepada hamba-Nya secara cuma-cuma, tanpa meminta imbalan. Pemberian-Nya tidak terbatas dan terus-menerus. Dia memberikan apa yang dibutuhkan makhluk-Nya bahkan sebelum mereka memintanya. Berdoa dengan nama ini adalah memohon anugerah dan karunia besar dari-Nya, seperti hidayah, ilmu, dan keturunan yang saleh.

"Yaa Wahhab, anugerahkanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi Karunia. Berikanlah kami ilmu yang bermanfaat dan rezeki yang halal."

17. Ar-Razzaq (الرَّزَّاقُ)

الرَّزَّاقُ

Arti: Yang Maha Pemberi Rezeki

Ar-Razzaq adalah Dzat yang menciptakan rezeki dan memberikannya kepada seluruh makhluk-Nya. Rezeki tidak hanya berupa materi, tetapi juga kesehatan, ilmu, iman, dan ketenangan jiwa. Allah telah menjamin rezeki setiap makhluk, bahkan seekor semut kecil di dalam tanah. Keyakinan pada Ar-Razzaq akan menghilangkan kekhawatiran berlebih tentang urusan dunia dan mendorong kita untuk mencari rezeki dengan cara yang halal.

"Yaa Razzaq, bukakanlah bagi kami pintu-pintu rezeki-Mu yang halal dan berkah. Cukupkanlah kami dengan karunia-Mu agar kami tidak bergantung kepada selain-Mu."

18. Al-Fattah (الْفَتَّاحُ)

الْفَتَّاحُ

Arti: Yang Maha Pembuka Rahmat

Al-Fattah adalah Dzat yang membuka segala pintu kebaikan, rahmat, dan solusi atas segala permasalahan. Dia membuka pintu rezeki bagi yang kesulitan, membuka pintu ilmu bagi yang mencari, dan membuka hati yang terkunci untuk menerima hidayah. Jika Allah telah membuka sesuatu untukmu, tidak ada yang bisa menutupnya. Memohon kepada Al-Fattah adalah meminta jalan keluar dan kemudahan atas segala urusan.

"Yaa Fattah, bukakanlah untuk kami pintu-pintu rahmat-Mu, pintu ampunan-Mu, dan pintu kemudahan dalam segala urusan kami. Lapangkanlah dada kami untuk menerima kebenaran."

19. Al-'Alim (الْعَلِيْمُ)

الْعَلِيْمُ

Arti: Yang Maha Mengetahui

Al-'Alim berarti Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Ilmu-Nya meliputi yang tampak dan yang tersembunyi, yang telah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi. Tidak ada sehelai daun pun yang jatuh tanpa sepengetahuan-Nya. Kesadaran bahwa Allah Maha Mengetahui akan membuat kita lebih berhati-hati dalam bertindak dan berucap, karena semua tercatat dalam ilmu-Nya yang tak terbatas.

"Yaa 'Alim, anugerahkanlah kami ilmu yang bermanfaat dan jauhkanlah kami dari kebodohan. Bimbinglah kami dengan ilmu-Mu dalam setiap langkah kehidupan kami."

20. Al-Qabid (الْقَابِضُ)

الْقَابِضُ

Arti: Yang Maha Menyempitkan

Al-Qabid adalah Dzat yang menyempitkan atau menahan rezeki, rahmat, atau bahkan nyawa (mewafatkan) sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Sempitnya rezeki bukanlah tanda kebencian Allah, melainkan bisa jadi sebagai ujian atau untuk mencegah hamba-Nya dari kesombongan. Memahami sifat ini mengajarkan kita untuk bersabar dan introspeksi diri saat menghadapi kesulitan dan kesempitan.

"Yaa Qabid, jika Engkau menyempitkan rezeki kami, maka lapangkanlah hati kami untuk bersabar dan ridha atas ketetapan-Mu. Janganlah Engkau sempitkan hati kami dari menerima hidayah-Mu."

21. Al-Basit (الْبَاسِطُ)

الْبَاسِطُ

Arti: Yang Maha Melapangkan

Al-Basit adalah kebalikan dari Al-Qabid. Dia adalah Dzat yang melapangkan rezeki, rahmat, dan segala kebaikan bagi hamba yang dikehendaki-Nya. Lapangnya rezeki adalah ujian rasa syukur. Allah melapangkan dan menyempitkan sesuai dengan hikmah-Nya yang agung. Keyakinan pada Al-Basit menumbuhkan harapan dan optimisme bahwa setelah kesulitan pasti ada kemudahan.

"Yaa Basit, lapangkanlah rezeki kami, lapangkanlah dada kami untuk menghadapi cobaan, dan lapangkanlah jalan kami menuju keridhaan-Mu."

22. Al-Khafid (الْخَافِضُ)

الْخَافِضُ

Arti: Yang Maha Merendahkan

Al-Khafid adalah Dzat yang merendahkan derajat orang-orang yang sombong, durhaka, dan menentang kebenaran. Dia merendahkan mereka di dunia dengan kehinaan atau di akhirat dengan siksa neraka. Sifat ini menjadi pengingat keras bagi kita untuk menjauhi kesombongan dan kezaliman, karena Allah berkuasa untuk menjatuhkan siapa saja yang meninggikan diri di hadapan-Nya.

"Yaa Khafid, janganlah Engkau rendahkan kami di dunia maupun di akhirat karena dosa-dosa kami. Jauhkanlah kami dari sifat-sifat yang menyebabkan kehinaan di mata-Mu."

23. Ar-Rafi' (الرَّافِعُ)

الرَّافِعُ

Arti: Yang Maha Meninggikan

Ar-Rafi' adalah Dzat yang meninggikan derajat hamba-hamba-Nya yang beriman, berilmu, dan bertaqwa. Dia mengangkat martabat mereka di dunia dan di akhirat. Ketinggian derajat di sisi Allah adalah kemuliaan yang hakiki, bukan berdasarkan status sosial atau kekayaan. Beriman pada sifat ini memotivasi kita untuk terus meningkatkan iman dan ilmu agar Allah mengangkat derajat kita.

"Yaa Rafi', tinggikanlah derajat kami di sisi-Mu dengan iman, ilmu, dan amal saleh. Muliakanlah kami di dunia dan di akhirat."

24. Al-Mu'izz (الْمُعِزُّ)

الْمُعِزُّ

Arti: Yang Maha Memuliakan

Al-Mu'izz adalah Dzat yang memberikan kemuliaan ('izzah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Kemuliaan sejati datang dari ketaatan kepada Allah. Dia memuliakan para nabi, rasul, dan orang-orang saleh. Meminta kemuliaan kepada Al-Mu'izz berarti kita memohon untuk dijadikan hamba yang taat sehingga memperoleh kemuliaan hakiki yang bersumber dari-Nya.

"Yaa Mu'izz, muliakanlah kami dengan ketaatan kepada-Mu, dan janganlah hinakan kami dengan kemaksiatan. Anugerahkanlah kepada kami kemuliaan yang tidak akan sirna."

25. Al-Muzill (الْمُذِلُّ)

الْمُذِلُّ

Arti: Yang Maha Menghinakan

Al-Muzill adalah Dzat yang menimpakan kehinaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, yaitu mereka yang berpaling dari jalan-Nya dan memilih kesesatan. Kehinaan ini adalah akibat dari perbuatan mereka sendiri. Sifat ini berpasangan dengan Al-Mu'izz, menunjukkan bahwa kemuliaan dan kehinaan sepenuhnya berada di tangan Allah. Ini adalah peringatan agar kita tidak mencari kemuliaan dari selain Allah.

"Yaa Muzill, kami berlindung kepada-Mu dari kehinaan di dunia dan azab di akhirat. Lindungilah kami dari perbuatan-perbuatan yang mendatangkan murka dan kehinaan dari-Mu."

26. As-Sami' (السَّمِيْعُ)

السَّمِيْعُ

Arti: Yang Maha Mendengar

As-Sami' berarti Allah Maha Mendengar segala sesuatu. Pendengaran-Nya meliputi suara yang paling keras hingga bisikan yang paling lirih, bahkan detak hati seorang hamba. Tidak ada yang tersembunyi dari pendengaran-Nya. Keyakinan ini membuat doa kita terasa lebih dekat dan didengar, serta membuat kita waspada terhadap setiap ucapan yang keluar dari lisan kita.

"Yaa Sami', Engkau Maha Mendengar setiap doa dan rintihan kami. Kabulkanlah permohonan kami dan dengarkanlah keluh kesah kami, wahai Dzat Yang Maha Mendengar."

27. Al-Basir (الْبَصِيْرُ)

الْبَصِيْرُ

Arti: Yang Maha Melihat

Al-Basir adalah Dzat yang Maha Melihat segala sesuatu, baik yang tampak di alam nyata maupun yang tersembunyi di dalam kegelapan. Penglihatan-Nya sempurna, tidak terbatas oleh jarak, materi, atau dimensi. Dia melihat semut hitam di atas batu hitam di malam yang gelap gulita. Kesadaran akan sifat Al-Basir menjaga kita dari perbuatan maksiat di kala sepi, karena kita yakin Allah selalu melihat.

"Yaa Basir, Engkau Maha Melihat segala perbuatan kami. Bimbinglah pandangan kami untuk selalu melihat kebaikan dan jauhkan kami dari perbuatan dosa saat tak ada yang melihat selain Engkau."

28. Al-Hakam (الْحَكَمُ)

الْحَكَمُ

Arti: Yang Maha Menetapkan Hukum

Al-Hakam adalah Hakim yang paling adil. Hukum dan ketetapan-Nya adalah yang paling benar dan tidak mengandung kezaliman sedikitpun. Dia menetapkan hukum syariat di dunia dan akan menjadi hakim di hari kiamat untuk mengadili seluruh perbuatan manusia dengan seadil-adilnya. Mengimani nama Al-Hakam membuat kita ridha dan tunduk pada hukum-hukum-Nya.

"Yaa Hakam, jadikanlah kami orang-orang yang tunduk dan patuh pada hukum-Mu. Berikanlah kami kebijaksanaan untuk menerima setiap ketetapan-Mu dengan lapang dada."

29. Al-'Adl (الْعَدْلُ)

الْعَدْلُ

Arti: Yang Maha Adil

Al-'Adl berarti Allah Maha Adil dalam segala perbuatan dan keputusan-Nya. Keadilan-Nya mutlak, tidak dipengaruhi oleh apapun. Dia tidak akan menzalimi hamba-Nya sedikitpun. Setiap balasan, baik pahala maupun siksa, akan sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukan. Sifat ini memberikan ketenangan bahwa tidak ada perbuatan baik yang sia-sia dan tidak ada kezaliman yang akan luput dari pengadilan-Nya.

"Yaa 'Adl, tegakkanlah keadilan bagi kami di dunia dan di akhirat. Jadikanlah kami pribadi yang mampu berlaku adil dalam segala hal, bahkan terhadap diri kami sendiri."

30. Al-Latif (اللَّطِيْفُ)

اللَّطِيْفُ

Arti: Yang Maha Lembut

Al-Latif memiliki makna kelembutan yang sangat dalam. Dia Maha Lembut dalam perbuatan-Nya, memberikan rezeki dan pertolongan dari arah yang tidak disangka-sangka. Dia juga Maha Mengetahui hal-hal yang paling halus dan tersembunyi. Kelembutan-Nya terasa saat kita diselamatkan dari musibah atau diberi jalan keluar dari masalah dengan cara yang tak terduga. Sifat ini mengajarkan kita untuk berhusnuzan (berbaik sangka) kepada Allah.

"Yaa Latif, berlakulah lembut kepada kami dalam setiap takdir-Mu. Berikanlah kami jalan keluar dari setiap kesulitan dengan cara-Mu yang penuh kelembutan dan rahmat."

31. Al-Khabir (الْخَبِيْرُ)

الْخَبِيْرُ

Arti: Yang Maha Mengetahui Rahasia / Waspada

Al-Khabir adalah Dzat yang pengetahuan-Nya meliputi segala hal yang tersembunyi dan rahasia batin. Dia mengetahui apa yang ada di dalam hati, niat, dan pikiran setiap hamba-Nya. Tidak ada yang bisa disembunyikan dari-Nya. Mengimani sifat Al-Khabir mendorong kita untuk senantiasa menjaga kebersihan niat dan hati, karena Allah mengetahui hakikatnya.

"Yaa Khabir, Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami tampakkan. Perbaikilah niat kami dan bersihkanlah hati kami dari segala penyakit."

32. Al-Halim (الْحَلِيْمُ)

الْحَلِيْمُ

Arti: Yang Maha Penyantun

Al-Halim menunjukkan sifat Allah yang tidak tergesa-gesa dalam menghukum hamba-Nya yang berbuat dosa. Dia memberikan waktu dan kesempatan bagi mereka untuk bertaubat. Dia melihat kemaksiatan hamba-Nya, namun tetap memberikan rezeki dan nikmat. Sifat penyantun ini membuka pintu taubat selebar-lebarnya dan menunjukkan betapa besar kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya.

"Yaa Halim, kami bersyukur atas kesantunan-Mu yang tidak segera menghukum kami atas dosa-dosa kami. Berilah kami taufik untuk bertaubat sebelum terlambat."

33. Al-'Azim (الْعَظِيْمُ)

الْعَظِيْمُ

Arti: Yang Maha Agung

Al-'Azim berarti Allah memiliki keagungan yang sempurna dan tak terbatas. Segala sesuatu selain Dia adalah kecil dan hina di hadapan keagungan-Nya. Langit, bumi, dan seluruh isinya adalah bukti dari keagungan ciptaan-Nya, maka terlebih lagi keagungan Sang Pencipta. Mengagungkan Allah dengan zikir "Subhanallahil 'Azim" adalah bentuk pengakuan kita akan keagungan-Nya yang tiada tara.

"Yaa 'Azim, agungkanlah Islam di hati kami. Penuhilah hati kami dengan pengagungan kepada-Mu sehingga tidak ada tempat bagi selain-Mu untuk diagungkan."

34. Al-Ghafur (الْغَفُوْرُ)

الْغَفُوْرُ

Arti: Yang Maha Pengampun

Al-Ghafur mirip dengan Al-Ghaffar, namun memiliki makna ampunan yang lebih luas dan mencakup dosa-dosa besar. Dia adalah Dzat yang sangat banyak memberi ampunan. Sifat ini memberikan harapan kepada pelaku dosa besar sekalipun, bahwa selama mereka mau bertaubat dengan sungguh-sungguh, pintu ampunan Allah selalu terbuka. Dia menutupi dosa dan memaafkannya.

"Yaa Ghafur, ampunilah segala dosa kami, baik yang kecil maupun yang besar, yang kami sengaja maupun tidak. Sesungguhnya ampunan-Mu lebih luas dari dosa kami."

35. Asy-Syakur (الشَّكُوْرُ)

الشَّكُوْرُ

Arti: Yang Maha Pembalas Budi / Menghargai

Asy-Syakur adalah Dzat yang membalas amal kebaikan hamba-Nya dengan balasan yang berlipat ganda. Dia menghargai setiap amal kecil sekalipun. Dia menerima sedikit amal dan memberinya pahala yang banyak. Sifat ini memotivasi kita untuk tidak pernah meremehkan perbuatan baik sekecil apapun, karena Allah Maha Menghargainya dan pasti akan membalasnya.

"Yaa Syakur, jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang pandai bersyukur atas nikmat-Mu dan senantiasa beramal saleh. Terimalah amal kami yang sedikit ini dengan balasan yang berlipat ganda."

36. Al-'Ali (الْعَلِيُّ)

الْعَلِيُّ

Arti: Yang Maha Tinggi

Al-'Ali menunjukkan ketinggian Allah yang mutlak dalam segala hal. Tinggi Dzat-Nya di atas 'Arsy, tinggi kedudukan-Nya yang tak tertandingi, dan tinggi kekuasaan-Nya yang meliputi segala sesuatu. Tidak ada yang lebih tinggi dari-Nya. Sifat ini menanamkan dalam diri kita bahwa hanya kepada-Nya lah kita seharusnya menengadah dan memohon.

"Yaa 'Ali, wahai Dzat Yang Maha Tinggi, tinggikanlah derajat kami dan terimalah doa-doa kami yang kami panjatkan kepada-Mu."

37. Al-Kabir (الْكَبِيْرُ)

الْكَبِيْرُ

Arti: Yang Maha Besar

Al-Kabir berarti Allah Maha Besar, lebih besar dari segala sesuatu yang dapat dibayangkan oleh akal manusia. Kebesaran-Nya meliputi Dzat, sifat, dan perbuatan-Nya. Ucapan "Allahu Akbar" (Allah Maha Besar) dalam salat adalah pengakuan konstan akan kebesaran-Nya dan kekecilan diri kita serta segala urusan dunia di hadapan-Nya.

"Yaa Kabir, tanamkanlah kebesaran-Mu di dalam hati kami sehingga kami tidak silau dengan kebesaran dunia yang semu. Jadikanlah kami senantiasa mengagungkan-Mu."

38. Al-Hafiz (الْحَفِيْظُ)

الْحَفِيْظُ

Arti: Yang Maha Memelihara

Al-Hafiz adalah Dzat yang memelihara dan menjaga segala ciptaan-Nya dari kerusakan dan kebinasaan. Dia menjaga langit agar tidak runtuh, menjaga bumi agar tetap stabil, dan menjaga amal perbuatan hamba-Nya hingga hari perhitungan. Berdoa dengan nama Al-Hafiz berarti memohon perlindungan dan penjagaan-Nya dari segala keburukan.

"Yaa Hafiz, peliharalah kami, keluarga kami, dan harta kami dari segala marabahaya. Jagalah iman kami agar tetap kokoh hingga akhir hayat."

39. Al-Muqit (الْمُقِيْتُ)

الْمُقِيْتُ

Arti: Yang Maha Pemberi Kecukupan / Makanan

Al-Muqit adalah Dzat yang menciptakan segala jenis makanan dan menyampaikannya kepada setiap makhluk untuk menopang kehidupannya. Dia yang menjamin kecukupan gizi dan energi bagi tubuh. Maknanya lebih luas dari Ar-Razzaq, karena mencakup pemeliharaan dan pengaturan makanan tersebut. Sifat ini meyakinkan kita bahwa Allah tidak akan menelantarkan hamba-Nya.

"Yaa Muqit, cukupkanlah kami dengan rezeki yang halal dan baik. Berilah kekuatan pada tubuh kami untuk beribadah kepada-Mu."

40. Al-Hasib (الْحَسِيْبُ)

الْحَسِيْبُ

Arti: Yang Maha Membuat Perhitungan

Al-Hasib berarti Allah adalah Dzat yang akan menghitung atau memperhitungkan seluruh amal perbuatan hamba-Nya di hari kiamat dengan sangat teliti. Tidak ada yang akan terlewat. Makna lainnya adalah Allah Maha Mencukupi. Ucapan "Hasbunallah" (Cukuplah Allah bagi kami) adalah ekspresi tawakal penuh bahwa Allah adalah pencukup dan penolong yang terbaik.

"Yaa Hasib, hisablah kami dengan hisab yang mudah di hari kiamat kelak. Cukupkanlah segala urusan kami, karena Engkaulah sebaik-baik Pencukup."

41. Al-Jalil (الْجَلِيْلُ)

الْجَلِيْلُ

Arti: Yang Maha Luhur

Al-Jalil adalah Dzat yang memiliki sifat-sifat keluhuran dan keagungan. Dia agung dalam Dzat-Nya, mulia dalam sifat-Nya, dan indah dalam perbuatan-Nya. Keluhuran-Nya menuntut pengagungan dan penghormatan dari seluruh makhluk. Merenungkan nama ini akan menumbuhkan rasa takzim yang mendalam di dalam hati kepada Allah SWT.

"Yaa Jalil, wahai Dzat Yang Maha Luhur, penuhilah hati kami dengan rasa takzim kepada-Mu. Jadikanlah kami hamba yang senantiasa memuliakan dan mengagungkan-Mu."

42. Al-Karim (الْكَرِيْمُ)

الْكَرِيْمُ

Arti: Yang Maha Pemurah

Al-Karim adalah Dzat yang sangat banyak memberi kebaikan. Dia memberi tanpa diminta, memberi lebih dari yang diharapkan, dan tidak pernah bosan memberi. Kemurahan-Nya tidak berkurang sedikitpun meski Dia terus memberi. Dia memaafkan kesalahan dan menutupi aib. Berinteraksi dengan Al-Karim mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang dermawan dan pemurah.

"Yaa Karim, limpahkanlah kemurahan-Mu kepada kami. Mudahkanlah kami untuk berbuat baik dan menjadi pribadi yang dermawan. Muliakanlah kami dengan ampunan-Mu."

43. Ar-Raqib (الرَّقِيْبُ)

الرَّقِيْبُ

Arti: Yang Maha Mengawasi

Ar-Raqib adalah Dzat yang selalu mengawasi gerak-gerik dan keadaan seluruh makhluk-Nya. Tidak ada yang luput dari pengawasan-Nya sedetikpun. Dia mengawasi setiap hati, niat, dan perbuatan. Kesadaran akan pengawasan Ar-Raqib akan melahirkan sikap "muraqabah", yaitu merasa selalu diawasi oleh Allah, yang akan mencegah kita dari perbuatan dosa.

"Yaa Raqib, sadarkanlah kami bahwa Engkau selalu mengawasi kami. Bimbinglah kami agar senantiasa menjaga perilaku dan niat kami di bawah pengawasan-Mu."

44. Al-Mujib (الْمُجِيْبُ)

الْمُجِيْبُ

Arti: Yang Maha Mengabulkan

Al-Mujib adalah Dzat yang menjawab dan mengabulkan doa hamba-Nya yang memohon kepada-Nya. Dia dekat dengan hamba-Nya dan mendengar setiap permohonan. Janji-Nya untuk mengabulkan doa adalah pasti, meskipun bentuk pengabulannya bisa jadi ditunaikan langsung, ditunda, atau diganti dengan yang lebih baik menurut ilmu-Nya. Sifat ini memotivasi kita untuk tidak pernah putus asa dalam berdoa.

"Yaa Mujib, kabulkanlah doa-doa kami. Jawablah seruan kami dan berikanlah apa yang terbaik bagi kami menurut ilmu-Mu, wahai Dzat Yang Maha Mengabulkan."

45. Al-Wasi' (الْوَاسِعُ)

الْوَاسِعُ

Arti: Yang Maha Luas

Al-Wasi' berarti Allah Maha Luas dalam segala hal. Rahmat-Nya luas, ilmu-Nya luas, karunia-Nya luas, dan kerajaan-Nya pun luas tak bertepi. Kelapangan-Nya tidak terbatas. Sifat ini mengajarkan kita untuk tidak berpandangan sempit, terutama dalam hal rahmat dan ampunan Allah yang sangat luas bagi mereka yang mau kembali kepada-Nya.

"Yaa Wasi', luaskanlah rahmat dan ampunan-Mu untuk kami. Lapangkanlah rezeki dan ilmu kami, dan masukkanlah kami ke dalam surga-Mu yang luasnya seluas langit dan bumi."

46. Al-Hakim (الْحَكِيْمُ)

الْحَكِيْمُ

Arti: Yang Maha Bijaksana

Al-Hakim adalah Dzat yang segala perbuatan, perintah, dan larangan-Nya mengandung hikmah dan kebijaksanaan yang sempurna. Tidak ada satupun dalam ciptaan atau syariat-Nya yang sia-sia atau tanpa tujuan. Terkadang akal kita tidak mampu menjangkau hikmah di balik suatu kejadian, namun keyakinan pada Al-Hakim membuat hati kita tenang dan menerima setiap ketetapan-Nya.

"Yaa Hakim, anugerahkanlah kepada kami hikmah dalam memahami setiap ketetapan-Mu. Jadikanlah kami orang yang bijaksana dalam menyikapi segala persoalan hidup."

47. Al-Wadud (الْوَدُوْدُ)

الْوَدُوْدُ

Arti: Yang Maha Mengasihi / Mencintai

Al-Wadud adalah Dzat yang mencintai hamba-hamba-Nya yang taat dan berbuat baik. Cinta-Nya adalah sumber segala kebaikan dan rahmat. Dia juga Dzat yang dicintai oleh para wali-Nya melebihi apapun. Sifat ini menunjukkan hubungan timbal balik yang indah antara Allah dan hamba-Nya, yaitu hubungan cinta. Meraih cinta Al-Wadud adalah tujuan tertinggi seorang mukmin.

"Yaa Wadud, anugerahkanlah kami cinta-Mu dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu. Jadikanlah kami di antara hamba-hamba yang Engkau cintai dan ridhai."

48. Al-Majid (الْمَجِيْدُ)

الْمَجِيْدُ

Arti: Yang Maha Mulia

Al-Majid berarti Allah Maha Mulia dalam Dzat, sifat, dan perbuatan-Nya. Kemuliaan-Nya sempurna dan agung. Dia banyak melakukan kebaikan dan besar dalam memberi anugerah. Sifat ini sering disandingkan dengan Al-Wadud, menunjukkan bahwa cinta-Nya datang dari Dzat yang Maha Mulia dan Agung.

"Yaa Majid, kami memuji kemuliaan-Mu yang sempurna. Muliakanlah hidup kami dengan ketaatan dan akhlak yang terpuji seperti yang Engkau ajarkan dalam kitab-Mu yang mulia."

49. Al-Ba'ith (الْبَاعِثُ)

الْبَاعِثُ

Arti: Yang Maha Membangkitkan

Al-Ba'ith adalah Dzat yang akan membangkitkan seluruh manusia dari kubur mereka pada hari kiamat untuk dimintai pertanggungjawaban. Dia juga yang membangkitkan para rasul untuk memberi petunjuk dan peringatan kepada umat manusia. Keyakinan pada sifat ini menjadi landasan iman pada hari akhir dan membuat kita mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah kematian.

"Yaa Ba'ith, bangkitkanlah kami di hari kiamat dalam keadaan yang baik, bersama para nabi dan orang-orang saleh. Bangkitkanlah semangat kami di dunia untuk selalu beribadah kepada-Mu."

50. Asy-Syahid (الشَّهِيْدُ)

الشَّهِيْدُ

Arti: Yang Maha Menyaksikan

Asy-Syahid berarti Allah adalah saksi atas segala sesuatu. Tidak ada yang ghaib atau tersembunyi dari-Nya. Dia menyaksikan setiap perbuatan, ucapan, dan niat hamba-Nya. Persaksian-Nya adalah yang paling benar dan adil. Pada hari kiamat, Allah akan menjadi saksi atas apa yang telah dilakukan oleh seluruh manusia.

"Yaa Syahid, saksikanlah bahwa kami beriman kepada-Mu. Jadikanlah kesaksian-Mu sebagai pembela bagi kami di hari kiamat, bukan sebagai penuntut atas kesalahan kami."

51. Al-Haqq (الْحَقُّ)

الْحَقُّ

Arti: Yang Maha Benar

Al-Haqq adalah Dzat yang keberadaan-Nya adalah kebenaran yang mutlak dan pasti. Dia adalah kebenaran itu sendiri, dan dari-Nya lah segala kebenaran berasal. Janji-Nya benar, firman-Nya benar, dan pertemuan dengan-Nya adalah suatu kebenaran yang pasti terjadi. Mengikuti Al-Haqq berarti mengikuti jalan kebenaran yang lurus.

"Yaa Haqq, tunjukkanlah kepada kami bahwa yang benar itu benar dan berilah kami kekuatan untuk mengikutinya. Dan tunjukkanlah bahwa yang salah itu salah dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya."

52. Al-Wakil (الْوَكِيْلُ)

الْوَكِيْلُ

Arti: Yang Maha Memelihara / Mewakili

Al-Wakil adalah Dzat yang paling bisa diandalkan untuk diserahi segala urusan. Dia adalah pelindung dan pengatur terbaik. Bertawakal kepada Al-Wakil berarti menyerahkan segala hasil usaha kita kepada-Nya dengan keyakinan penuh bahwa Dia akan memberikan yang terbaik. Siapa yang menjadikan Allah sebagai wakilnya, maka cukuplah Dia sebagai penolong.

"Yaa Wakil, kami serahkan segala urusan kami kepada-Mu. Jadilah Engkau pelindung dan penolong kami, karena Engkaulah sebaik-baik Dzat yang kami andalkan."

53. Al-Qawiyy (الْقَوِيُّ)

الْقَوِيُّ

Arti: Yang Maha Kuat

Al-Qawiyy adalah Dzat yang memiliki kekuatan sempurna dan tak terbatas. Kekuatan-Nya tidak pernah berkurang atau melemah. Dia tidak pernah merasa lelah dalam menciptakan dan mengurus alam semesta. Kekuatan Allah adalah absolut, sedangkan kekuatan makhluk sangat terbatas dan bergantung pada-Nya. Sifat ini memberikan rasa aman karena kita berlindung kepada Dzat Yang Maha Kuat.

"Yaa Qawiyy, berikanlah kami kekuatan dalam iman, fisik, dan mental untuk menghadapi segala cobaan dan untuk taat kepada-Mu. Lemahkanlah kekuatan musuh-musuh kami."

54. Al-Matin (الْمَتِيْنُ)

الْمَتِيْنُ

Arti: Yang Maha Kokoh

Al-Matin memiliki makna kekuatan yang sangat dahsyat dan kokoh, yang tidak dapat digoyahkan oleh apapun. Jika Al-Qawiyy berbicara tentang besarnya kekuatan, Al-Matin berbicara tentang kekokohan dan keteguhan kekuatan tersebut. Kekuatan-Nya tidak memiliki titik lemah. Sifat ini menegaskan bahwa tidak ada kekuatan lain yang mampu menandingi kekokohan kekuatan Allah.

"Yaa Matin, kokohkanlah pijakan kami di atas jalan-Mu yang lurus. Teguhkanlah hati kami dalam keimanan dan jangan biarkan kami goyah oleh godaan dunia."

55. Al-Waliyy (الْوَلِيُّ)

الْوَلِيُّ

Arti: Yang Maha Melindungi

Al-Waliyy adalah pelindung, penolong, dan sahabat bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) menuju cahaya (iman). Menjadikan Allah sebagai Wali berarti mendapatkan perlindungan dan pertolongan terbaik dalam menghadapi segala urusan dunia dan akhirat. Dia adalah Pelindung yang tidak pernah meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya.

"Yaa Waliyy, jadilah Engkau pelindung dan penolong kami. Bimbinglah kami keluar dari segala kegelapan menuju cahaya petunjuk-Mu."

56. Al-Hamid (الْحَمِيْدُ)

الْحَمِيْدُ

Arti: Yang Maha Terpuji

Al-Hamid adalah Dzat yang berhak atas segala pujian, baik Dia memberi nikmat ataupun tidak. Dia terpuji dalam Dzat, sifat, dan perbuatan-Nya. Seluruh alam semesta bertasbih memuji-Nya. Ucapan "Alhamdulillah" adalah pengakuan dari seorang hamba bahwa segala puji yang sempurna hanya layak ditujukan kepada Allah SWT.

"Yaa Hamid, jadikanlah lisan kami basah karena selalu memuji-Mu. Tanamkanlah rasa syukur di hati kami dalam setiap keadaan, karena Engkaulah yang Maha Terpuji."

57. Al-Muhsi (الْمُحْصِيْ)

الْمُحْصِيْ

Arti: Yang Maha Menghitung / Memperhitungkan

Al-Muhsi adalah Dzat yang mengetahui dan menghitung segala sesuatu dengan sangat detail, tidak ada yang terlewat satupun. Dia menghitung jumlah tetes hujan, helai daun, napas makhluk, hingga setiap amal perbuatan manusia. Sifat ini mengingatkan kita bahwa semua yang kita lakukan tercatat dengan akurat dalam catatan-Nya.

"Yaa Muhsi, Engkau telah menghitung segala amal kami. Ampunilah dosa-dosa kami yang tak terhitung banyaknya dan lipat gandakanlah pahala amal kebaikan kami yang sedikit."

58. Al-Mubdi' (الْمُبْدِئُ)

الْمُبْدِئُ

Arti: Yang Maha Memulai

Al-Mubdi' adalah Dzat yang memulai penciptaan dari awal, dari ketiadaan. Dia adalah inisiator dari segala keberadaan. Penciptaan pertama alam semesta adalah bukti nyata dari sifat Al-Mubdi'. Sifat ini menegaskan bahwa tidak ada yang ada dengan sendirinya; semuanya dimulai oleh kehendak dan kekuasaan-Nya.

"Yaa Mubdi', sebagaimana Engkau telah memulai penciptaan kami dengan baik, maka baikkanlah pula awal dari setiap urusan kami dan jauhkan kami dari permulaan yang buruk."

59. Al-Mu'id (الْمُعِيْدُ)

الْمُعِيْدُ

Arti: Yang Maha Mengembalikan Kehidupan

Al-Mu'id adalah Dzat yang akan mengembalikan kehidupan setelah kematian. Sebagaimana Dia mampu memulai penciptaan (Al-Mubdi'), maka mengembalikan ciptaan tersebut adalah lebih mudah bagi-Nya. Sifat ini adalah landasan keyakinan akan adanya hari kebangkitan, di mana semua manusia akan dihidupkan kembali untuk diadili.

"Yaa Mu'id, sebagaimana Engkau akan mengembalikan kami kepada kehidupan setelah mati, maka wafatkanlah kami dalam keadaan husnul khatimah dan kembalikanlah kami kepada-Mu dalam keridhaan."

60. Al-Muhyi (الْمُحْيِيْ)

الْمُحْيِيْ

Arti: Yang Maha Menghidupkan

Al-Muhyi adalah Dzat yang memberi kehidupan kepada segala sesuatu yang hidup. Dia yang meniupkan ruh ke dalam janin, menghidupkan bumi yang mati dengan air hujan, dan akan menghidupkan orang-orang yang telah mati. Kehidupan adalah anugerah murni dari-Nya. Sifat ini mengajarkan kita untuk menghargai kehidupan dan mengisinya dengan ibadah.

"Yaa Muhyi, hidupkanlah hati kami dengan cahaya iman dan hidayah-Mu. Jadikanlah sisa hidup kami penuh dengan keberkahan dan ketaatan kepada-Mu."

61. Al-Mumit (الْمُمِيْتُ)

الْمُمِيْتُ

Arti: Yang Maha Mematikan

Al-Mumit adalah Dzat yang menentukan kematian bagi setiap makhluk yang bernyawa. Kematian adalah ketetapan-Nya yang tidak dapat ditunda atau dimajukan. Dia mematikan siapa saja, kapan saja, dan di mana saja sesuai kehendak-Nya. Mengingat sifat Al-Mumit akan melembutkan hati yang keras dan mengingatkan kita akan kefanaan dunia.

"Yaa Mumit, matikanlah kami dalam keadaan beriman kepada-Mu, dalam keadaan husnul khatimah, dan dalam keadaan Engkau ridha kepada kami."

62. Al-Hayy (الْحَيُّ)

الْحَيُّ

Arti: Yang Maha Hidup

Al-Hayy berarti Allah Maha Hidup dengan kehidupan yang sempurna, abadi, dan tidak berawal serta tidak berakhir. Kehidupan-Nya tidak seperti kehidupan makhluk yang terbatas dan bergantung pada faktor lain. Dia hidup dengan Dzat-Nya sendiri dan merupakan sumber kehidupan bagi seluruh makhluk. Sifat ini menunjukkan kesempurnaan dan kekekalan Allah.

"Yaa Hayy, wahai Dzat Yang Maha Hidup, kami bergantung sepenuhnya pada-Mu. Janganlah serahkan urusan kami kepada diri kami sendiri walau sekejap mata."

63. Al-Qayyum (الْقَيُّوْمُ)

الْقَيُّوْمُ

Arti: Yang Maha Mandiri / Terus Menerus Mengurus Makhluk-Nya

Al-Qayyum adalah Dzat yang berdiri sendiri, tidak membutuhkan siapapun atau apapun. Sebaliknya, seluruh makhluk bergantung kepada-Nya untuk bisa ada dan bertahan. Dia terus menerus mengurus dan mengatur alam semesta tanpa pernah lelah atau mengantuk. Nama Al-Hayy dan Al-Qayyum adalah nama teragung Allah (Ismul A'zam) menurut sebagian ulama.

"Yaa Qayyum, wahai Dzat Yang Maha Mengurus, perbaikilah seluruh urusan kami. Tegakkanlah kami di atas kebenaran dan jangan biarkan kami bergantung kepada selain-Mu."

64. Al-Wajid (الْوَاجِدُ)

الْوَاجِدُ

Arti: Yang Maha Menemukan

Al-Wajid adalah Dzat yang menemukan apa saja yang Dia kehendaki. Tidak ada yang hilang atau tersembunyi dari-Nya. Makna lainnya adalah Dia Maha Kaya dan tidak memiliki kekurangan apapun. Dia memiliki segalanya, sehingga tidak membutuhkan apapun dari makhluk-Nya. Sifat ini menegaskan kesempurnaan dan kekayaan Allah yang mutlak.

"Yaa Wajid, temukanlah bagi kami jalan keluar dari setiap kesulitan kami. Anugerahkanlah kepada kami apa yang kami butuhkan dari perbendaharaan-Mu yang tak pernah habis."

65. Al-Majid (الْمَاجِدُ)

الْمَاجِدُ

Arti: Yang Maha Mulia

Nama ini mirip dengan Al-Majid (no. 48), namun beberapa ulama membedakannya. Al-Majid (dengan 'a') menekankan pada keluhuran dan kemuliaan yang agung, sementara Al-Majid (dengan 'i') menekankan pada kemuliaan yang disertai dengan banyak kebaikan dan anugerah. Keduanya menegaskan kesempurnaan kemuliaan Allah SWT. Dalam banyak daftar, nama ini sering dianggap sama.

"Yaa Majid, limpahkanlah kemuliaan dan kebaikan-Mu kepada kami. Jadikanlah kami hamba yang mulia di sisi-Mu karena akhlak dan ketakwaan kami."

66. Al-Wahid (الْوَاحِدُ)

الْوَاحِدُ

Arti: Yang Maha Tunggal

Al-Wahid berarti Allah adalah Esa dalam Dzat-Nya, tidak tersusun dari bagian-bagian. Dia adalah satu-satunya dalam keilahian-Nya, tidak ada tuhan selain Dia. Sifat ini adalah inti dari ajaran tauhid, yaitu mengesakan Allah dan menafikan segala bentuk sekutu bagi-Nya. Keyakinan ini membebaskan manusia dari peribadatan kepada selain Allah.

"Yaa Wahid, teguhkanlah hati kami di atas tauhid, untuk senantiasa mengesakan-Mu dalam setiap ibadah kami dan tidak menyekutukan-Mu dengan sesuatu apapun."

67. Al-Ahad (الْأَحَدُ)

الْأَحَدُ

Arti: Yang Maha Esa

Al-Ahad memiliki makna keesaan yang lebih dalam dan unik daripada Al-Wahid. Al-Ahad berarti Esa yang tidak ada duanya, tidak ada yang menyerupai-Nya, dan tidak terbagi-bagi. Kata "Ahad" digunakan dalam Surah Al-Ikhlas untuk menegaskan keunikan dan keesaan Allah yang absolut, menolak segala konsep trinitas atau politeisme. Dia Esa dalam Dzat, Sifat, dan Perbuatan-Nya.

"Yaa Ahad, kami bersaksi bahwa Engkau adalah Esa, tidak ada yang setara dengan-Mu. Matikanlah kami di atas kalimat 'Laa ilaaha illallah'."

68. As-Samad (الصَّمَدُ)

الصَّمَدُ

Arti: Yang Maha Dibutuhkan / Tempat Bergantung

As-Samad adalah Dzat yang menjadi tujuan dan tempat bergantung bagi seluruh makhluk dalam memenuhi segala kebutuhan mereka. Dia tidak makan, tidak minum, dan tidak membutuhkan apapun, sementara semua makhluk sangat membutuhkan-Nya. Sifat ini mengajarkan kita untuk hanya bergantung dan meminta kepada Allah, karena hanya Dia yang mampu memenuhi semua hajat.

"Yaa Samad, hanya kepada-Mu kami bergantung dan hanya kepada-Mu kami meminta. Cukupkanlah segala kebutuhan kami di dunia dan di akhirat."

69. Al-Qadir (الْقَادِرُ)

الْقَادِرُ

Arti: Yang Maha Berkuasa / Mampu

Al-Qadir adalah Dzat yang memiliki kekuasaan dan kemampuan untuk melakukan apa saja yang Dia kehendaki. Tidak ada yang dapat melemahkan atau menghalangi kekuasaan-Nya. Dia mampu menciptakan, mematikan, menghidupkan kembali, dan mengatur segala sesuatu. Keyakinan pada Al-Qadir memberikan harapan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah.

"Yaa Qadir, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Mudahkanlah bagi kami apa yang sulit, dan bantulah kami dalam menghadapi apa yang tidak kami sanggupi."

70. Al-Muqtadir (الْمُقْتَدِرُ)

الْمُقْتَدِرُ

Arti: Yang Maha Menentukan / Sangat Berkuasa

Al-Muqtadir adalah bentuk yang lebih kuat dari Al-Qadir. Ini menunjukkan kekuasaan yang sangat sempurna dan absolut. Dia tidak hanya mampu, tetapi juga menentukan takdir dan ukuran bagi segala sesuatu dengan kekuasaan-Nya. Kekuasaan-Nya meliputi segala hal dengan sangat presisi dan detil. Sifat ini menegaskan dominasi penuh Allah atas seluruh alam semesta.

"Yaa Muqtadir, takdirkanlah bagi kami kebaikan di mana pun kami berada, dan jadikanlah kami ridha dengan setiap ketentuan-Mu yang telah Engkau tetapkan."

71. Al-Muqaddim (الْمُقَدِّمُ)

الْمُقَدِّمُ

Arti: Yang Maha Mendahulukan

Al-Muqaddim adalah Dzat yang berkuasa untuk mendahulukan apa saja atau siapa saja yang Dia kehendaki. Dia mendahulukan para nabi di atas manusia lain, mendahulukan sebagian rezeki atas yang lain. Semua terjadi sesuai dengan hikmah dan keadilan-Nya. Sifat ini mengajarkan kita untuk ridha dengan posisi dan waktu yang telah Allah tetapkan untuk kita.

"Yaa Muqaddim, dahulukanlah kami dalam melakukan kebaikan. Jadikanlah kami terdepan dalam ketaatan kepada-Mu dan dalam meraih cinta-Mu."

72. Al-Mu'akhkhir (الْمُؤَخِّرُ)

الْمُؤَخِّرُ

Arti: Yang Maha Mengakhirkan

Al-Mu'akhkhir adalah Dzat yang berkuasa untuk mengakhirkan atau menunda apa saja atau siapa saja yang Dia kehendaki. Dia menunda azab bagi orang kafir, menunda ijabah doa untuk sebuah hikmah, dan mengakhirkan kematian sesuai ajal yang ditetapkan. Sifat ini mengajarkan kesabaran dan keyakinan bahwa segala sesuatu memiliki waktunya yang tepat menurut Allah.

"Yaa Mu'akhkhir, akhirkanlah ajal kami dalam keadaan beramal saleh. Jangan Engkau tunda pertolongan-Mu bagi kami, dan jauhkanlah kami dari azab-Mu yang ditangguhkan."

73. Al-Awwal (الْأَوَّلُ)

الْأَوَّلُ

Arti: Yang Maha Awal

Al-Awwal berarti Allah adalah yang pertama, tidak ada sesuatu pun sebelum-Nya. Keberadaan-Nya tidak didahului oleh ketiadaan. Dia adalah awal dari segala sesuatu, namun Dia sendiri tidak memiliki permulaan. Merenungkan sifat ini menunjukkan ketergantungan mutlak seluruh ciptaan kepada Dzat yang menjadi sumber awal segalanya.

"Yaa Awwal, Engkaulah yang pertama tanpa permulaan. Jadikanlah kami orang yang selalu mengutamakan-Mu di atas segalanya dalam hidup kami."

74. Al-Akhir (الْآخِرُ)

الْآخِرُ

Arti: Yang Maha Akhir

Al-Akhir berarti Allah adalah yang terakhir, tidak ada sesuatu pun setelah-Nya. Ketika semua makhluk binasa, Dia tetap kekal abadi. Dia adalah tujuan akhir dari perjalanan setiap hamba. Sifat ini mengingatkan kita bahwa hanya Allah yang kekal, sementara dunia dan segala isinya akan berakhir.

"Yaa Akhir, Engkaulah yang terakhir tanpa penghabisan. Jadikanlah Engkau tujuan akhir dari segala cita-cita dan kerinduan kami."

75. Az-Zahir (الظَّاهِرُ)

الظَّاهِرُ

Arti: Yang Maha Nyata

Az-Zahir berarti Allah Maha Nyata keberadaan-Nya melalui dalil-dalil dan tanda-tanda kebesaran-Nya yang tersebar di seluruh alam semesta. Tidak ada yang lebih nyata dari keberadaan-Nya. Dia berada di atas segala sesuatu. Segala ciptaan adalah bukti nyata akan eksistensi dan kekuasaan-Nya. Memandang alam semesta dengan mata hati akan membuat kita melihat ke-Zahir-an Allah.

"Yaa Zahir, tampakkanlah kepada kami tanda-tanda kebesaran-Mu di setiap penjuru alam, sehingga iman kami kepada-Mu semakin kokoh dan nyata."

76. Al-Batin (الْبَاطِنُ)

الْبَاطِنُ

Arti: Yang Maha Ghaib / Tersembunyi

Al-Batin berarti Allah Maha Tersembunyi Dzat-Nya dari pandangan dan jangkauan akal makhluk di dunia. Tidak ada yang dapat meliputi hakikat Dzat-Nya. Dia lebih dekat dari urat leher kita, namun kita tidak dapat melihat-Nya. Sifat ini menumbuhkan kerinduan dan rasa penasaran yang suci untuk dapat melihat wajah-Nya kelak di surga.

"Yaa Batin, meskipun kami tidak dapat melihat-Mu, tanamkanlah keyakinan yang kuat akan keberadaan-Mu di dalam hati kami. Anugerahkanlah kepada kami nikmat memandang wajah-Mu di surga kelak."

77. Al-Wali (الْوَالِي)

الْوَالِي

Arti: Yang Maha Memerintah

Al-Wali adalah Dzat yang menguasai, memiliki, dan memerintah segala urusan makhluk-Nya. Dia mengatur alam semesta sesuai dengan kehendak dan kebijaksanaan-Nya. Tidak ada yang terjadi di kerajaan-Nya kecuali atas izin-Nya. Menyerahkan urusan kepada Al-Wali berarti tunduk pada pemerintahan dan aturan-Nya yang paling adil.

"Yaa Wali, Engkaulah yang menguasai segala urusan kami. Aturlah hidup kami dengan aturan terbaik-Mu dan jadikanlah kami hamba yang ridha di bawah pemerintahan-Mu."

78. Al-Muta'ali (الْمُتَعَالِي)

الْمُتَعَالِي

Arti: Yang Maha Tinggi

Al-Muta'ali memiliki makna ketinggian yang agung dan suci dari segala kekurangan atau keserupaan dengan makhluk. Dia teramat tinggi, melampaui segala apa yang digambarkan oleh pikiran atau imajinasi manusia. Ketinggian-Nya adalah ketinggian yang absolut, baik dalam Dzat, kedudukan, maupun kekuasaan.

"Yaa Muta'ali, wahai Dzat Yang Maha Tinggi dan Suci, sucikanlah kami dari segala sifat rendah dan hinakanlah musuh-musuh kami yang menyombongkan diri."

79. Al-Barr (الْبَرُّ)

الْبَرُّ

Arti: Yang Maha Penderma / Melimpahkan Kebaikan

Al-Barr adalah Dzat yang melimpahkan kebaikan dan kedermawanan kepada seluruh makhluk-Nya. Kebaikan-Nya sangat luas, meliputi pemberian nikmat, ampunan, dan taufik. Dia membalas kebaikan dengan berlipat ganda dan memaafkan banyak keburukan. Meneladani sifat Al-Barr berarti menjadi pribadi yang suka berbuat baik (birrul walidain, dll).

"Yaa Barr, limpahkanlah kebaikan-Mu kepada kami di dunia dan akhirat. Mudahkanlah kami untuk selalu berbuat baik kepada orang tua, keluarga, dan sesama."

80. At-Tawwab (التَّوَّابُ)

التَّوَّابُ

Arti: Yang Maha Penerima Taubat

At-Tawwab adalah Dzat yang senantiasa menerima taubat hamba-Nya. Dia menciptakan sebab-sebab taubat bagi hamba-Nya dan kemudian menerima taubat mereka. Sifat ini memberikan harapan yang tak terhingga, bahwa seberapa pun sering seseorang jatuh dalam dosa, pintu Allah selalu terbuka jika ia mau kembali dan bertaubat dengan sungguh-sungguh.

"Yaa Tawwab, terimalah taubat kami dan ampunilah segala kesalahan kami. Bimbinglah kami untuk senantiasa kembali kepada-Mu setelah berbuat dosa."

81. Al-Muntaqim (الْمُنْتَقِمُ)

الْمُنْتَقِمُ

Arti: Yang Maha Pemberi Balasan / Siksaan

Al-Muntaqim adalah Dzat yang memberikan balasan yang setimpal kepada mereka yang berhak menerimanya, yaitu para pendosa dan penjahat yang melampaui batas. Balasan-Nya sangat adil dan keras. Sifat ini tidak menunjukkan kebencian, melainkan penegakan keadilan yang sempurna. Ini menjadi peringatan bagi orang-orang zalim dan penghiburan bagi orang-orang yang terzalimi.

"Yaa Muntaqim, kami berlindung kepada-Mu dari azab dan siksa-Mu. Berikanlah balasan yang adil kepada orang-orang yang telah berbuat zalim."

82. Al-'Afuww (الْعَفُوُّ)

الْعَفُوُّ

Arti: Yang Maha Pemaaf

Al-'Afuww memiliki makna maaf yang lebih dalam dari Al-Ghafur. Jika Ghafur berarti menutupi dosa, 'Afuww berarti menghapus dosa tersebut hingga tak bersisa, seolah-olah tidak pernah terjadi. Maaf-Nya menghapuskan catatan dan konsekuensi dari dosa. Rasulullah mengajarkan untuk banyak berdoa dengan nama ini, terutama di malam Lailatul Qadar.

"Yaa 'Afuww, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan menyukai pemaafan, maka maafkanlah kami. Hapuslah segala dosa dan kesalahan kami tanpa sisa."

83. Ar-Ra'uf (الرَّؤُوْفُ)

الرَّؤُوْفُ

Arti: Yang Maha Pengasuh / Belas Kasih

Ar-Ra'uf adalah puncak dari kasih sayang. Ini adalah rahmat yang sangat lembut dan mendalam, yang mencegah hamba dari keburukan dan penderitaan. Belas kasih-Nya mendahului murka-Nya. Dia tidak ingin hamba-Nya tertimpa musibah. Sifat ini menunjukkan tingkat kelembutan dan perhatian Allah yang luar biasa kepada makhluk-Nya.

"Yaa Ra'uf, limpahkanlah belas kasih-Mu yang agung kepada kami. Sayangilah kami dan jauhkanlah kami dari segala hal yang menyusahkan kami di dunia dan akhirat."

84. Malik-ul-Mulk (مَالِكُ الْمُلْكِ)

مَالِكُ الْمُلْكِ

Arti: Yang Maha Penguasa Kerajaan

Malik-ul-Mulk adalah Pemilik mutlak dari seluruh kerajaan, baik di langit maupun di bumi. Dia memberikan kekuasaan kepada siapa yang Dia kehendaki dan mencabut kekuasaan dari siapa yang Dia kehendaki. Dia memuliakan dan menghinakan siapa yang Dia kehendaki. Sifat ini menegaskan bahwa semua kekuasaan di dunia ini hanyalah titipan dan berada di bawah kendali-Nya.

"Yaa Malik-al-Mulk, Engkaulah pemilik segala kekuasaan. Jangan jadikan kekuasaan atau jabatan sebagai sebab kesombongan kami. Gunakanlah kami untuk kebaikan dalam kerajaan-Mu."

85. Zul-Jalali wal-Ikram (ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ)

ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

Arti: Yang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan

Nama ini mencakup dua sifat agung. "Zul-Jalal" berarti Pemilik segala keagungan, kebesaran, dan kehebatan yang membuat-Nya ditakuti dan diagungkan. "Wal-Ikram" berarti Pemilik segala kemuliaan dan kedermawanan yang membuat-Nya dicintai dan diharapkan. Dia adalah Dzat yang harus diagungkan sekaligus tempat memohon segala kemurahan.

"Yaa Zal-Jalali wal-Ikram, kami mengagungkan kebesaran-Mu dan kami memohon kemurahan-Mu. Muliakanlah kami dengan ketakwaan dan anugerahkanlah kami karunia-Mu yang tak terhingga."

86. Al-Muqsit (الْمُقْسِطُ)

الْمُقْسِطُ

Arti: Yang Maha Pemberi Keadilan

Al-Muqsit adalah Dzat yang Maha Adil dalam hukum dan keputusan-Nya. Dia memberikan keadilan bahkan kepada orang yang dizalimi dari orang yang menzaliminya, tanpa memihak. Keadilan-Nya sempurna, memastikan setiap hak akan sampai kepada pemiliknya, baik di dunia maupun di akhirat. Sifat ini menjamin bahwa tidak ada kezaliman yang akan dibiarkan begitu saja.

"Yaa Muqsit, tegakkanlah keadilan bagi kami. Jadikanlah kami orang yang adil dalam perkataan dan perbuatan, dan lindungilah kami dari berbuat zalim atau dizalimi."

87. Al-Jami' (الْجَامِعُ)

الْجَامِعُ

Arti: Yang Maha Mengumpulkan

Al-Jami' adalah Dzat yang akan mengumpulkan seluruh manusia dari awal hingga akhir pada hari kiamat di padang Mahsyar, suatu hari yang tidak ada keraguan padanya. Dia juga yang mengumpulkan hal-hal yang tercerai-berai atau yang tampak mustahil untuk disatukan. Sifat ini menegaskan kepastian adanya hari berkumpul untuk pertanggungjawaban.

"Yaa Jami', kumpulkanlah kami di hari kiamat bersama golongan orang-orang yang saleh. Satukanlah hati kaum muslimin dalam persatuan dan kebaikan."

88. Al-Ghaniyy (الْغَنِيُّ)

الْغَنِيُّ

Arti: Yang Maha Kaya

Al-Ghaniyy berarti Allah Maha Kaya secara mutlak. Kekayaan-Nya tidak membutuhkan tambahan dan tidak akan pernah berkurang. Dia tidak membutuhkan apapun dari makhluk-Nya, sebaliknya seluruh makhluk fakir dan membutuhkan-Nya. Keyakinan pada Al-Ghaniyy membebaskan hati dari ketergantungan pada makhluk dan mengajarkan kita untuk merasa cukup (qana'ah).

"Yaa Ghaniyy, cukupkanlah kami dengan karunia-Mu dari apa yang ada di tangan selain-Mu. Jadikanlah kekayaan sejati kami berada di dalam hati, bukan pada harta dunia."

89. Al-Mughni (الْمُغْنِيْ)

الْمُغْنِيْ

Arti: Yang Maha Pemberi Kekayaan

Al-Mughni adalah Dzat yang memberikan kekayaan dan kecukupan kepada siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya. Dia yang membuat seseorang merasa cukup dan tidak lagi membutuhkan yang lain. Kekayaan dari-Nya tidak hanya berupa harta, tapi juga kekayaan hati, ilmu, dan jiwa. Memohon kepada Al-Mughni adalah meminta kecukupan yang hakiki.

"Yaa Mughni, berikanlah kami kekayaan yang Engkau ridhai. Cukupkanlah kami sehingga kami bisa memberi manfaat bagi orang lain dan tidak menjadi beban."

90. Al-Mani' (الْمَانِعُ)

الْمَانِعُ

Arti: Yang Maha Mencegah

Al-Mani' adalah Dzat yang mencegah atau menahan sesuatu dari hamba-Nya demi suatu kebaikan atau hikmah. Terkadang Dia mencegah musibah, dan terkadang Dia mencegah suatu nikmat untuk melindungi hamba tersebut dari bahaya yang lebih besar (misalnya kesombongan). Penahanan-Nya adalah bentuk kasih sayang dan penjagaan. Apa yang Dia cegah takkan ada yang bisa memberi.

"Yaa Mani', cegahlah segala keburukan dan marabahaya dari kami. Jika Engkau menahan nikmat dari kami, maka berilah kami kesabaran dan pemahaman akan hikmah di baliknya."

91. Ad-Darr (الضَّارُّ)

الضَّارُّ

Arti: Yang Maha Memberi Derita / Mudharat

Ad-Darr adalah Dzat yang menimpakan mudharat, penyakit, atau kesulitan kepada siapa yang Dia kehendaki, sesuai dengan keadilan dan hikmah-Nya. Musibah ini bisa jadi merupakan ujian untuk mengangkat derajat, atau teguran untuk menghapus dosa. Memahami sifat ini, bersama dengan An-Nafi', mengajarkan bahwa segala baik dan buruk datang dari izin Allah.

"Yaa Darr, kami berlindung kepada-Mu dari segala mudharat yang tidak mampu kami tanggung. Jangan jadikan musibah sebagai hukuman bagi kami, melainkan sebagai penggugur dosa."

92. An-Nafi' (النَّافِعُ)

النَّافِعُ

Arti: Yang Maha Memberi Manfaat

An-Nafi' adalah Dzat yang menjadi sumber segala manfaat dan kebaikan. Tidak ada manfaat yang sampai kepada seorang hamba kecuali berasal dari-Nya. Dialah yang memberi kesehatan, rezeki, hidayah, dan segala bentuk kebaikan. Keyakinan ini membuat kita hanya mencari manfaat dan kebaikan dari Allah semata.

"Yaa Nafi', berikanlah kami segala hal yang bermanfaat bagi kami di dunia dan di akhirat. Jadikanlah diri kami bermanfaat bagi sesama."

93. An-Nur (النُّوْرُ)

النُّوْرُ

Arti: Yang Maha Bercahaya

An-Nur adalah Cahaya langit dan bumi. Dia adalah sumber segala cahaya, baik cahaya fisik (seperti matahari) maupun cahaya maknawi (seperti cahaya iman, Al-Quran, dan petunjuk). Tanpa cahaya dari-Nya, alam semesta akan berada dalam kegelapan fisik dan spiritual. Berdoa dengan nama An-Nur adalah memohon cahaya petunjuk untuk menerangi jalan hidup kita.

"Yaa Nur, berilah cahaya di hati kami, di pendengaran kami, di penglihatan kami, dan di seluruh hidup kami. Terangilah jalan kami dengan cahaya petunjuk-Mu."

94. Al-Hadi (الْهَادِيْ)

الْهَادِيْ

Arti: Yang Maha Pemberi Petunjuk

Al-Hadi adalah Dzat yang memberikan petunjuk (hidayah) kepada hamba-hamba-Nya. Dia menunjukkan jalan kebenaran dan membimbing hati siapa saja yang Dia kehendaki untuk menempuhnya. Hidayah adalah anugerah terbesar dari Allah, karena tanpanya manusia akan tersesat. Sifat ini mengajarkan kita untuk terus memohon keteguhan di atas petunjuk-Nya.

"Yaa Hadi, tunjukilah kami jalan yang lurus. Setelah Engkau memberi kami petunjuk, jangan biarkan hati kami condong kepada kesesatan."

95. Al-Badi' (الْبَدِيْعُ)

الْبَدِيْعُ

Arti: Yang Maha Pencipta yang Tiada Tandingannya

Al-Badi' adalah Dzat yang menciptakan segala sesuatu dengan keindahan yang unik dan tanpa contoh sebelumnya. Ciptaan-Nya orisinal dan menakjubkan. Setiap detail di alam semesta, dari galaksi hingga sel terkecil, menunjukkan keindahan dan keunikan ciptaan-Nya yang tiada tara. Sifat ini mengajak kita untuk mengagumi keindahan karya Sang Pencipta.

"Yaa Badi', Pencipta langit dan bumi yang Maha Indah, indahkanlah akhlak kami sebagaimana Engkau telah mengindahkan ciptaan-Mu. Jauhkan kami dari perbuatan bid'ah yang mengada-ada."

96. Al-Baqi (الْبَاقِيْ)

الْبَاقِيْ

Arti: Yang Maha Kekal

Al-Baqi adalah Dzat yang keberadaan-Nya kekal abadi, tidak akan pernah sirna atau binasa. Sementara segala sesuatu di alam semesta ini fana dan akan hancur, Allah tetap ada selamanya. Sifat ini menanamkan keyakinan bahwa satu-satunya yang layak menjadi tujuan hidup adalah Dzat yang kekal, bukan dunia yang fana.

"Yaa Baqi, Engkaulah yang Maha Kekal. Jadikanlah kami beramal untuk kehidupan akhirat yang kekal, dan jangan biarkan kami tertipu oleh dunia yang akan sirna."

97. Al-Warith (الْوَارِثُ)

الْوَارِثُ

Arti: Yang Maha Pewaris

Al-Warith adalah Dzat yang akan mewarisi segala sesuatu setelah seluruh makhluk binasa. Semua kepemilikan di dunia ini hanya sementara. Pada akhirnya, semua akan kembali kepada-Nya sebagai Pemilik dan Pewaris yang sejati. Sifat ini menyadarkan kita bahwa kita tidak memiliki apa-apa secara hakiki, semuanya hanyalah amanah dari Allah.

"Yaa Warith, jadikanlah kami di antara hamba-hamba-Mu yang saleh yang akan mewarisi surga Firdaus. Jadikan kami pandai menjaga amanah yang Engkau titipkan."

98. Ar-Rasyid (الرَّشِيْدُ)

الرَّشِيْدُ

Arti: Yang Maha Pandai / Memberi Petunjuk Lurus

Ar-Rasyid adalah Dzat yang Maha Cerdas dan Pandai dalam segala pengaturan dan takdir-Nya. Semua tindakan-Nya lurus, benar, dan penuh kebijaksanaan. Dia juga yang memberi petunjuk lurus (irsyad) kepada hamba-Nya, membimbing mereka ke jalan yang paling benar dan bermanfaat. Mengikuti petunjuk Ar-Rasyid adalah jaminan keselamatan.

"Yaa Rasyid, bimbinglah kami ke jalan yang lurus dan benar. Berilah kami kecerdasan untuk memahami agama-Mu dan mengamalkannya dengan baik."

99. As-Sabur (الصَّبُوْرُ)

الصَّبُوْرُ

Arti: Yang Maha Sabar

As-Sabur adalah Dzat yang Maha Sabar, tidak tergesa-gesa menghukum para pelaku maksiat. Dia menunda dan memberi mereka kesempatan untuk bertaubat. Kesabaran-Nya tak tertandingi. Dia sabar melihat kedurhakaan hamba-Nya sambil terus memberi mereka nikmat. Sifat ini mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang sabar dalam ketaatan, dalam menjauhi maksiat, dan dalam menghadapi takdir.

"Yaa Sabur, anugerahkanlah kepada kami kesabaran yang indah dalam menghadapi segala ujian. Jadikanlah kami hamba-Mu yang sabar dan ridha atas segala ketetapan-Mu."

Penutup: Buah Mengenal Asmaul Husna

Mempelajari, merenungkan, dan berdoa dengan Asmaul Husna bukanlah sekadar ritual menghafal 99 nama. Ini adalah sebuah perjalanan spiritual untuk mengenal Allah SWT dengan lebih intim dan mendalam. Setiap nama membuka jendela baru untuk memahami keagungan, keindahan, dan kesempurnaan-Nya. Semakin kita mengenal-Nya, semakin besar pula rasa cinta, takut, dan harap kita kepada-Nya.

Dengan memanggil "Yaa Rahman", kita memohon curahan kasih-Nya yang tak terbatas. Dengan menyebut "Yaa Ghaffar", kita mengetuk pintu ampunan-Nya yang seluas langit dan bumi. Dengan berzikir "Yaa Sabur", kita memohon kekuatan untuk tegar dalam menghadapi badai kehidupan. Asmaul Husna adalah kunci-kunci untuk membuka perbendaharaan rahmat dan karunia ilahi.

Marilah kita jadikan Asmaul Husna sebagai bagian tak terpisahkan dari zikir dan doa kita sehari-hari. Dengan begitu, kita tidak hanya akan merasakan ketenangan jiwa, tetapi juga akan termotivasi untuk meneladani sifat-sifat mulia tersebut dalam kehidupan kita. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk menjadi hamba yang selalu mengingat dan mengagungkan nama-nama-Nya yang indah.

🏠 Homepage