Pergi ke luar angkasa, melayang di antara bintang-bintang, mungkin terdengar seperti pengalaman paling luar biasa yang bisa dibayangkan. Namun, bagi para astronot, ada satu aspek fundamental dari kehidupan di Bumi yang menjadi tantangan besar: berjalan. Ya, Anda tidak salah baca. Belajar berjalan kembali, atau lebih tepatnya, beradaptasi dengan cara bergerak di lingkungan gravitasi rendah atau tanpa gravitasi adalah salah satu tantangan fisik dan mental pertama yang dihadapi setiap astronot saat tiba di luar angkasa.
Di Bumi, gravitasi adalah kekuatan yang tak terlihat namun sangat kuat yang menarik kita ke bawah, memberikan kita "bobot" dan mempermudah kita untuk berpijak dan bergerak. Otot-otot kita secara otomatis menyesuaikan diri untuk melawan gravitasi ini, memungkinkan kita berjalan, berlari, dan melompat dengan relatif mudah. Namun, begitu Anda meninggalkan atmosfer Bumi dan memasuki Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) misalnya, semuanya berubah.
Di orbit, gaya mikrogravitasi berarti tubuh Anda tidak lagi merasakan tarikan gravitasi seperti biasa. Anda melayang. Setiap benda, termasuk tubuh Anda sendiri, cenderung tetap berada di tempatnya kecuali diberi dorongan. Ini mungkin terdengar menyenangkan pada awalnya, tetapi untuk tugas-tugas sederhana seperti berpindah dari satu modul ke modul lain, atau bahkan sekadar berdiri, membutuhkan penyesuaian besar.
Tanpa gravitasi untuk menahan Anda, kaki Anda tidak memiliki pijakan yang stabil. Upaya untuk mendorong diri dari permukaan dapat menyebabkan Anda terdorong ke arah yang berlawanan, atau bahkan berputar tak terkendali jika tidak hati-hati. Sensasi ini bisa sangat membingungkan bagi tubuh dan otak yang telah terbiasa dengan aturan fisika di Bumi selama puluhan tahun.
Setibanya di ISS, para astronot biasanya menghabiskan beberapa hari pertama untuk beradaptasi dengan mikrogravitasi. Proses ini sering disebut sebagai "belajar berjalan" atau "belajar bergerak". Bukan berarti mereka benar-benar melupakan cara berjalan, tetapi mereka harus belajar kembali bagaimana menggunakan otot mereka, bagaimana menyeimbangkan diri, dan bagaimana memanfaatkan pegangan dan fitur lain di stasiun untuk berpindah tempat secara efisien dan aman.
Awalnya, gerakan mungkin terasa canggung dan berantakan. Astronot mungkin terlihat seperti menari atau berenang di udara. Mereka belajar menggunakan tangan mereka untuk menarik atau mendorong diri dari dinding dan pegangan yang tersedia. Kaki mereka digunakan lebih sebagai alat bantu kemudi atau untuk menahan diri agar tidak terlepas dari permukaan.
Keseimbangan adalah aspek kunci lainnya. Sistem vestibular di telinga bagian dalam kita, yang membantu kita merasakan orientasi dan keseimbangan, menjadi sangat bingung di mikrogravitasi. Ini bisa menyebabkan mual perjalanan luar angkasa, sebuah kondisi yang mirip dengan mabuk laut di mana tubuh bereaksi terhadap gerakan dan sensasi yang membingungkan.
Proses "belajar berjalan" ini bukan hanya tentang adaptasi fisik. Ini juga melibatkan penyesuaian kognitif. Otak astronot harus belajar menafsirkan sinyal baru dari tubuh mereka dan beradaptasi dengan lingkungan yang sama sekali berbeda. Mereka belajar merasakan gaya dorong dan tarikan dengan cara yang baru, dan mengembangkan "indra keenam" baru untuk bernavigasi.
Latihan fisik menjadi sangat penting selama misi. Karena otot dan tulang tidak lagi bekerja sekeras di Bumi, mereka dapat mengalami atrofi (penyusutan) dan kehilangan kepadatan. Oleh karena itu, para astronot menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari berolahraga menggunakan treadmill khusus dengan tali pengikat, sepeda statis, dan mesin latihan resistensi untuk menjaga kebugaran fisik mereka.
Mungkin ironisnya, proses "belajar berjalan" tidak berakhir ketika astronot kembali ke Bumi. Setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun di mikrogravitasi, tubuh mereka harus beradaptasi kembali dengan gravitasi Bumi. Langkah pertama mereka di tanah bisa terasa sangat berat, seolah-olah seluruh alam semesta tiba-tiba menekan mereka.
Otot-otot yang telah "beristirahat" dari melawan gravitasi kini harus bekerja keras lagi. Kaki mereka mungkin terasa lemah, dan keseimbangan bisa menjadi masalah. Proses rehabilitasi fisik diperlukan untuk membantu mereka mendapatkan kembali kekuatan dan kemampuan berjalan normal mereka. Ini adalah pengingat nyata tentang betapa fundamentalnya gravitasi bagi kehidupan dan pergerakan kita di planet asal kita.
Kisah astronot yang belajar berjalan di luar angkasa dan kembali ke Bumi mengajarkan kita banyak hal tentang ketahanan tubuh manusia, kemampuan adaptasi, dan pentingnya lingkungan tempat kita hidup. Ini adalah bukti bahwa bahkan tindakan yang paling sederhana pun, seperti mengambil langkah, dapat menjadi pencapaian yang luar biasa ketika kondisi berubah drastis.