Mengungkap Makna di Balik Bahasa Arabnya Masjid

Ilustrasi siluet masjid Ilustrasi siluet sebuah masjid dengan kubah besar di tengah dan satu menara di sisi kanan, melambangkan tempat ibadah. Ilustrasi siluet sebuah masjid dengan kubah dan menara sebagai simbol tempat ibadah umat Islam.

Pertanyaan yang sering muncul di benak banyak orang, terutama bagi mereka yang baru memulai perjalanan mempelajari Islam atau bahasa Arab, adalah "apa bahasa arabnya masjid?" Jawaban singkat dan langsung untuk pertanyaan ini adalah sebuah kata yang sangat familier di telinga masyarakat Indonesia.

مَسْجِد

Kata tersebut dibaca "Masjid". Namun, di balik satu kata ini, tersimpan sebuah dunia makna, etimologi yang kaya, dan konsep spiritual yang mendalam. Artikel ini akan membawa Anda menyelami lebih jauh dari sekadar terjemahan, untuk memahami esensi sejati dari kata "Masjid" dalam bahasa Arab dan peradaban Islam.

Akar Kata dan Makna Filosofis: Tempat Bersujud

Dalam bahasa Arab, hampir setiap kata dapat ditelusuri kembali ke akar tiga huruf (akar kata kerja) yang menjadi fondasi maknanya. Kata مَسْجِد (Masjid) berasal dari akar kata kerja:

سَجَدَ

Dibaca "sajada", yang berarti "ia telah bersujud". Kata kerja ini merujuk pada tindakan fisik meletakkan dahi, hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan ujung jari kedua kaki di tanah sebagai bentuk ketundukan dan penghambaan tertinggi kepada Allah. Tindakan ini disebut sebagai سُجُود (sujūd) atau sujud.

Dari akar kata س-ج-د (sin-jim-dal) inilah, kata مَسْجِد (Masjid) terbentuk. Dalam tata bahasa Arab (ilmu sharaf), penambahan huruf م (mim) di awal kata seringkali menandakan "tempat". Pola ini dikenal sebagai isim makan (kata benda yang menunjukkan tempat). Jadi, secara harfiah, Masjid berarti "tempat untuk bersujud".

Makna ini sangatlah fundamental. Ia menegaskan bahwa fungsi paling esensial dari sebuah masjid bukanlah kemegahan arsitekturnya, bukan pula ukuran bangunannya, melainkan sebagai sebuah ruang di mana manusia merendahkan dirinya di hadapan Sang Pencipta dalam gestur sujud.

Filosofinya adalah bahwa seluruh bumi ini, pada hakikatnya, adalah masjid bagi seorang Muslim. Di mana pun ia berada, selama tempat itu suci, ia dapat melaksanakan shalat dan bersujud. Namun, bangunan fisik masjid didirikan untuk menjadi pusat komunal, tempat berkumpulnya umat untuk melaksanakan ibadah secara bersama-sama, memperkuat ikatan persaudaraan, dan menjadi simbol kehadiran Islam di suatu wilayah.

Perbedaan antara Masjid (مَسْجِد) dan Jami' (جَامِع)

Dalam percakapan sehari-hari, kita sering menggunakan kata "masjid" untuk merujuk pada semua jenis bangunan tempat shalat umat Islam. Namun, dalam terminologi bahasa Arab yang lebih spesifik, ada perbedaan antara مَسْجِد (Masjid) dan جَامِع (Jami').

Masjid (مَسْجِد)

Seperti yang telah dijelaskan, ini adalah istilah umum untuk setiap tempat yang secara khusus didedikasikan untuk shalat. Masjid bisa berukuran kecil, seperti di lingkungan perumahan, perkantoran, atau bahkan di tempat peristirahatan. Shalat lima waktu dapat dilaksanakan di sini. Masjid jenis ini sering disebut sebagai masjid ghoiru jami' (masjid yang bukan jami').

Jami' (جَامِع)

Kata جَامِع (Jami') berasal dari akar kata جَمَعَ (jama'a), yang berarti "mengumpulkan". Oleh karena itu, Masjid Jami' secara harfiah berarti "masjid yang mengumpulkan". Istilah ini merujuk pada masjid utama yang lebih besar, tempat dilaksanakannya shalat Jumat secara berjamaah. Shalat Jumat membutuhkan jumlah jamaah minimum dan diiringi dengan khutbah, sehingga ia berfungsi sebagai pusat pertemuan mingguan bagi komunitas Muslim yang lebih luas.

Setiap Masjid Jami' pada dasarnya adalah sebuah masjid, tetapi tidak semua masjid adalah Masjid Jami'. Di banyak negara, masjid utama di sebuah kota atau wilayah disebut sebagai "Masjid Jami'" atau "Masjid Agung". Contohnya adalah Masjid Jami' Al-Azhar di Kairo atau Masjid Agung di berbagai kota di Indonesia.

Istilah-Istilah Penting Lainnya yang Berkaitan dengan Masjid

Memahami bahasa Arabnya masjid juga membuka pintu untuk mengenal berbagai istilah lain yang merupakan bagian tak terpisahkan dari ekosistem masjid. Berikut adalah beberapa di antaranya:

1. Mushalla (مُصَلَّى)

Berasal dari kata صَلَّى (shalla) yang berarti "berdoa" atau "shalat". مُصَلَّى (Mushalla) secara harfiah berarti "tempat shalat". Di Indonesia, istilah "mushalla" sering digunakan untuk merujuk pada ruang atau bangunan kecil untuk shalat yang tidak digunakan untuk shalat Jumat. Fungsinya mirip dengan masjid kecil, sering ditemukan di pusat perbelanjaan, bandara, sekolah, atau area publik lainnya. Terkadang, istilah ini juga digunakan untuk merujuk pada lapangan terbuka yang luas tempat shalat Idul Fitri atau Idul Adha dilaksanakan (disebut juga mushalla al-'id).

2. Mihrab (مِحْرَاب)

Ini adalah ceruk atau relung di dinding masjid yang menunjukkan arah kiblat (arah Ka'bah di Mekah). Imam berdiri di mihrab saat memimpin shalat berjamaah. Selain fungsi praktisnya sebagai penunjuk arah, mihrab juga memiliki fungsi akustik, membantu suara imam menggema ke seluruh ruang shalat. Secara arsitektur, mihrab seringkali menjadi bagian yang paling indah dihiasi dengan kaligrafi dan ornamen geometris.

3. Minbar (مِنْبَر)

Minbar adalah mimbar atau panggung bertangga tempat khatib (orang yang berkhutbah) berdiri untuk menyampaikan khutbah, terutama pada saat shalat Jumat atau shalat Id. Secara historis, minbar menjadi simbol otoritas keagamaan dan terkadang politik. Desainnya yang ditinggikan memastikan agar khatib dapat dilihat dan suaranya dapat didengar oleh seluruh jamaah sebelum adanya pengeras suara.

4. Minarah (مَنَارَة) atau Ma'dzanah (مِئْذَنَة)

Ini adalah menara yang menjadi ciri khas arsitektur masjid di seluruh dunia. Kata مَنَارَة (Minarah) berasal dari kata نَار (naar) yang berarti "api", merujuk pada fungsinya di masa lalu sebagai mercusuar atau tempat menaruh lampu penanda. Kata مِئْذَنَة (Ma'dzanah) lebih spesifik, berasal dari kata أَذَان (adzan), yang berarti "panggilan untuk shalat". Fungsi utama menara saat ini adalah sebagai tempat muadzin mengumandangkan adzan, memanggil umat Islam untuk shalat. Menara juga menjadi penanda visual keberadaan sebuah masjid dari kejauhan.

5. Qiblah (قِبْلَة)

Meskipun bukan bagian fisik dari bangunan, قِبْلَة (Qiblah) adalah konsep yang sangat fundamental bagi sebuah masjid. Qiblah adalah arah yang dihadapi oleh umat Islam saat shalat, yaitu menuju Ka'bah di Masjidil Haram, Mekah. Seluruh arsitektur masjid, terutama penempatan mihrab dan shaf (barisan shalat), ditentukan oleh arah kiblat yang akurat.

6. Jama'ah (جَمَاعَة)

Berasal dari akar kata yang sama dengan Jami' (جَمَعَ - jama'a). جَمَاعَة (Jama'ah) berarti "kumpulan" atau "kongregasi". Ini merujuk pada sekelompok orang yang melakukan shalat bersama-sama. Shalat berjamaah sangat dianjurkan dalam Islam, dan masjid adalah tempat utamanya. Konsep jamaah menekankan pentingnya persatuan, kebersamaan, dan kesetaraan di antara umat Islam.

7. Imam (إِمَام)

Secara harfiah, إِمَام (Imam) berarti "pemimpin". Dalam konteks shalat, imam adalah orang yang memimpin shalat berjamaah. Ia berdiri di depan jamaah, di mihrab, dan gerakannya diikuti oleh makmum (para pengikut). Seorang imam harus memiliki pemahaman yang baik tentang bacaan dan tata cara shalat.

8. Muadzin (مُؤَذِّن)

Juga dieja sebagai Muazzin. Ini adalah sebutan bagi orang yang bertugas mengumandangkan adzan (أَذَان). Peran muadzin sangat penting sebagai penanda masuknya waktu shalat dan sebagai pemanggil umat untuk datang ke masjid.

Masjid dalam Al-Qur'an dan Hadits

Kata Masjid disebutkan berkali-kali di dalam Al-Qur'an dan Hadits, yang menunjukkan posisinya yang sangat mulia dalam Islam. Penyebutan ini tidak hanya merujuk pada bangunan fisik tetapi juga pada konsep spiritualnya.

Penyebutan dalam Al-Qur'an

Salah satu ayat yang paling terkenal mengenai masjid adalah:

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا

"Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah." (QS. Al-Jinn: 18)

Ayat ini menegaskan bahwa masjid adalah rumah Allah, tempat yang dikhususkan untuk beribadah kepada-Nya semata. Segala bentuk kemusyrikan atau penyekutuan terhadap Allah dilarang keras di dalamnya. Ayat ini menjadi dasar bagi kesucian dan kemuliaan masjid.

Ayat lain yang penting membahas tentang siapa yang layak untuk memakmurkan masjid:

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ

"Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah..." (QS. At-Tawbah: 18)

Ayat ini memberikan kriteria spiritual bagi orang-orang yang hatinya terpaut pada masjid. "Memakmurkan" (يَعْمُرُ - ya'muru) tidak hanya berarti membangun secara fisik, tetapi juga mengisinya dengan ibadah, zikir, pengajian, dan kegiatan-kegiatan positif lainnya.

Tiga Masjid Utama dalam Islam

Dalam Hadits, Nabi Muhammad SAW menyoroti tiga masjid yang memiliki keutamaan luar biasa dibandingkan masjid-masjid lainnya di dunia. Melakukan perjalanan ibadah secara khusus dianjurkan ke tiga tempat ini:

  1. Al-Masjid al-Haram (اَلْمَسْجِدُ الْحَرَامُ) di Mekah: Masjid paling suci dalam Islam, yang di tengahnya terdapat Ka'bah sebagai kiblat umat Islam. Pahala shalat di sini dilipatgandakan secara luar biasa.
  2. Al-Masjid an-Nabawi (اَلْمَسْجِدُ النَّبَوِيُّ) di Madinah: Masjid yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW sendiri. Di dalamnya terdapat makam beliau. Shalat di masjid ini juga memiliki keutamaan pahala yang sangat besar.
  3. Al-Masjid al-Aqsa (اَلْمَسْجِدُ الْأَقْصَى) di Yerusalem: Kiblat pertama umat Islam dan tempat persinggahan Nabi dalam peristiwa Isra' Mi'raj. Ini adalah situs tersuci ketiga dalam Islam.

Fungsi Masjid yang Melampaui Ibadah Ritual

Sejak awal peradaban Islam, fungsi masjid tidak pernah terbatas hanya sebagai tempat shalat. Masjid Nabawi di Madinah pada zaman Nabi menjadi contoh paripurna bagaimana sebuah masjid dapat berfungsi sebagai jantung sebuah komunitas. Fungsi-fungsi ini terus relevan hingga hari ini.

1. Pusat Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan

Masjid adalah universitas pertama dalam sejarah Islam. Di sudut-sudut masjid, para ulama membentuk lingkaran studi (halaqah) untuk mengajarkan Al-Qur'an, Hadits, Fiqih, bahasa Arab, dan berbagai cabang ilmu lainnya. Universitas tertua di dunia yang masih beroperasi hingga kini, seperti Universitas Al-Qarawiyyin di Fez, Maroko, dan Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir, keduanya bermula dari sebuah masjid.

2. Pusat Kegiatan Sosial dan Kesejahteraan Umat

Masjid berfungsi sebagai pusat penggalangan dan distribusi zakat, infak, dan sedekah. Ia menjadi tempat masyarakat datang untuk mencari bantuan dan tempat orang-orang dermawan menyalurkan kebaikannya. Masjid menjadi tempat berlindung bagi musafir, tempat memberi makan bagi yang lapar, dan pusat koordinasi bantuan saat terjadi bencana.

3. Pusat Musyawarah dan Administrasi Komunitas

Pada masa awal Islam, masjid adalah tempat Nabi dan para khalifah setelahnya bertemu dengan masyarakat, mendengarkan keluhan mereka, menyelesaikan sengketa (berfungsi sebagai pengadilan), dan mengumumkan kebijakan penting. Masjid adalah "balai kota" dan "parlemen" bagi komunitas Muslim.

4. Pusat Pembinaan Karakter dan Persaudaraan

Dengan berkumpulnya orang-orang dari berbagai latar belakang sosial dan ekonomi lima kali sehari dalam barisan yang sama, masjid menanamkan nilai-nilai kesetaraan dan persaudaraan (ukhuwah). Interaksi rutin ini memperkuat ikatan sosial, menciptakan rasa saling peduli, dan membangun komunitas yang solid dan tangguh.

Kesimpulan: Lebih dari Sekadar Kata

Jadi, kembali ke pertanyaan awal: apa bahasa Arabnya masjid? Jawabannya adalah مَسْجِد (Masjid). Namun, kini kita memahami bahwa jawaban ini hanyalah puncak dari sebuah gunung es. Di bawah permukaan, kata ini membawa makna yang sangat dalam: "tempat bersujud", sebuah konsep yang menekankan penghambaan total kepada Tuhan.

Kata ini juga menjadi gerbang untuk memahami ekosistem istilah yang kaya seperti Jami', Mihrab, Minbar, dan Mushalla. Lebih dari itu, kata "Masjid" merepresentasikan sebuah institusi yang menjadi pusat peradaban Islam—sebuah pusat spiritual, intelektual, sosial, dan komunal.

Memahami makna kata "Masjid" bukan hanya soal linguistik, melainkan soal memahami detak jantung komunitas Muslim di seluruh dunia. Ia adalah simbol persatuan, tempat ketenangan, sumber ilmu, dan benteng persaudaraan. Ia adalah ruang di mana bumi bertemu dengan langit melalui sujud seorang hamba.

🏠 Homepage