Arsitektur postmodern telah merevolusi lanskap perkotaan dengan pendekatan yang berani dan seringkali mengejutkan. Berbeda dengan keseriusan fungsionalisme modernisme, arsitektur postmodern merangkul kerumitan, ironi, dan pluralisme gaya. Gerakan ini muncul sebagai respons terhadap keterbatasan dan monoton yang dirasakan dari arsitektur modern, yang seringkali dicirikan oleh bentuk-bentuk geometris sederhana, material industri, dan penolakan terhadap ornamen.
Salah satu ciri khas paling menonjol dari bangunan postmodern adalah kembalinya ornamen. Jika arsitektur modern berupaya menghilangkan ornamen sebagai "kejahatan," arsitektur postmodern justru merangkulnya, seringkali dengan cara yang tidak konvensional. Ornamen ini tidak hanya sekadar dekorasi, tetapi seringkali membawa makna simbolis, referensi historis, atau bahkan sentuhan humor. Bentuk-bentuk klasik, lengkungan, tiang, dan detail arsitektur dari berbagai periode sejarah dapat ditemukan, tetapi seringkali diinterpretasikan ulang atau dicampuradukkan dengan cara yang tak terduga.
Penggunaan warna yang berani dan kontras juga menjadi elemen penting. Dinding yang dicat dengan warna-warna cerah, penggunaan material yang tidak biasa, dan kombinasi tekstur menciptakan visual yang dinamis dan menarik. Arsitek postmodern tidak takut untuk bermain dengan elemen-elemen yang sebelumnya dianggap tabu dalam arsitektur modern, seperti penggunaan kolom yang bersifat dekoratif semata tanpa fungsi struktural, atau penempatan jendela yang tidak proporsional demi efek visual.
Arsitektur postmodern adalah tentang pluralisme. Gerakan ini menolak gagasan adanya satu gaya arsitektur yang benar atau universal. Sebaliknya, ia merangkul keragaman dan mengizinkan arsitek untuk menarik inspirasi dari berbagai sumber, termasuk sejarah, budaya lokal, bahkan budaya populer. Bangunan postmodern seringkali menampilkan campuran elemen dari gaya-gaya arsitektur yang berbeda, seperti klasik, barok, neo-klasik, dan bahkan vernacular, yang disajikan dalam interpretasi modern.
Robert Venturi, salah satu tokoh kunci arsitektur postmodern, melalui bukunya "Complexity and Contradiction in Architecture," menantang prinsip "less is more" dari Mies van der Rohe dengan menyatakan "less is a bore." Ia berpendapat bahwa kerumitan, kontradiksi, dan kekayaan elemen justru dapat menciptakan pengalaman arsitektur yang lebih kaya dan memuaskan. Bangunan postmodern seringkali terasa dialogis, berbicara dengan sejarah bangunan di sekitarnya atau dengan konteks budaya tempat ia berdiri.
Arsitektur postmodern seringkali menyertakan unsur ironi dan humor. Ini bisa berupa penggunaan elemen arsitektur yang tidak sesuai dengan fungsinya, referensi yang cerdas terhadap arsitektur sebelumnya, atau penekanan pada aspek visual yang dramatis. Tujuannya seringkali adalah untuk menantang persepsi penonton dan mengajak mereka untuk berpikir ulang tentang apa yang seharusnya menjadi sebuah bangunan. Ada unsur permainan, eksplorasi, dan bahkan pemberontakan terhadap aturan-aturan ketat arsitektur modern.
Beberapa bangunan postmodern sengaja menampilkan bentuk-bentuk yang terlihat "tidak pada tempatnya" atau "berlebihan" untuk menciptakan efek dramatis dan memicu emosi. Ini adalah arsitektur yang ingin berinteraksi dengan pengamatnya, bukan hanya berfungsi sebagai wadah pasif. Estetika "kitsch" atau gaya yang dianggap kurang serius terkadang juga diangkat dan diintegrasikan, menambah lapisan makna yang kompleks.
Beberapa contoh arsitektur postmodern yang terkenal secara global antara lain: AT&T Building (sekarang Sony Building) di New York oleh Philip Johnson, yang terkenal dengan "pediment" (mahkota segitiga) yang besar dan mencolok di bagian atasnya; dan Neue Staatsgalerie di Stuttgart oleh James Stirling, yang memadukan elemen klasik dengan bentuk-bentuk modern yang playful.
Di Indonesia, pengaruh arsitektur postmodern dapat dilihat pada beberapa bangunan komersial dan publik yang menampilkan elemen-elemen unik, penggunaan warna yang dinamis, serta penekanan pada estetika visual yang menarik perhatian. Bangunan-bangunan ini seringkali mencoba memadukan elemen lokal dengan gaya global yang lebih luas, menciptakan identitas visual yang khas.
Secara keseluruhan, arsitektur postmodern menawarkan pandangan yang berbeda tentang desain bangunan, yang menekankan pada makna, komunikasi, dan pengalaman estetika yang kaya. Ini adalah gerakan yang mendorong eksplorasi tanpa batas, merayakan keberagaman, dan membuka kembali percakapan tentang peran arsitektur dalam membentuk budaya dan masyarakat.