Idul Adha, atau Hari Raya Kurban, merupakan salah satu perayaan terpenting dalam kalender Islam. Perayaan ini selalu dinanti karena mengingatkan umat Muslim pada kisah keteguhan hati Nabi Ibrahim AS dalam menjalankan perintah Allah SWT untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail AS, yang kemudian digantikan dengan seekor domba. Mendekati hari raya ini, terdapat amalan sunnah yang sangat dianjurkan, yaitu berpuasa, terutama pada hari-hari awal bulan Zulhijah.
Berpuasa sebelum Idul Adha memiliki kaitan erat dengan sepuluh hari pertama bulan Zulhijah. Bulan ini dipandang sebagai bulan yang sangat mulia. Berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW, sepuluh hari pertama Zulhijah adalah hari-hari yang paling utama di sisi Allah, bahkan melebihi hari-hari lainnya, kecuali hari Arafah (9 Zulhijah). Oleh karena itu, banyak ulama menganjurkan umat Islam untuk memaksimalkan ibadah di periode ini, termasuk melaksanakan puasa sunnah.
Keutamaan puasa ini bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi merupakan bentuk persiapan spiritual dan fisik menjelang puncak perayaan kurban. Puasa pada hari-hari ini adalah kesempatan emas untuk membersihkan jiwa, melipatgandakan pahala, serta meneladani kesalehan para nabi terdahulu. Puasa yang dilakukan meliputi puasa Tarwiyah (8 Zulhijah) dan puasa Arafah (9 Zulhijah), meskipun puasa sunnah juga dapat dilakukan sejak tanggal 1 hingga 7 Zulhijah.
Dua puasa sunnah yang paling populer dan memiliki keutamaan besar menjelang Idul Adha adalah Puasa Tarwiyah dan Puasa Arafah. Puasa Tarwiyah dilaksanakan pada tanggal 8 Zulhijah. Nama 'Tarwiyah' sendiri berasal dari kata Arab yang berarti 'memberi minum', mengacu pada bagaimana Nabi Ibrahim AS pada malam tersebut bermimpi tentang perintah penyembelihan, sehingga ia "menyegarkan" keraguannya dengan kepastian di pagi hari.
Sementara itu, Puasa Arafah, yang dilaksanakan sehari sebelum Idul Adha (9 Zulhijah), adalah puasa yang paling dinantikan oleh mereka yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji di Arafah. Keistimewaan puasa ini sangatlah besar. Rasulullah SAW bersabda bahwa berpuasa pada hari Arafah dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan dosa setahun yang akan datang. Ini adalah momen luar biasa di mana seorang Muslim bisa mendapatkan penghapusan dosa dua tahun hanya dengan menahan diri dari makan dan minum selama sehari penuh.
Lebih dari sekadar akumulasi pahala, berpuasa di awal Zulhijah berfungsi sebagai latihan mental. Idul Adha mengajarkan tentang pengorbanan total (istiqomah) demi mencari ridha Ilahi. Dengan memulai rangkaian ibadah ini melalui puasa, seorang Muslim dilatih untuk mengendalikan hawa nafsu, meningkatkan kesabaran, dan menumbuhkan rasa empati terhadap sesama. Ketika seseorang telah melalui perjuangan menahan lapar dan dahaga, ia akan lebih mudah memahami penderitaan saudara-saudaranya yang kurang beruntung, sehingga semangat berbagi daging kurban menjadi lebih tulus dan mendalam.
Bagi mereka yang tidak melaksanakan ibadah haji, puasa ini adalah "haji kecil" yang memungkinkan mereka ikut merasakan atmosfer spiritual hari-hari besar tersebut. Aktivitas ibadah ini memastikan bahwa setiap Muslim—baik yang sedang berhaji maupun yang berada di rumah—merasakan kebersamaan dalam ketaatan kepada Allah SWT, mempersiapkan hati untuk menyambut hari raya dengan jiwa yang suci dan penuh pengorbanan. Melakukan puasa sebelum Idul Adha adalah investasi spiritual yang tak ternilai harganya.