Panduan Terlengkap Memahami Bilangan dalam Bahasa Arab

Mempelajari bahasa Arab membuka pintu ke dunia pengetahuan yang luas, mulai dari literatur klasik hingga pemahaman mendalam terhadap Al-Qur'an. Salah satu fondasi terpenting dalam perjalanan ini adalah menguasai sistem bilangan atau yang dikenal sebagai 'adad (عَدَد). Berbeda dari bahasa Indonesia atau Inggris, bilangan dalam bahasa Arab memiliki kaidah yang cukup kompleks, terutama terkait dengan kesesuaian gender (maskulin dan feminin) dengan benda yang dihitung atau ma'dud (مَعْدُوْد). Artikel ini akan mengupas tuntas seluk-beluk bilangan bahasa Arab, mulai dari angka satuan hingga ribuan, baik bilangan kardinal maupun ordinal, dengan penjelasan rinci dan contoh yang melimpah.

١ ٢ ٣

Ilustrasi bilangan Bahasa Arab wahid (satu), itsnain (dua), dan tsalatsah (tiga).

Secara umum, bilangan dalam bahasa Arab dibagi menjadi dua kategori utama:

  1. Al-'Adad al-Ashli (اَلْعَدَدُ الْأَصْلِيُّ): Bilangan kardinal, yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah atau kuantitas suatu benda (satu, dua, tiga, dan seterusnya).
  2. Al-'Adad at-Tartibi (اَلْعَدَدُ التَّرْتِيْبِيُّ): Bilangan ordinal, yaitu bilangan yang menunjukkan tingkatan atau urutan (pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya).

Kita akan memulai pembahasan dari bilangan kardinal karena kaidahnya menjadi dasar untuk memahami jenis bilangan lainnya.

Bagian 1: Bilangan Kardinal (Al-'Adad al-Ashli)

Aturan penggunaan bilangan kardinal dalam bahasa Arab sangat unik dan terbagi ke dalam beberapa kelompok berdasarkan rentang angkanya. Kunci utama untuk menguasainya adalah memahami konsep mudzakkar (مُذَكَّر) untuk gender maskulin dan mu'annats (مُؤَنَّث) untuk gender feminin.

Kaidah Bilangan 1 dan 2 (وَاحِدٌ dan اِثْنَانِ)

Bilangan satu dan dua memiliki kaidah yang paling sederhana. Aturan utamanya adalah bahwa bilangan ('adad) mengikuti benda yang dihitung (ma'dud). Artinya, jika bendanya maskulin, bilangannya juga maskulin. Jika bendanya feminin, bilangannya juga feminin. Selain itu, posisi bilangan berada setelah benda, berfungsi sebagai sifat (na'at).

Contoh Penerapan:

Perhatikan kata qalamun (قَلَمٌ) yang berarti "pena" (maskulin) dan sayyāratun (سَيَّارَةٌ) yang berarti "mobil" (feminin, ditandai dengan ta' marbuthah ة).

قَلَمٌ وَاحِدٌ

Qalamun wāḥidun (Satu pena)

سَيَّارَةٌ وَاحِدَةٌ

Sayyāratun wāḥidatun (Satu mobil)

Untuk bilangan dua, benda (ma'dud) harus diubah ke dalam bentuk mutsanna (dual) dengan menambahkan akhiran -āni.

قَلَمَانِ اثْنَانِ

Qalamāni ithnāni (Dua pena)

سَيَّارَتَانِ اثْنَتَانِ

Sayyāratāni ithnatāni (Dua mobil)

Penting untuk diingat bahwa penyebutan bilangan wāḥidun atau ithnāni setelah benda sebenarnya bersifat penegasan (ta'kid). Menyebutkan bendanya saja dalam bentuk tunggal (mufrad) atau dual (mutsanna) sudah cukup untuk menunjukkan jumlahnya. Misalnya, mengatakan qalamun sudah berarti "satu pena", dan qalamāni sudah berarti "dua pena".

Kaidah Bilangan 3 sampai 10

Di sinilah keunikan sistem bilangan Arab mulai terlihat jelas. Untuk angka 3 hingga 10, kaidahnya adalah kebalikan dari kaidah angka 1 dan 2. Aturan utamanya adalah:

  1. Bilangan ('adad) harus berlawanan gender dengan benda (ma'dud) dalam bentuk tunggalnya. Jika bendanya maskulin, bilangannya harus feminin. Jika bendanya feminin, bilangannya harus maskulin.
  2. Posisi bilangan ('adad) berada sebelum benda (ma'dud).
  3. Benda (ma'dud) harus dalam bentuk jamak (jam') dan ber-i'rab majrur (ditandai kasrah tanwin jika tidak ada alif lam). Struktur ini disebut idhafah (frasa posesif).

Berikut adalah tabel bilangannya:

Angka Bentuk untuk Ma'dud Feminin (Bilangan Maskulin) Bentuk untuk Ma'dud Maskulin (Bilangan Feminin)
3 ثَلَاثٌ (tsalātsun) ثَلَاثَةٌ (tsalāthatun)
4 أَرْبَعٌ (arba'un) أَرْبَعَةٌ (arba'atun)
5 خَمْسٌ (khamsun) خَمْسَةٌ (khamsatun)
6 سِتٌّ (sittun) سِتَّةٌ (sittatun)
7 سَبْعٌ (sab'un) سَبْعَةٌ (sab'atun)
8 ثَمَانٍ (tsamānin) ثَمَانِيَةٌ (tsamāniyatun)
9 تِسْعٌ (tis'un) تِسْعَةٌ (tis'atun)
10 عَشْرٌ ('asyrun) عَشَرَةٌ ('asyaratun)

Contoh Penerapan:

Mari kita gunakan kata ṭullāb (طُلَّابٌ - jamak dari ṭālibun, siswa, maskulin) dan majallāt (مَجَلَّاتٌ - jamak dari majallatun, majalah, feminin).

Untuk benda maskulin (ṭullāb): Kita menggunakan bilangan bentuk feminin.

ثَلَاثَةُ طُلَّابٍ

Tsalāthatu ṭullābin (Tiga orang siswa)

خَمْسَةُ طُلَّابٍ

Khamsatu ṭullābin (Lima orang siswa)

عَشَرَةُ طُلَّابٍ

'Asyaratu ṭullābin (Sepuluh orang siswa)

Untuk benda feminin (majallāt): Kita menggunakan bilangan bentuk maskulin.

ثَلَاثُ مَجَلَّاتٍ

Tsalātsu majallātin (Tiga majalah)

سَبْعُ مَجَلَّاتٍ

Sab'u majallātin (Tujuh majalah)

عَشْرُ مَجَلَّاتٍ

'Asyru majallātin (Sepuluh majalah)

Ringkasan Aturan 3-10: Bilangan berlawanan gender dengan bentuk tunggal bendanya, dan bendanya harus jamak majrur.

Kaidah Bilangan 11 sampai 19 (Al-A'dad al-Murakkabah)

Bilangan belasan disebut al-a'dad al-murakkabah (bilangan tersusun) karena terdiri dari dua bagian: satuan dan puluhan (angka sepuluh). Aturan untuk kelompok ini juga spesifik.

Aturan Bilangan 11 dan 12

Untuk angka 11 dan 12, aturannya kembali seperti angka 1 dan 2. Kedua bagian bilangan (satuan dan puluhan) sesuai dengan gender benda (ma'dud). Namun, ada aturan baru untuk bendanya:

Bilangan 11:

Contoh: Kata kawkabun (كَوْكَبٌ, planet, maskulin) dan madrasatun (مَدْرَسَةٌ, sekolah, feminin).

أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا

Aḥada 'asyara kawkaban (Sebelas planet) - Lihat Yusuf: 4.

إِحْدَى عَشْرَةَ مَدْرَسَةً

Iḥdā 'asyrata madrasatan (Sebelas sekolah)

Bilangan 12:

Angka 12 sedikit lebih kompleks karena bagian satuannya (angka 2) mengikuti kaidah i'rab untuk kata mutsanna (dual). Ia bisa berubah tergantung posisinya dalam kalimat (marfu', manshub, atau majrur).

Contoh:

جَاءَ اثْنَا عَشَرَ رَجُلًا

Jā'a ithnā 'asyara rajulan (Telah datang dua belas pria) - ithnā sebagai subjek (marfu').

رَأَيْتُ اثْنَيْ عَشَرَ رَجُلًا

Ra'aytu ithnay 'asyara rajulan (Aku melihat dua belas pria) - ithnay sebagai objek (manshub).

فِي الْفَصْلِ اثْنَتَا عَشْرَةَ طَالِبَةً

Fī al-faṣli ithnatā 'asyrata ṭālibatan (Di dalam kelas ada dua belas siswi) - ithnatā sebagai subjek yang diakhirkan (marfu').

Aturan Bilangan 13 sampai 19

Kelompok ini menggabungkan dua kaidah sebelumnya. Aturan utamanya adalah:

  1. Bagian satuan (angka 3-9) berlawanan gender dengan ma'dud.
  2. Bagian puluhan (angka 10) sesuai gender dengan ma'dud.
  3. Benda (ma'dud) harus dalam bentuk tunggal dan manshub (mufrad manshub).

Contoh Penerapan:

Kita akan menggunakan kata kitābun (كِتَابٌ, buku, maskulin) dan ḥaqībatun (حَقِيْبَةٌ, tas, feminin).

Untuk benda maskulin (kitāban): Satuannya (3-9) harus feminin, puluhannya (10) harus maskulin.

ثَلَاثَةَ عَشَرَ كِتَابًا

Tsalāthata 'asyara kitāban (Tiga belas buku)

تِسْعَةَ عَشَرَ كِتَابًا

Tis'ata 'asyara kitāban (Sembilan belas buku)

Untuk benda feminin (ḥaqībatan): Satuannya (3-9) harus maskulin, puluhannya (10) harus feminin.

ثَلَاثَ عَشْرَةَ حَقِيْبَةً

Tsalātsa 'asyrata ḥaqībatan (Tiga belas tas)

تِسْعَ عَشْرَةَ حَقِيْبَةً

Tis'a 'asyrata ḥaqībatan (Sembilan belas tas)

Kaidah Bilangan Puluhan (20, 30, ..., 90) - Alfazh al-'Uqud

Bilangan puluhan ini disebut alfazh al-'uqud (lafaz-lafaz kelipatan sepuluh). Aturan untuk kelompok ini jauh lebih mudah:

  1. Bentuk bilangannya tetap, tidak terpengaruh oleh gender ma'dud (maskulin atau feminin).
  2. Bilangan ini memiliki dua bentuk i'rab seperti jamak mudzakkar salim: berakhiran -ūna (وْنَ) saat marfu' dan -īna (يْنَ) saat manshub atau majrur.
  3. Benda (ma'dud) harus dalam bentuk tunggal dan manshub (mufrad manshub).
Angka Bentuk Marfu' (-ūna) Bentuk Manshub/Majrur (-īna)
20 عِشْرُوْنَ ('isyrūna) عِشْرِيْنَ ('isyrīna)
30 ثَلَاثُوْنَ (tsalāthūna) ثَلَاثِيْنَ (tsalāthīna)
40 أَرْبَعُوْنَ (arba'ūna) أَرْبَعِيْنَ (arba'īna)
50 خَمْسُوْنَ (khamsūna) خَمْسِيْنَ (khamsīna)
60 سِتُّوْنَ (sittūna) سِتِّيْنَ (sittīna)
70 سَبْعُوْنَ (sab'ūna) سَبْعِيْنَ (sab'īna)
80 ثَمَانُوْنَ (tsamānūna) ثَمَانِيْنَ (tsamānīna)
90 تِسْعُوْنَ (tis'ūna) تِسْعِيْنَ (tis'īna)

Contoh Penerapan:

حَضَرَ عِشْرُوْنَ مُهَنْدِسًا

Ḥaḍara 'isyrūna muhandisan (Telah hadir dua puluh insinyur) - 'isyrūna sebagai subjek (marfu').

قَابَلْتُ عِشْرِيْنَ مُهَنْدِسًا

Qābaltu 'isyrīna muhandisan (Aku bertemu dua puluh insinyur) - 'isyrīna sebagai objek (manshub).

فِي الْمَكْتَبَةِ ثَلَاثُوْنَ طَالِبَةً

Fī al-maktabati tsalāthūna ṭālibatan (Di perpustakaan ada tiga puluh siswi) - tsalāthūna sebagai subjek yang diakhirkan (marfu').

Kaidah Bilangan 21 sampai 99 (Al-A'dad al-Ma'thufah)

Bilangan ini disebut al-a'dad al-ma'thufah (bilangan yang dihubungkan) karena menggunakan kata penghubung wa (وَ) yang berarti "dan". Strukturnya adalah [satuan] + [wa] + [puluhan]. Kaidahnya merupakan kombinasi dari aturan-aturan sebelumnya:

  1. Untuk bagian satuan (1 dan 2): Sesuai dengan gender ma'dud.
  2. Untuk bagian satuan (3-9): Berlawanan dengan gender ma'dud.
  3. Untuk bagian puluhan (20, 30, dst.): Mengikuti kaidah alfazh al-'uqud (tetap, hanya berubah i'rab-nya).
  4. Benda (ma'dud) harus dalam bentuk tunggal dan manshub (mufrad manshub).

Contoh Penerapan (Angka 21, 22, 31, 32, ...):

Benda maskulin: fannānun (فَنَّانٌ, seniman)

وَاحِدٌ وَعِشْرُوْنَ فَنَّانًا

Wāḥidun wa 'isyrūna fannānan (Dua puluh satu seniman)

اِثْنَانِ وَثَلَاثُوْنَ فَنَّانًا

Ithnāni wa tsalāthūna fannānan (Tiga puluh dua seniman)

Benda feminin: mu'allimatun (مُعَلِّمَةٌ, guru perempuan)

إِحْدَى وَعِشْرُوْنَ مُعَلِّمَةً

Iḥdā wa 'isyrūna mu'allimatan (Dua puluh satu guru perempuan)

اِثْنَتَانِ وَأَرْبَعُوْنَ مُعَلِّمَةً

Ithnatāni wa arba'ūna mu'allimatan (Empat puluh dua guru perempuan)

Contoh Penerapan (Angka 23-29, 33-39, ...):

Benda maskulin: baytun (بَيْتٌ, rumah)

ثَلَاثَةٌ وَعِشْرُوْنَ بَيْتًا

Tsalāthatun wa 'isyrūna baytan (Dua puluh tiga rumah) - tsalāthatun (feminin) karena baytun (maskulin).

Benda feminin: safīnatun (سَفِيْنَةٌ, kapal)

خَمْسٌ وَسَبْعُوْنَ سَفِيْنَةً

Khamsun wa sab'ūna safīnatan (Tujuh puluh lima kapal) - khamsun (maskulin) karena safīnatun (feminin).

Kaidah Bilangan Ratusan, Ribuan, dan Seterusnya

Untuk bilangan ratusan (100), ribuan (1000), jutaan (مليون), dan seterusnya, kaidahnya lebih seragam.

Bilangan 100 dan 1000

Aturannya adalah:

  1. Bilangan 100 (مِائَةٌ - mi'atun) dan 1000 (أَلْفٌ - alfun) memiliki bentuk yang tetap.
  2. Benda (ma'dud) harus dalam bentuk tunggal dan ber-i'rab majrur (mufrad majrur).

Contoh:

مِائَةُ رَجُلٍ

Mi'atu rajulin (Seratus pria)

مِائَةُ امْرَأَةٍ

Mi'atu imra'atin (Seratus wanita)

أَلْفُ دِيْنَارٍ

Alfu dīnārin (Seribu dinar)

Untuk 200 dan 2000, digunakan bentuk mutsanna (dual):

Contoh: Mi'atā kitābin (Dua ratus buku).

Bilangan 300-900 dan 3000-9000

Aturannya menggabungkan kaidah 3-9 dengan kata ratusan/ribuan. Strukturnya adalah [bilangan 3-9] + [ratusan/ribuan].

Contoh:

ثَلَاثُمِائَةِ جُنْدِيٍّ

Tsalātsumi'ati jundiyyin (Tiga ratus tentara)

خَمْسَةُ آلَافِ شَجَرَةٍ

Khamsatu ālāfi syajaratin (Lima ribu pohon)

Menyusun Bilangan Kompleks

Untuk menyusun bilangan yang kompleks (misalnya 1987), urutannya adalah dari yang terbesar ke yang terkecil, dihubungkan dengan wa (وَ). Ma'dud-nya mengikuti kaidah bilangan terakhir yang disebutkan.

Contoh: 1987 buku (kitābun)

Pecahannya: 1000 + 900 + 87. Angka terakhir adalah 87, maka kaidah ma'dud mengikuti aturan 21-99 (mufrad manshub).

أَلْفٌ وَتِسْعُمِائَةٍ وَسَبْعَةٌ وَثَمَانُوْنَ كِتَابًا

Alfun wa tis'umi'atin wa sab'atun wa tsamānūna kitāban.

Bagian 2: Bilangan Ordinal (Al-'Adad at-Tartibi)

Bilangan ordinal (tingkat) berfungsi sebagai kata sifat (na'at), sehingga kaidahnya jauh lebih sederhana. Aturan utamanya adalah bilangan selalu sesuai dengan kata yang disifatinya (man'ut) dalam empat hal: gender, i'rab (kasus), jumlah, dan status definit (ma'rifah/nakirah).

Pada umumnya, bilangan ordinal dibentuk dengan pola فَاعِلٌ (fā'ilun) untuk maskulin dan فَاعِلَةٌ (fā'ilatun) untuk feminin.

Kaidah Bilangan Ordinal 1 sampai 10

Angka "pertama" memiliki bentuk khusus. Selebihnya mengikuti pola standar.

Angka Bentuk Maskulin Bentuk Feminin
Ke-1 اَلْأَوَّلُ (al-awwalu) اَلْأُوْلَى (al-ūlā)
Ke-2 اَلثَّانِي (ats-tsānī) اَلثَّانِيَةُ (ats-tsāniyatu)
Ke-3 اَلثَّالِثُ (ats-tsālithu) اَلثَّالِثَةُ (ats-tsālithatu)
Ke-4 اَلرَّابِعُ (ar-rābi'u) اَلرَّابِعَةُ (ar-rābi'atu)
Ke-5 اَلْخَامِسُ (al-khāmisu) اَلْخَامِسَةُ (al-khāmisatu)
Ke-6 اَلسَّادِسُ (as-sādisu) اَلسَّادِسَةُ (as-sādisatu)
Ke-7 اَلسَّابِعُ (as-sābi'u) اَلسَّابِعَةُ (as-sābi'atu)
Ke-8 اَلثَّامِنُ (ats-tsāminu) اَلثَّامِنَةُ (ats-tsāminatu)
Ke-9 اَلتَّاسِعُ (at-tāsi'u) اَلتَّاسِعَةُ (at-tāsi'atu)
Ke-10 اَلْعَاشِرُ (al-'āsyiru) اَلْعَاشِرَةُ (al-'āsyiratu)

Contoh Penerapan:

Kata benda: al-darsu (اَلدَّرْسُ, pelajaran, maskulin) dan al-ghurfatu (اَلْغُرْفَةُ, kamar, feminin).

اَلدَّرْسُ الْأَوَّلُ

Ad-darsul awwalu (Pelajaran pertama)

اَلْغُرْفَةُ الْخَامِسَةُ

Al-ghurfatul khāmisatu (Kamar kelima)

Kaidah Bilangan Ordinal Belasan (11-19)

Kedua bagian bilangan (satuan dan puluhan) dibentuk menjadi ordinal dan keduanya sesuai dengan gender benda yang disifati.

Contoh: "Juz yang ke-11"

اَلْجُزْءُ الْحَادِيَ عَشَرَ

Al-juz'ul ḥādiya 'asyara

Contoh: "Halaman yang ke-13"

اَلصَّفْحَةُ الثَّالِثَةَ عَشْرَةَ

Aṣ-ṣafḥatuts tsālithata 'asyrata

Kaidah Bilangan Ordinal Puluhan dan Gabungan

Untuk puluhan (ke-20, ke-30), bentuknya sama dengan bilangan kardinal (al-'isyrūn, ats-tsalāthūn).

Untuk gabungan (ke-21, ke-22, dst.), bagian satuannya menggunakan bentuk ordinal, sedangkan bagian puluhannya menggunakan bentuk kardinal, dihubungkan dengan wa (وَ).

Contoh: "Abad yang ke-21"

اَلْقَرْنُ الْحَادِي وَالْعِشْرُوْنَ

Al-qarnul ḥādī wal 'isyrūna

Kesimpulan

Menguasai bilangan bahasa Arab memang memerlukan ketelitian dan latihan yang konsisten. Namun, dengan memahami pola dan kaidah dasarnya, kerumitan tersebut akan berangsur-angsur menjadi jelas. Kunci utamanya terletak pada pemahaman konsep gender (mudzakkar dan mu'annats) serta menghafal kaidah-kaidah spesifik untuk setiap kelompok bilangan: kaidah kesesuaian untuk 1-2, kaidah persilangan untuk 3-10, kaidah campuran untuk 13-19, dan kaidah tetap untuk puluhan. Sementara itu, bilangan ordinal menawarkan sistem yang lebih sederhana dengan aturan kesesuaian layaknya sifat dan yang disifati. Teruslah berlatih dengan membuat kalimat sendiri, dan niscaya Anda akan semakin mahir dalam menggunakan bilangan bahasa Arab dengan tepat dan percaya diri.

🏠 Homepage