Simbolisasi masuknya bulan mulia.
Bulan Rajab adalah salah satu dari empat bulan haram (suci) dalam kalender Hijriyah, bersama dengan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram. Memasuki bulan Rajab selalu membawa nuansa spiritual yang berbeda bagi umat Islam. Bulan ini seringkali dipandang sebagai pembuka gerbang menuju kesucian yang lebih besar, yakni Syakban, yang kemudian berujung pada Ramadan, bulan puasa wajib. Oleh karena itu, Rajab bukan sekadar penanda waktu, melainkan momentum untuk mempersiapkan diri secara rohaniah.
Kemuliaan Rajab telah disinggung dalam berbagai riwayat Islam. Bulan ini memiliki keistimewaan tersendiri karena merupakan permulaan dari tiga bulan yang sangat dinanti. Rasulullah SAW pernah bersabda mengenai keutamaan bulan haram, di mana amal kebaikan dilipatgandakan pahalanya, demikian pula dengan perbuatan dosa yang akan lebih besar dosanya.
Salah satu keutamaan yang paling terkenal terkait dengan bulan Rajab adalah peristiwa besar dalam sejarah kenabian, yaitu Isra’ Mi’raj. Perjalanan luar biasa Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa (Isra’) dan kemudian naik ke Sidratul Muntaha (Mi’raj) untuk menerima perintah shalat lima waktu terjadi pada bulan ini. Peristiwa ini menegaskan betapa istimewanya Rajab sebagai saksi salah satu mukjizat terbesar Islam.
Meskipun tidak ada amalan puasa wajib khusus di bulan Rajab seperti di Ramadan, umat Muslim dianjurkan untuk meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Persiapan rohani ini sangat penting agar transisi menuju bulan Syakban dan Ramadan berjalan mulus.
Peristiwa agung Isra’ Mi’raj yang jatuh di bulan Rajab menjadi pelajaran fundamental. Perjalanan tersebut menunjukkan pentingnya komunikasi langsung antara hamba (Nabi Muhammad SAW) dengan Penciptanya. Penerimaan perintah shalat lima waktu sebagai tiang agama adalah inti dari hikmah perjalanan ini. Oleh karena itu, memasuki Rajab mengingatkan kita untuk meninjau kembali kualitas shalat kita. Apakah shalat kita telah menjadi sarana mikraj—yaitu perjalanan ruhani—kita menuju ketenangan dan kedekatan dengan Allah?
Bulan Rajab adalah bulan menanam. Jika di Ramadan kita memanen hasilnya, maka di Rajab kita harus menyemai benih ketaatan. Sikap waspada dan persiapan diri adalah kunci utama. Jauhi kemaksiatan, perbanyak dzikir, dan tata niat untuk menyambut bulan-bulan penuh rahmat yang akan segera tiba. Keistimewaan bulan ini terletak pada kesempatan untuk mengasah jiwa sebelum memasuki arena perjuangan besar di bulan-bulan berikutnya. Ini adalah masa di mana energi spiritual perlu mulai digalakkan secara perlahan namun konsisten.
Dengan kesadaran akan kemuliaan Rajab, semoga setiap Muslim dapat memanfaatkan setiap detiknya untuk meraih ridha ilahi dan mempersiapkan hati yang bersih menyambut keagungan Ramadan.