Gambar representasi visual Buya Syafi'i MA Arif.
Buya Syafi'i MA Arif adalah sebuah nama yang tidak asing di telinga umat Islam, khususnya di kalangan yang mendalami tradisi keilmuan Islam yang berakar kuat di nusantara. Sosok ulama ini dikenal bukan hanya karena kedalaman ilmunya dalam berbagai disiplin ilmu agama, tetapi juga karena perannya yang aktif dalam menjaga kemurnian ajaran Islam sembari merawat kearifan lokal. Kehadirannya seringkali menjadi mercusuar di tengah tantangan zaman yang terus berubah.
Gelar "Buya" sendiri menandakan penghormatan tertinggi terhadap seorang ulama besar yang menguasai ilmu agama secara menyeluruh—dari fiqh, tafsir, hadis, hingga tasawuf. Buya Syafi'i MA Arif mewarisi tradisi keilmuan yang kokoh, seringkali terhubung dengan pesantren-pesantren salafiyah yang menjadi benteng utama penyebaran Islam ala Ahlussunnah wal Jama'ah. Dedikasinya melampaui batas-batas pengajaran di majelis taklim; beliau turut andil dalam membentuk karakter moralitas masyarakat.
Salah satu ciri khas Buya Syafi'i MA Arif adalah pendekatannya yang moderat. Di saat diskursus keagamaan seringkali terjebak dalam polarisasi ekstrem, Buya konsisten menawarkan jalan tengah. Pemahaman beliau terhadap teks-teks klasik dipadukan dengan konteks kekinian menciptakan pandangan yang relevan dan mudah dicerna oleh berbagai lapisan masyarakat. Ketika membahas isu-isu kontemporer, beliau selalu mengedepankan prinsip al-muhâfadhah ‘alâ al-qadîm al-shâlih wa al-akhdzu bi al-jadîd al-ashlah (mempertahankan tradisi lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik).
Kajian beliau mengenai tasawuf, misalnya, selalu menekankan pada aspek aplikatifnya dalam kehidupan sehari-hari. Bukan sekadar ritual mistis, melainkan pembentukan akhlak mulia dan penyucian jiwa yang menjadi inti ajaran Islam. Hal ini menjadikan Buya Syafi'i MA Arif sebagai rujukan penting bagi mereka yang mencari keseimbangan antara ilmu (syariat) dan rasa (hakikat). Banyak santri dan murid yang datang berguru kepadanya, berharap mendapatkan ilmu yang tidak hanya pintar secara intelektual, tetapi juga tajam secara spiritual.
Selain peranannya sebagai pendidik agama, Buya Syafi'i MA Arif juga aktif dalam ranah sosial kemasyarakatan. Beliau memahami bahwa Islam adalah rahmatan lil 'alamin, yang berarti ajarannya harus memberikan manfaat nyata bagi seluruh ciptaan, termasuk bangsa dan negara. Dalam banyak kesempatan, Buya menekankan pentingnya loyalitas kebangsaan tanpa mengorbankan prinsip-prinsip akidah. Keharmonisan antara keislaman dan keindonesiaan adalah tema sentral dalam ceramah-ceramahnya.
Kontribusi beliau terlihat dalam upayanya meredam konflik-konflik sosial yang berlatar belakang perbedaan pandangan keagamaan. Dengan otoritas keilmuannya, Buya sering didatangi tokoh lintas iman maupun lintas mazhab untuk meminta pandangan penengah. Ketegasan beliau dalam membela kebenaran, yang dibalut dengan tutur kata yang lembut, menjadikannya sosok yang disegani sekaligus dicintai. Beliau adalah jembatan penghubung antara generasi tua yang memegang teguh sanad keilmuan, dengan generasi muda yang haus akan pencerahan spiritual yang kontekstual.
Warisan Buya Syafi'i MA Arif tidak hanya berupa buku-buku atau rekaman pengajian, melainkan tertanam dalam ribuan murid yang telah dididiknya. Mereka kini tersebar di berbagai sektor, membawa semangat keilmuan yang diajarkan oleh Buya: semangat untuk terus belajar, beramal, dan berbakti kepada masyarakat. Pendidikan karakter yang beliau tanamkan—integritas, kerendahan hati, dan ketekunan—menjadi cetak biru bagi para penerus dakwah.
Pengaruh Buya Syafi'i MA Arif terus terasa hingga kini. Beliau adalah contoh nyata seorang ulama yang benar-benar membumi. Pengabdiannya yang konsisten selama puluhan tahun dalam mendidik umat menjadikan namanya abadi sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah intelektual Islam di Indonesia. Studi mendalam terhadap karya-karya dan pemikirannya akan selalu relevan untuk memahami bagaimana Islam dijalankan secara utuh, seimbang, dan penuh kasih sayang dalam bingkai kebangsaan.