Ilustrasi perhitungan arisan.
Arisan adalah kegiatan patungan dana secara berkala yang lazim dilakukan di Indonesia. Tujuan utamanya adalah mengumpulkan sejumlah uang yang cukup besar dalam waktu singkat untuk dibagikan kepada salah satu anggota secara bergiliran. Agar arisan berjalan lancar, transparan, dan tanpa konflik, pemahaman yang benar mengenai cara menghitung setoran, pembagian hasil, serta manajemen risiko adalah kunci utama.
Menghitung arisan terdengar sederhana, namun kompleksitas muncul ketika kita mempertimbangkan potensi pemotongan atau premi yang mungkin diberlakukan. Secara fundamental, arisan melibatkan dua komponen utama: jumlah peserta dan besaran iuran per periode.
Sebelum memulai perhitungan matematis, kesepakatan harus dibuat mengenai beberapa parameter penting:
Jika arisan dilakukan tanpa adanya sistem potongan atau premi (arisan murni 100% kembali ke anggota), perhitungannya sangat mudah:
Iuran per Orang = Total Nilai Arisan (V) / Jumlah Peserta (N)
Contoh: Jika arisan bernilai Rp10.000.000 dan diikuti 10 orang, maka iuran dasar setiap orang adalah Rp1.000.000 per periode.
Banyak arisan modern menerapkan sistem potongan, sering disebut ‘uang kas’ atau ‘premi’. Potongan ini biasanya digunakan untuk biaya operasional pengurus, atau sebagai ‘uang kaget’ bagi yang mendapat giliran pertama. Inilah bagian di mana perhitungan menjadi lebih krusial.
Misal, arisan memiliki 10 peserta (N=10). Total dana yang ingin dibagikan adalah Rp10.000.000 (V). Namun, pengurus menetapkan potongan Rp50.000 per orang untuk kas dana sosial.
Dalam skenario ini, jika iuran dasar adalah Rp1.000.000, maka setiap peserta wajib membayar Rp1.050.000 (Rp1.000.000 iuran + Rp50.000 potongan).
Penting: Keterbukaan mengenai penggunaan potongan Rp500.000 ini harus dijelaskan di awal agar tidak terjadi kesalahpahaman di tengah periode berjalan.
Dalam arisan, ada dua metode umum untuk menentukan siapa yang mengambil uang terlebih dahulu:
Jika Anda adalah peserta yang mengambil di periode tertentu melalui lelang, cara menghitung uang yang Anda terima adalah sebagai berikut:
Uang Diterima = Total Nilai Arisan (V) - Jumlah Lelang (L)
Contoh: V = Rp10.000.000. Dalam lelang periode ini, anggota A menawar Rp500.000 (berarti A rela potong Rp500.000 dari haknya).
Uang yang diterima A adalah: Rp10.000.000 - Rp500.000 = Rp9.500.000.
Rp500.000 yang dipotong ini kemudian dibagikan kepada 9 anggota lain yang tersisa, sehingga setiap anggota lain mendapat tambahan sekitar Rp55.555 (Rp500.000 dibagi 9). Ini adalah cara menghitung pembagian keuntungan dari sistem lelang.
Transparansi adalah mata uang terpenting dalam arisan. Untuk memastikan tidak ada selisih dalam cara menghitung arisan:
Dengan perhitungan yang matang dan komunikasi yang terbuka, arisan dapat menjadi sarana pengumpulan dana yang efektif tanpa menimbulkan perselisihan di antara anggota.