Asas Nasional: Memahami Sifat Aktif dan Pasif dalam Konteks Berbangsa
Dalam dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, pemahaman mengenai berbagai asas dan prinsip menjadi krusial untuk menjaga keutuhan serta kemajuan suatu bangsa. Salah satu konsep yang sering muncul dalam berbagai diskusi, baik di ranah politik, sosial, maupun budaya, adalah pembedaan antara pendekatan atau sikap yang aktif dan pasif. Konsep ini bukan hanya sekadar dikotomi, melainkan sebuah spektrum yang menggambarkan bagaimana individu atau kelompok berinteraksi dengan lingkungannya, kebijakan, serta tantangan yang dihadapi bangsa. Memahami contoh dari masing-masing asas ini akan memberikan gambaran yang lebih konkret tentang bagaimana keduanya beroperasi dan dampaknya bagi bangsa.
Asas Nasional Aktif: Dinamika dan Inisiatif untuk Kemajuan
Asas nasional aktif mengacu pada pendekatan yang ditandai dengan proaktivitas, inisiatif, dan keterlibatan langsung dalam proses pembangunan dan penjagaan kebangsaan. Individu atau kelompok yang menganut asas aktif tidak hanya menjadi penonton, tetapi berperan sebagai agen perubahan yang berusaha membentuk, memperbaiki, dan mempertahankan nilai-nilai serta kepentingan nasional. Sikap ini mendorong partisipasi yang lebih dalam, mulai dari memberikan gagasan, terlibat dalam advokasi, hingga mengambil tindakan nyata untuk menyelesaikan permasalahan bangsa.
Beberapa contoh asas nasional aktif dapat diidentifikasi dalam berbagai aspek:
Partisipasi Politik yang Progresif: Warga negara yang aktif memberikan suara dalam pemilihan umum, terlibat dalam kampanye positif, atau bahkan mencalonkan diri menjadi wakil rakyat. Mereka tidak hanya memilih, tetapi juga mengawal kebijakan yang dianggap baik bagi bangsa dan kritis terhadap kebijakan yang dinilai merugikan.
Gerakan Sosial dan Advokasi: Organisasi masyarakat sipil atau kelompok advokasi yang secara aktif mengkampanyekan isu-isu penting seperti lingkungan hidup, hak asasi manusia, pemberantasan korupsi, atau peningkatan kualitas pendidikan. Mereka melakukan riset, demonstrasi damai, lobi, dan edukasi publik untuk mendorong perubahan.
Inovasi dan Kewirausahaan Nasional: Para inovator, ilmuwan, dan pengusaha yang menciptakan solusi-solusi baru untuk masalah bangsa, seperti teknologi ramah lingkungan, pengembangan produk lokal yang berdaya saing global, atau startup yang menciptakan lapangan kerja dan mendorong ekonomi.
Pertahanan dan Keamanan Negara: Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) yang bertugas menjaga kedaulatan, wilayah, dan keamanan warga negara. Mereka berada di garis depan dalam menghadapi ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri.
Pelestarian Budaya dan Identitas: Komunitas atau individu yang secara aktif mempromosikan dan melestarikan kekayaan budaya bangsa melalui seni, pertunjukan, literatur, atau edukasi sejarah. Mereka berupaya agar identitas nasional tetap kuat di tengah arus globalisasi.
Asas Nasional Pasif: Responsivitas dan Adaptabilitas dalam Bingkai Stabilitas
Sebaliknya, asas nasional pasif menggambarkan pendekatan yang lebih cenderung pada responsivitas, adaptabilitas, dan pemeliharaan stabilitas. Individu atau kelompok dengan asas pasif mungkin tidak secara langsung memprakarsai perubahan besar, namun mereka memegang peranan penting dalam menjaga kelangsungan sistem, mematuhi aturan, dan beradaptasi terhadap kebijakan atau kondisi yang ada. Sikap ini seringkali menekankan pada kewajiban dan ketaatan terhadap norma yang berlaku, serta kesiapan untuk menyesuaikan diri demi keutuhan.
Berikut adalah contoh asas nasional pasif:
Kepatuhan terhadap Hukum dan Peraturan: Warga negara yang tertib membayar pajak, mematuhi rambu lalu lintas, dan menjalankan peraturan perundang-undangan yang berlaku tanpa perlu dipaksa. Mereka menerima dan menjalankan aturan demi ketertiban umum.
Pelaksanaan Tugas Struktural: Pegawai negeri sipil atau pekerja di instansi pemerintah yang menjalankan tugas-tugas administratif dan pelayanan publik sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Mereka memastikan roda pemerintahan berjalan lancar.
Adaptasi terhadap Kebijakan Pemerintah: Masyarakat yang menerima dan beradaptasi terhadap kebijakan baru yang dikeluarkan pemerintah, meskipun mungkin ada perbedaan pendapat awal. Mereka menunggu arahan dan berusaha mengikuti.
Menjaga Ketertiban Lingkungan: Individu yang menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal, tidak membuat keributan yang mengganggu tetangga, dan berperilaku sopan dalam interaksi sosial sehari-hari, sebagai wujud kontribusi pada stabilitas komunitas.
Menghormati Simbol Nasional: Sikap menghormati bendera negara saat dikibarkan, menyanyikan lagu kebangsaan, atau menghargai hari-hari besar nasional, yang menunjukkan rasa cinta tanah air tanpa harus terlibat dalam aksi demonstrasi.
Sinergi antara Aktif dan Pasif
Penting untuk diingat bahwa kedua asas ini bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri secara mutlak. Dalam banyak situasi, individu atau kelompok dapat menunjukkan kedua sifat ini secara bergantian, tergantung pada konteks dan tuntutan zaman. Seseorang mungkin aktif dalam lingkungan pekerjaan atau komunitasnya, namun bersikap pasif dalam urusan politik yang lebih luas. Sebaliknya, ada pula yang cenderung pasif namun dapat menjadi sangat aktif ketika ada panggilan mendesak untuk membela negara.
Kemajuan sebuah bangsa sejatinya membutuhkan keseimbangan antara keduanya. Asas aktif mendorong inovasi dan perbaikan, sementara asas pasif memastikan stabilitas dan kelancaran jalannya sistem. Tanpa yang aktif, bangsa bisa stagnan dan mudah tergerus zaman. Tanpa yang pasif, bangsa bisa mengalami kekacauan dan ketidakstabilan. Oleh karena itu, memahami dan mengapresiasi kontribusi dari kedua pendekatan ini adalah kunci untuk membangun fondasi kebangsaan yang kokoh dan dinamis.