Memahami Nuansa Qurb, Qarīb, dan Danā dalam Lintas Bahasa dan Spiritual
Konsep kedekatan atau proximity adalah salah satu pilar dasar dalam komunikasi manusia, menentukan lokasi, waktu, dan hubungan emosional. Dalam bahasa Arab, sebuah bahasa yang kaya akan akar kata dan makna yang berlapis, kata untuk 'dekat' jauh lebih kompleks daripada sekadar satu terjemahan tunggal. Ia merentang dari jarak fisik yang minimal hingga hubungan spiritual yang tak terhingga.
Bahasa Arab, melalui akar trilateralnya yang sistematis, menyediakan berbagai kata yang masing-masing membawa nuansa, konteks, dan tingkat kedekatan yang spesifik. Eksplorasi ini akan membedah akar kata utama yang digunakan untuk mengekspresikan kedekatan, khususnya akar ق ر ب (Qaf-Ra-Ba) dan د ن و (Dal-Nun-Waw), serta bagaimana penggunaannya mempengaruhi tata bahasa, retorika, dan bahkan teologi Islam.
Memahami kedekatan dalam bahasa Arab bukan hanya soal kosakata, melainkan juga memahami bagaimana budaya dan ajaran agama memandang hubungan antara entitas—antara dua objek, antara waktu sekarang dan masa depan, atau yang paling penting, antara hamba dan Penciptanya. Kedalaman makna yang terkandung dalam kata-kata ini merupakan kunci untuk membuka pemahaman yang lebih kaya terhadap teks-teks klasik dan percakapan sehari-hari.
Alt Text: Diagram yang menunjukkan pergerakan dua titik menuju satu sama lain, melambangkan konsep kedekatan (Qurb).
Akar ق ر ب (Qaf-Ra-Ba) adalah akar kata yang paling fundamental dan serbaguna untuk menyampaikan makna kedekatan. Dari akar ini, muncul dua bentuk kata kunci yang memiliki peran berbeda dalam tata bahasa dan konteks.
Kata قَرِيب (Qarīb) berfungsi sebagai kata sifat (adjektiva) yang berarti 'dekat', 'mendekati', atau 'calon'. Bentuk ini sangat umum digunakan untuk mendeskripsikan jarak spasial atau temporal.
| Bentuk | Vokalisasi | Arti (Dekat/Kerabat) |
|---|---|---|
| Tunggal Laki-laki | قَرِيب (Qarīb) | Dekat / Kerabat |
| Tunggal Perempuan | قَرِيبَة (Qarībah) | Dekat (f.) |
| Jamak Laki-laki (Benda) | قُرُب (Qurub) | Dekat (pl.) |
| Jamak Manusia (Kerabat) | أَقَارِب (Aqārib) | Kerabat / Sanak Saudara |
Spasial: المَسْجِدُ قَرِيبٌ مِنَ البَيْتِ.
Al-masjidu qarībun mina al-baiti.
Terjemahan: Masjid itu dekat dari rumah.
Temporal: سَأَلْتَقِيكَ قَرِيبًا.
Sa'altaqīka qarīban.
Terjemahan: Saya akan bertemu denganmu segera (dalam waktu dekat).
قُرْب (Qurb) adalah kata benda masdar (verbal noun) dari akar Q-R-B. Ini berarti 'kedekatan', 'jarak dekat', atau 'proximity' secara abstrak. Kata ini sering digunakan untuk menunjukkan keadaan berada dalam jarak dekat.
Bentuk lain yang sangat penting adalah القُرْبَة (al-Qurbah), yang membawa makna yang lebih mendalam, yaitu 'tindakan mendekatkan diri', 'persembahan', atau 'amalan saleh yang mendekatkan seseorang kepada Tuhan'. Kata ini memiliki bobot teologis dan spiritual yang signifikan, jauh melampaui sekadar jarak fisik.
Dalam konteks agama, Qurbah adalah motivasi di balik amal kebajikan. Seseorang berpuasa, bersedekah, atau berhaji li wajhillah wa talaban lil-qurbah (demi wajah Allah dan mencari kedekatan). Ini menunjukkan bahwa 'kedekatan' adalah tujuan tertinggi dari setiap ibadah.
Qurb (Jarak): يَجْلِسُ فِي قُرْبِ النَّافِذَةِ.
Yajlisu fī quribi an-nāfidhah.
Terjemahan: Dia duduk di dekat jendela (di dalam kedekatan jendela).
Qurbah (Spiritual): الصَّلَاةُ مِنْ أَعْظَمِ القُرَبِ.
As-salātu min a’ẓami al-qurab.
Terjemahan: Salat adalah salah satu perbuatan paling mulia yang mendekatkan (kepada Tuhan).
Bentuk أَقْرَب (Aqrab) adalah bentuk komparatif (lebih dekat) dan superlatif (paling dekat). Ini digunakan untuk membandingkan dua atau lebih entitas dalam hal jarak, waktu, atau hubungan.
Perbandingan: هَذَا المَكَانُ أَقْرَبُ إِلَى السُّوقِ.
Hādha al-makānu aqrabu ilā as-sūqi.
Terjemahan: Tempat ini lebih dekat ke pasar.
Untuk mencapai pemahaman penuh tentang "dekat", kita harus meninjau verba yang berasal dari akar Q-R-B. Verba ini menjelaskan tindakan mendekat itu sendiri, baik yang dilakukan secara sukarela (transitif) maupun yang terjadi secara alami (intransitif). Bahasa Arab menggunakan berbagai wazan (bentuk) untuk memvariasikan makna kedekatan.
Ini adalah bentuk dasar dari verba yang berakar pada kedekatan. Ini berarti 'dia menjadi dekat' atau 'dia berada dekat'. Verba ini biasanya intransitif, menggambarkan keadaan.
| Aspek | Verba Lampau (Māḍī) | Verba Sekarang (Muḍāri’) | Masdar (Kata Benda Verbal) |
|---|---|---|---|
| Bentuk Dasar | قَرُبَ (Qaruba) | يَقْرُبُ (Yaqrubu) | قُرْب (Qurb) |
Wazan II berfungsi sebagai intensifikasi atau kausatif (menyebabkan). قَرَّبَ berarti 'dia mendekatkan sesuatu' atau 'dia membuat sesuatu menjadi dekat'. Ini adalah tindakan aktif yang mentransfer objek dari jauh menjadi dekat.
Contoh: قَرَّبَ الطَّعَامَ مِنَ الضَّيْفِ.
Qarraba aṭ-ṭa'āma mina aḍ-ḍaifi.
Terjemahan: Dia mendekatkan makanan itu kepada tamu.
Wazan IV (Af’ala) sering kali memiliki makna kausatif. Dalam konteks Q-R-B, ia dapat berarti 'dia membawa/menyajikan sesuatu' atau 'dia menyediakan kedekatan' (meskipun قَرَّبَ lebih umum untuk makna transitif ini). Namun, dalam dialek tertentu dan penggunaan yang kurang umum, ia merujuk pada membawa seseorang ke tempat yang dekat.
Ini adalah bentuk yang sangat penting, terutama dalam konteks spiritual. Wazan V bersifat refleksif, artinya subjek melakukan tindakan kepada dirinya sendiri. تَقَرَّبَ berarti 'dia mendekatkan dirinya sendiri', 'dia berusaha mendekat', atau 'dia mencari kedekatan'. Ini membutuhkan usaha dari pihak subjek.
Kata benda masdarnya, تَقَرُّب (Taqarrub), adalah istilah standar untuk 'mendekatkan diri kepada Tuhan' melalui ibadah dan amal saleh.
Contoh Spiritual: تَقَرَّبَ العَبْدُ إِلَى رَبِّهِ بِالصَّوْمِ.
Taqarraba al-'abdu ilā rabbihi biṣ-ṣawmi.
Terjemahan: Hamba itu mendekatkan diri kepada Tuhannya dengan puasa.
Wazan VIII (Ifta’ala) sering kali memberikan makna partisipatif atau aktif. اِقْتَرَبَ berarti 'dia mendekat' atau 'dia menghampiri'. Ini adalah verba yang paling sering digunakan dalam Al-Qur'an dan percakapan untuk menyatakan mendekat secara umum, baik spasial maupun temporal.
Masdarnya, اِقْتِرَاب (Iqtirāb), digunakan secara khusus dalam konteks Hari Akhir, sering diterjemahkan sebagai 'saat penghampiran' atau 'kedatangan yang mendekat'.
Contoh Temporal (Al-Qur'an): اِقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ.
Iqtarabati as-sā'atu.
Terjemahan: Hari Kiamat telah mendekat.
Perbedaan antara تَقَرَّبَ dan اِقْتَرَبَ sangat halus: yang pertama menekankan usaha dan niat untuk mencapai kedekatan (seringkali spiritual), sedangkan yang kedua adalah pernyataan fakta bahwa kedekatan telah tercapai atau sedang berlangsung (seringkali fisik atau temporal).
Alt Text: Diagram yang melambangkan usaha atau perjalanan (Taqarrub) dari titik awal menuju kedekatan (Qurb) sebagai tujuan.
Salah satu penggunaan kata 'dekat' yang paling kaya dan mendalam dalam bahasa Arab adalah dalam konteks hubungan antara manusia (al-insān) dan Tuhan (Allah). Konsep Kedekatan Ilahi, atau *Qurb Allāh*, bukan merujuk pada jarak spasial—karena Allah tidak terikat oleh ruang—melainkan kedekatan esensi, pengetahuan, dan rahmat.
Al-Qur'an berulang kali menegaskan kedekatan Allah kepada hamba-Nya, sering kali menggunakan akar Q-R-B dan juga istilah yang lebih metaforis. Ayat-ayat ini meniadakan gagasan tentang Tuhan yang jauh dan tidak peduli.
Surah Qaf, ayat 16, adalah salah satu ayat yang paling kuat yang menjelaskan kedekatan Allah melalui kata kerja نَقْرُبُ (Naqrubu).
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
Terjemahan: Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.
Ulama tafsir menjelaskan bahwa "lebih dekat daripada urat leher" tidak berarti Allah berada secara fisik di dalam tubuh, melainkan merujuk pada kedekatan pengetahuan, pengawasan, dan kekuasaan-Nya. Allah mengetahui setiap bisikan dan pikiran, bahkan sebelum ia terwujud. Kedekatan ini bersifat omnipresent dan mutlak.
Dalam Surah Al-Baqarah, kedekatan ini dihubungkan dengan respons terhadap doa:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
Terjemahan: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku ini dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.
Penggunaan فَإِنِّي قَرِيبٌ (Maka sesungguhnya Aku dekat) berfungsi sebagai penegasan langsung dan personal, tanpa perantara. Ini memberikan jaminan bahwa akses hamba kepada Tuhan bersifat langsung dan segera.
Sementara Allah secara esensi mutlak dekat, manusia diperintahkan untuk melakukan *Taqarrub*—usaha mendekatkan diri kepada-Nya. Ini menciptakan hubungan timbal balik: Allah dekat secara zat, dan hamba harus dekat secara tindakan.
Salah satu landasan utama konsep Taqarrub adalah Hadis Qudsi yang masyhur, yang menjelaskan bagaimana kedekatan dicapai:
Ketika cinta ini tercapai, hadis tersebut menjelaskan bahwa Allah menjadi "pendengaran yang dengannya ia mendengar, penglihatan yang dengannya ia melihat..." Ini adalah puncak dari مَقَامُ القُرْب (Maqām al-Qurb), atau 'maqam kedekatan', di mana kehendak hamba selaras sepenuhnya dengan kehendak Ilahi.
Meskipun keduanya berasal dari akar yang sama, terdapat perbedaan fungsional dalam istilah ini ketika digunakan dalam teks hukum Islam (Fiqh) dan tasawuf:
| Istilah | Makna Dasar | Konteks Penggunaan | Fokus |
|---|---|---|---|
| القُرْبَة (Al-Qurbah) | Tindakan ibadah/persembahan | Fiqh (Hukum Islam) | Validitas amal (apakah amal itu sah sebagai persembahan kepada Tuhan). |
| التَّقَرُّب (At-Taqarrub) | Proses mendekatkan diri | Tasawuf (Spiritualitas) | Proses psikologis dan spiritual hamba yang termotivasi oleh niat murni. |
Kedalaman ini menunjukkan bagaimana satu akar kata dapat menghasilkan konsep yang mencakup tata bahasa (Qarīb), hukum (Qurbah), dan spiritualitas (Taqarrub), semuanya berpusat pada hubungan kedekatan.
Akar kata kedua yang krusial untuk konsep 'dekat' adalah د ن و (Dal-Nun-Waw). Akar ini berfokus lebih pada verba tindakan (dinamis) 'mendekat' atau 'menghampiri', dan juga menghasilkan bentuk komparatif yang sangat sering digunakan.
دَنَا (Danā) adalah verba lampau (māḍī) yang berarti 'dia mendekat' atau 'dia menghampiri'. Berbeda dengan قَرُبَ yang bisa menggambarkan keadaan statis (dekat), دَنَا selalu menyiratkan pergerakan atau transisi menuju kedekatan.
| Aspek | Vokalisasi | Arti |
|---|---|---|
| Verba Lampau | دَنَا (Danā) | Dia mendekat |
| Verba Sekarang | يَدْنُو (Yadnū) | Dia sedang/akan mendekat |
| Masdar | دُنُوّ (Dunuww) | Proses mendekat / Kedekatan |
Penggunaan دَنَا yang paling terkenal ada dalam deskripsi pertemuan Nabi Muhammad dengan Allah dalam peristiwa Mi’raj, yang mencapai puncak kedekatan:
ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّى * فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى
Terjemahan: Kemudian ia (Jibril/Nabi) mendekat, lalu dia bertambah dekat. Maka jadilah dia dekat (jaraknya) dua busur panah atau lebih dekat lagi (Adnā).
Ayat ini menampilkan tiga tingkat kedekatan: دَنَا (Dia mendekat), فَتَدَلَّى (Lalu dia menjulur/bertambah dekat), dan puncaknya أَوْ أَدْنَى (atau lebih dekat lagi).
أَدْنَى (Adnā) adalah bentuk komparatif dari akar D-N-W, serupa dengan أَقْرَب (Aqrab) dari Q-R-B. Namun, أَدْنَى membawa konotasi ganda yang penting:
Duniawi: الحَيَاةُ الدُّنْيَا
Al-Ḥayāh ad-Dunyā.
Terjemahan: Kehidupan dunia (yang paling dekat/rendah).
Minimum: أَدْنَى العَذَابِ.
Adnā al-'Adhābi.
Terjemahan: Siksa yang paling ringan/minimal.
Interaksi antara akar Q-R-B dan D-N-W menunjukkan kekayaan linguistik Arab. Q-R-B lebih fokus pada keadaan dan hubungan (kerabat, persembahan), sedangkan D-N-W lebih fokus pada gerakan menuju kedekatan (Danā) dan tingkat perbandingan (Adnā).
Selain kata sifat dan verba dari akar Q-R-B dan D-N-W, bahasa Arab juga menggunakan preposisi dan kata keterangan tertentu untuk menunjukkan kedekatan fisik (spasial) yang spesifik.
Ini adalah cara yang sangat jelas untuk menyatakan lokasi 'di sebelah' atau 'di samping' suatu objek.
Contoh: وَقَفْتُ بِجَانِبِ السَّيَّارَةِ.
Waqaftu bijānibi as-sayyārati.
Terjemahan: Saya berdiri di samping mobil.
Kata ini berarti 'di sekitar' atau 'mengelilingi'. Meskipun tidak menunjukkan kedekatan langsung, ia menggambarkan sekelompok objek atau orang yang berada dalam radius dekat dari titik pusat.
Contoh: جَلَسَ الأَطْفَالُ حَوْلَ المُعَلِّمِ.
Jalasa al-aṭfālu ḥawla al-mu'allimi.
Terjemahan: Anak-anak duduk di sekitar guru.
Preposisi عِنْدَ (ʿInda) sangat fleksibel. Meskipun sering diterjemahkan sebagai 'pada' atau 'di', ketika merujuk pada lokasi, ia membawa makna kedekatan yang longgar, seperti 'di tempat' atau 'di dekat' seseorang atau sesuatu.
Contoh: الكِتَابُ عِنْدَ الطَّاوِلَةِ.
Al-kitābu 'inda aṭ-ṭāwilah.
Terjemahan: Buku itu ada di dekat meja (atau pada meja/di sisi meja).
Dalam konteks temporal dan spiritual, عِنْدَ sangat penting. Ketika digunakan untuk Allah (عِنْدَ اللَّهِ), ini merujuk pada 'di sisi Allah' atau 'di dalam pengetahuan dan kekuasaan Allah', menekankan kedekatan yang otoritatif dan non-spasial.
لَدَى (Ladā) serupa dengan عِنْدَ tetapi cenderung lebih formal atau spesifik. Ia sering digunakan untuk merujuk pada kepemilikan atau kehadiran formal.
Contoh: لَدَى القَاضِي الأَدِلَّةُ.
Ladā al-qāḍī al-adillatu.
Terjemahan: Bukti-bukti ada di sisi (pada/di dekat) hakim.
Perbedaan nuansa antara قَرِيب, بِجَانِب, dan عِنْدَ adalah sebagai berikut:
Dalam bahasa Arab, 'dekat' tidak hanya berlaku untuk lokasi, tetapi juga untuk waktu (masa depan yang segera datang) dan hubungan abstrak lainnya.
Sebagaimana telah disinggung, قَرِيبًا (Qarīban) berfungsi sebagai kata keterangan waktu yang berarti 'segera', 'tidak lama lagi'.
Contoh: سَأُسَافِرُ إِلَى بَيْتِي قَرِيبًا.
Sa'usāfiru ilā baitī qarīban.
Terjemahan: Saya akan bepergian ke rumah saya segera.
Meskipun tidak mengandung akar kata 'dekat', frasa ini memiliki makna temporal yang sama, yaitu merujuk pada waktu yang sangat dekat di masa depan.
Contoh: سَأَرْجِعُ بَعْدَ قَلِيلٍ.
Sa'arji'u ba’da qalīlin.
Terjemahan: Saya akan kembali setelah sebentar (dalam waktu dekat).
Seperti yang telah kita bahas, أَقَارِب (Aqārib) adalah jamak dari قَرِيب dan secara eksplisit merujuk pada sanak saudara atau kerabat. Istilah ini menekankan bahwa hubungan darah adalah bentuk kedekatan yang penting.
Dalam konteks hukum, 'darah terdekat' disebut أَقْرَبُ النَّاس (Aqrabu an-Nās), orang yang paling berhak atau paling dekat hubungannya, terutama dalam warisan.
Akar Q-R-B juga menghasilkan kata جَار (Jār) yang berarti 'tetangga'. Meskipun berasal dari akar J-W-R, konsep tetangga sangat erat kaitannya dengan kedekatan fisik. Islam sangat menekankan hak tetangga, yang didefinisikan berdasarkan kedekatan fisik.
Istilah الجَارُ القَرِيب (Al-Jāru al-Qarīb) (tetangga yang dekat) sering digunakan untuk membedakan antara tetangga yang tinggal di sebelah rumah (kedekatan langsung) dengan tetangga yang tinggal lebih jauh di dalam lingkungan yang sama.
Alt Text: Garis waktu menunjukkan titik sekarang bergerak menuju titik masa depan yang dekat, melambangkan Qarīban (segera).
Akar Q-R-B juga digunakan dalam konteks yang lebih formal:
Untuk memahami sepenuhnya kedalaman kata 'dekat', penting untuk meninjau bagaimana akar Q-R-B berinteraksi dengan bentuk-bentuk verba (Wazan) yang lebih jarang namun signifikan dalam bahasa Arab klasik dan modern.
Wazan VI (Tafā’ala) memberikan makna resiprokal atau saling. تَقَارَبَ berarti 'dua pihak saling mendekat' atau 'bersepakat'. Ini mengacu pada dua atau lebih entitas yang bergerak ke tengah atau mencapai kesepakatan.
Contoh: تَقَارَبَتِ المَسَافَةُ بَيْنَهُمَا.
Taqāraba al-masāfatu bainahumā.
Terjemahan: Jarak di antara keduanya saling mendekat (menjadi pendek).
Wazan X (Istafta’ala) biasanya berarti 'meminta' atau 'menganggap'. اِسْتَقْرَبَ berarti 'dia menganggap sesuatu itu dekat' atau 'dia meminta sesuatu agar didekatkan'. Bentuk ini lebih jarang dan cenderung filosofis atau retoris.
Dari akar Q-R-B, kita mendapatkan مَقْرَبَة (Maqrabah), yang berarti 'tempat yang dekat'.
Menariknya, akar Q-R-B juga menghasilkan kata-kata yang maknanya telah menjauh dari arti aslinya, tetapi masih terikat secara filologis:
Para ahli bahasa menduga bahwa konotasi kedekatan dalam kedua kata ini merujuk pada fakta bahwa sarung pedang selalu 'dekat' dengan pedang, dan kantong air selalu 'dekat' dengan penggunanya.
| Wazan | Verba Lampau | Masdar (Kata Benda) | Makna Utama |
|---|---|---|---|
| I | قَرُبَ (Qaruba) | قُرْب (Qurb) | Menjadi dekat |
| II | قَرَّبَ (Qarraba) | تَقْرِيب (Taqrīb) | Mendekatkan, membawa lebih dekat |
| III | قَارَبَ (Qāraba) | مُقَارَبَة (Muqārabah) | Mendekati, mendekat dengan hati-hati |
| IV | أَقْرَبَ (Aqrabā) | إِقْرَاب (Iqrāb) | Menyediakan, membawa (jarang) |
| V | تَقَرَّبَ (Taqarraba) | تَقَرُّب (Taqarrub) | Mendekatkan diri (refleksif, spiritual) |
| VI | تَقَارَبَ (Taqāraba) | تَقَارُب (Taqārub) | Saling mendekat (resiprokal) |
| VIII | اِقْتَرَبَ (Iqtaraba) | اِقْتِرَاب (Iqtirāb) | Mendekat, menghampiri (paling umum) |
| X | اِسْتَقْرَبَ (Istaqraba) | اِسْتِقْرَاب (Istiqrāb) | Menganggap dekat, berusaha mendekat |
Konsep مُقَارَبَة (Muqārabah) (Wazan III) sangat relevan dalam disiplin ilmu. Ini berarti 'pendekatan' atau 'approximation'.
Contoh Ilmiah: تَتَطَلَّبُ الحِسَابَاتُ مُقَارَبَة دَقِيقَة.
Tataṭallabu al-ḥisābātu muqāraba daqīqah.
Terjemahan: Perhitungan memerlukan pendekatan yang akurat (perkiraan yang mendekati nilai sejati).
Penggunaan ini menunjukkan bagaimana akar 'dekat' meluas dari ranah fisik dan spiritual ke ranah metodologi ilmiah, menandakan betapa fundamentalnya konsep ini dalam kerangka berpikir Arab.
Kata 'dekat' dalam bahasa Arab merupakan cerminan dari kompleksitas hubungan, baik yang terlihat maupun yang abstrak. Melalui akar ق ر ب (Qaf-Ra-Ba) dan د ن و (Dal-Nun-Waw), bahasa ini membedakan secara tegas antara berbagai jenis proximity.
Qarīb memberikan deskripsi statis (dekat), Iqtaraba memberikan deskripsi dinamis (aksi mendekat), Qurbah memberikan deskripsi motivasi spiritual (persembahan), dan Adnā memberikan deskripsi komparatif (lebih dekat/paling rendah).
Kedekatan (Qurb) dalam pandangan Islam adalah keadaan tertinggi yang dapat dicapai hamba, di mana batas antara kewajiban dan cinta terhapus, dan usaha (Taqarrub) menjadi jalan menuju ridha Ilahi. Ini adalah perwujudan linguistik dari prinsip teologis bahwa meskipun Tuhan Maha Tinggi, Dia juga Maha Dekat.
Kajian mendalam terhadap istilah-istilah ini bukan hanya memperkaya kosa kata bahasa Arab, tetapi juga memperluas wawasan mengenai bagaimana makna tunggal dapat dipecah menjadi spektrum nuansa yang tak terhingga, menjadikannya kunci penting dalam studi linguistik dan spiritualitas Islam.