Menguasai Dhomir: Kata Ganti dalam Bahasa Arab

Dalam mempelajari tata bahasa Arab (ilmu Nahwu), salah satu pilar fundamental yang harus dikuasai adalah pemahaman tentang Dhomir (الضَّمِيرُ). Dhomir, yang secara sederhana diterjemahkan sebagai kata ganti, merupakan elemen vital yang memberikan efisiensi, kejelasan, dan keindahan dalam struktur kalimat bahasa Arab. Tanpa dhomir, kalimat akan menjadi kaku, berulang-ulang, dan tidak efektif. Artikel ini akan mengupas secara mendalam dan komprehensif segala aspek tentang dhomir, dari klasifikasi dasarnya hingga konsep-konsep lanjutan yang sering menjadi tantangan bagi para pembelajar.

Dhomir adalah kata benda (isim) yang bersifat mabni (tetap, tidak berubah harakat akhirnya) yang berfungsi untuk menggantikan penyebutan isim zhahir (kata benda yang jelas) guna meringkas ucapan. Fungsinya setara dengan "saya", "kamu", "dia", "mereka", "-nya", "-ku", dan lain sebagainya dalam bahasa Indonesia. Memahami dhomir bukan hanya sekadar menghafal tabel, tetapi juga mengerti posisinya dalam kalimat (i'rab), kapan ia harus tampak, kapan ia harus tersembunyi, dan bagaimana ia berinteraksi dengan kata-kata lain seperti kata kerja (fi'il), kata benda (isim), dan partikel (huruf).

Klasifikasi Dhomir Bahasa Arab Dhomir (Kata Ganti) (الضمائر) Munfashil (Terpisah) (منفصل) Contoh: هُوَ، أَنْتَ، أَنَا Muttashil (Tersambung) (متصل) Contoh: ـهُ، ـكَ، ـِي Mustatir (Tersembunyi) (مستتر) Contoh: فِي كَتَبَ (هُوَ)

alt text: Diagram klasifikasi dhomir dalam bahasa Arab, menunjukkan pembagian menjadi Munfashil, Muttashil, dan Mustatir.

Klasifikasi Utama Dhomir

Secara garis besar, para ulama Nahwu membagi dhomir menjadi dua kategori utama berdasarkan penampakannya dalam tulisan dan ucapan: Dhomir Bariz (الضمير البارز) yang berarti dhomir yang tampak atau terlihat, dan Dhomir Mustatir (الضمير المستتر) yaitu dhomir yang tersembunyi atau tidak terlihat. Dhomir Bariz kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis berdasarkan keterikatannya dengan kata lain:

  1. Dhomir Munfashil (الضمير المنفصل): Dhomir yang berdiri sendiri, terpisah dalam penulisan dan pengucapan. Ia tidak bersambung dengan kata sebelum atau sesudahnya.
  2. Dhomir Muttashil (الضمير المتصل): Dhomir yang tidak bisa berdiri sendiri dan harus bersambung dengan kata lain, baik itu isim, fi'il, maupun huruf.
  3. Dhomir Mustatir (الضمير المستتر): Dhomir yang tidak memiliki bentuk fisik dalam lafaz, namun keberadaannya dapat dipahami dari konteks kalimat, khususnya dari bentuk kata kerjanya.

Mari kita selami masing-masing kategori ini dengan lebih detail, lengkap dengan tabel, contoh, dan analisis i'rabnya.

1. Dhomir Munfashil (الضمير المنفصل) - Dhomir yang Berdiri Sendiri

Dhomir Munfashil adalah jenis dhomir yang paling mudah dikenali karena bentuknya yang independen. Ia bisa menjadi subjek di awal kalimat atau objek yang didahulukan untuk penekanan. Dhomir Munfashil sendiri terbagi menjadi dua berdasarkan posisi i'rabnya: Marfu' (untuk posisi subjek) dan Manshub (untuk posisi objek).

A. Dhomir Munfashil Marfu' (ضمائر الرفع المنفصلة)

Dhomir jenis ini selalu berada dalam keadaan rafa' (kedudukan nominatif). Biasanya, ia menempati posisi sebagai Mubtada' (subjek dalam kalimat nominal) atau sebagai Taukid (penegas) untuk dhomir lain.

Ada 12 bentuk dhomir munfashil marfu' yang dikelompokkan berdasarkan kata ganti orang:

Jenis Kategori Dhomir (Arab) Arti
Ghaib (Orang ke-3) Tunggal Laki-laki (Mufrad Mudzakkar) هُوَ Dia (lk)
Ganda Laki-laki/Perempuan (Mutsanna) هُمَا Mereka berdua
Jamak Laki-laki (Jama' Mudzakkar) هُمْ Mereka (lk)
Tunggal Perempuan (Mufrad Muannats) هِيَ Dia (pr)
Jamak Perempuan (Jama' Muannats) هُنَّ Mereka (pr)
Mukhatab (Orang ke-2) Tunggal Laki-laki (Mufrad Mudzakkar) أَنْتَ Kamu (lk)
Ganda Laki-laki/Perempuan (Mutsanna) أَنْتُمَا Kalian berdua
Jamak Laki-laki (Jama' Mudzakkar) أَنْتُمْ Kalian (lk)
Tunggal Perempuan (Mufrad Muannats) أَنْتِ Kamu (pr)
Jamak Perempuan (Jama' Muannats) أَنْتُنَّ Kalian (pr)
Mutakallim (Orang ke-1) Tunggal (Laki-laki/Perempuan) أَنَا Saya
Ganda/Jamak (Laki-laki/Perempuan) نَحْنُ Kami/Kita

Contoh Penggunaan dan I'rab Dhomir Munfashil Marfu'

هُوَ مُهَنْدِسٌ.

Dia (lk) adalah seorang insinyur.

I'rab: هُوَ: Dhomir munfashil mabni 'alal fathi fi mahalli raf'in mubtada'. (Dhomir terpisah yang harakat akhirnya tetap fathah, menempati posisi rafa' sebagai mubtada'/subjek).
مُهَنْدِسٌ: Khabar marfu'un wa 'alamatu raf'ihi adh-dhommah. (Predikat dalam keadaan rafa', tanda rafa'-nya adalah dhommah).

نَحْنُ مُسْلِمُونَ.

Kami adalah orang-orang muslim.

I'rab: نَحْنُ: Dhomir munfashil mabni 'alad dhommi fi mahalli raf'in mubtada'. (Dhomir terpisah yang harakat akhirnya tetap dhommah, menempati posisi rafa' sebagai mubtada'/subjek).
مُسْلِمُونَ: Khabar marfu'un wa 'alamatu raf'ihi al-wawu li-annahu jam'u mudzakkarin salim. (Predikat dalam keadaan rafa', tanda rafa'-nya adalah huruf waw karena ia adalah jamak mudzakkar salim).

B. Dhomir Munfashil Manshub (ضمائر النصب المنفصلة)

Dhomir jenis ini selalu berada dalam keadaan nashab (kedudukan akusatif). Fungsi utamanya adalah sebagai Maf'ul bih muqaddam (objek yang didahulukan). Mendahulukan objek ini biasanya bertujuan untuk penekanan atau pembatasan (al-hasr wal ikhtishash), yang berarti "hanya" atau "khususnya".

Bentuknya selalu diawali dengan lafaz إِيَّا yang kemudian diikuti oleh dhomir muttashil yang sesuai.

Jenis Kategori Dhomir (Arab) Arti
Ghaib (Orang ke-3) Tunggal Laki-laki إِيَّاهُ Hanya kepadanya (lk)
Ganda إِيَّاهُمَا Hanya kepada mereka berdua
Jamak Laki-laki إِيَّاهُمْ Hanya kepada mereka (lk)
Tunggal Perempuan إِيَّاهَا Hanya kepadanya (pr)
Jamak Perempuan إِيَّاهُنَّ Hanya kepada mereka (pr)
Mukhatab (Orang ke-2) Tunggal Laki-laki إِيَّاكَ Hanya kepadamu (lk)
Ganda إِيَّاكُمَا Hanya kepada kalian berdua
Jamak Laki-laki إِيَّاكُمْ Hanya kepada kalian (lk)
Tunggal Perempuan إِيَّاكِ Hanya kepadamu (pr)
Jamak Perempuan إِيَّاكُنَّ Hanya kepada kalian (pr)
Mutakallim (Orang ke-1) Tunggal إِيَّايَ Hanya kepadaku
Ganda/Jamak إِيَّانَا Hanya kepada kami/kita

Contoh Penggunaan dan I'rab Dhomir Munfashil Manshub

Contoh paling terkenal dari penggunaan dhomir ini terdapat dalam surah Al-Fatihah.

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ.

Hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.

I'rab: إِيَّاكَ: Dhomir munfashil mabni 'alal fathi fi mahalli nashbin maf'ulun bih muqaddam. (Dhomir terpisah yang harakat akhirnya tetap fathah, menempati posisi nashab sebagai objek yang didahulukan).
نَعْبُدُ: Fi'lun mudhari'un marfu'un... wal fa'ilu dhomirun mustatirun wujuban taqdiruhu 'nahnu'. (Kata kerja mudhari' dalam keadaan rafa'... dan subjeknya adalah dhomir tersembunyi wajib yang takdirnya adalah 'kami').

إِيَّاهُ أَعْنِي.

Hanya dia yang kumaksud.

I'rab: إِيَّاهُ: Dhomir munfashil mabni 'alad dhommi fi mahalli nashbin maf'ulun bih muqaddam. (Dhomir terpisah yang harakat akhirnya tetap dhommah, menempati posisi nashab sebagai objek yang didahulukan).
أَعْنِي: Fi'lun mudhari'un marfu'un... wal fa'ilu dhomirun mustatirun wujuban taqdiruhu 'ana'. (Kata kerja mudhari' dalam keadaan rafa'... dan subjeknya adalah dhomir tersembunyi wajib yang takdirnya adalah 'saya').

2. Dhomir Muttashil (الضمير المتصل) - Dhomir yang Tersambung

Dhomir Muttashil adalah dhomir yang tidak bisa memulai kalimat dan harus menempel pada kata sebelumnya. Keunikan dhomir muttashil adalah ia bisa menempati ketiga keadaan i'rab: Rafa' (sebagai subjek), Nashab (sebagai objek), dan Jar (sebagai pemilik atau setelah huruf jar).

A. Dhomir Muttashil fi Mahalli Rafa' (في محل رفع)

Dhomir ini secara eksklusif bersambung dengan kata kerja (fi'il) dan selalu berfungsi sebagai Fa'il (subjek/pelaku) atau Na'ibul Fa'il (pengganti subjek dalam kalimat pasif). Dhomir-dhomir ini sangat penting dalam tashrif (konjugasi) fi'il madhi, mudhari', dan amr.

Dhomir-dhomir tersebut adalah:

Contoh Penggunaan dan I'rab

كَتَبْتُ الدَّرْسَ.

Aku telah menulis pelajaran itu.

I'rab: كَتَبْتُ: Fi'lun madhin mabni 'alas sukun littishalihi bi ta'il fa'il. Wa 'at-ta'u' dhomirun muttashilun mabni 'alad dhommi fi mahalli raf'in fa'il. (Kata kerja lampau yang mabni sukun karena bersambung dengan ta' fa'il. Dan 'Ta' adalah dhomir tersambung yang mabni dhommah, menempati posisi rafa' sebagai subjek).
الدَّرْسَ: Maf'ulun bih manshubun wa 'alamatu nashbihi al-fathah. (Objek dalam keadaan nashab, tanda nashabnya adalah fathah).

الطُّلَّابُ فَهِمُوا الشَّرْحَ.

Para siswa (lk) telah memahami penjelasan itu.

I'rab: فَهِمُوا: Fi'lun madhin mabni 'alad dhommi littishalihi bi wawil jama'ah. Wa 'al-wawu' dhomirun muttashilun mabni 'alas sukun fi mahalli raf'in fa'il. (Kata kerja lampau yang mabni dhommah karena bersambung dengan wawu jama'ah. Dan 'Wawu' adalah dhomir tersambung yang mabni sukun, menempati posisi rafa' sebagai subjek).

B. Dhomir Muttashil fi Mahalli Nashab (في محل نصب)

Dhomir ini dapat bersambung dengan dua hal:

  1. Bersambung dengan Fi'il (Kata Kerja): Dalam kasus ini, ia berfungsi sebagai Maf'ul bih (objek).
  2. Bersambung dengan Inna wa Akhwatuha (إن وأخواتها): Dalam kasus ini, ia berfungsi sebagai Isim Inna.

Bentuk-bentuk dhomirnya adalah:

Contoh Penggunaan dan I'rab

الْمُدَرِّسُ سَأَلَنِيْ.

Guru itu bertanya kepadaku.

I'rab: سَأَلَنِيْ: سَأَلَ adalah fi'il madhi. 'An-Nun' disebut nunul wiqayah (nun pelindung). Dan 'al-Ya' dhomirun muttashilun mabni 'alas sukun fi mahalli nashbin maf'ulun bih. (Dan 'Ya' adalah dhomir tersambung yang mabni sukun, menempati posisi nashab sebagai objek). Fa'il (subjek) dari fi'il 'sa'ala' adalah dhomir mustatir (tersembunyi) yang kembali ke 'al-mudarris'.

إِنَّهُ طَالِبٌ مُجْتَهِدٌ.

Sesungguhnya dia adalah siswa yang rajin.

I'rab: إِنَّهُ: إِنَّ adalah harfu taukidin wa nashbin. 'Al-Ha' dhomirun muttashilun mabni 'alad dhommi fi mahalli nashbin ismu inna. ('Ha' adalah dhomir tersambung yang mabni dhommah, menempati posisi nashab sebagai Isim Inna).
طَالِبٌ: Khabaru inna marfu'. (Predikat Inna dalam keadaan rafa').

C. Dhomir Muttashil fi Mahalli Jar (في محل جر)

Bentuk dhomir untuk posisi jar sama persis dengan bentuk dhomir untuk posisi nashab. Perbedaannya terletak pada kata yang disambungkannya.

Dhomir ini berada dalam keadaan jar (genitif) dalam dua kondisi:

  1. Bersambung dengan Isim (Kata Benda): Ia berfungsi sebagai Mudhaf Ilaih, menunjukkan kepemilikan.
  2. Bersambung dengan Huruf Jar (Preposisi): Ia berfungsi sebagai Isim Majrur.

Contoh Penggunaan dan I'rab

هَذَا كِتَابُكَ.

Ini adalah bukumu (lk).

I'rab: كِتَابُكَ: كِتَابُ adalah khabar marfu' wa huwa mudhaf. 'Al-Kaf' dhomirun muttashilun mabni 'alal fathi fi mahalli jarrin mudhafun ilaih. ('Kaf' adalah dhomir tersambung yang mabni fathah, menempati posisi jar sebagai mudhaf ilaih / penanda kepemilikan).

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ.

Keselamatan atas kalian (lk).

I'rab: عَلَيْكُمْ: عَلَى adalah harfu jarrin (preposisi). 'KUM' dhomirun muttashilun mabni 'alas sukun fi mahalli jarrin ismun majrurun. ('KUM' adalah dhomir tersambung yang mabni sukun, menempati posisi jar sebagai isim yang dijarkan).

3. Dhomir Mustatir (الضمير المستتر) - Dhomir yang Tersembunyi

Dhomir Mustatir adalah dhomir yang tidak tertulis dan tidak terucap, namun keberadaannya dipahami sebagai fa'il (subjek) dari sebuah kata kerja. Keberadaannya "diperkirakan" atau "ditakdirkan" ada. Dhomir ini terbagi menjadi dua jenis berdasarkan keharusan ia tersembunyi.

A. Mustatir Wujuban (مستتر وجوباً) - Wajib Tersembunyi

Artinya, dhomir ini tidak boleh digantikan oleh isim zhahir (kata benda yang tampak). Ia wajib tersembunyi pada kondisi-kondisi berikut:

Contoh Penggunaan dan I'rab

أُحِبُّ اللُّغَةَ الْعَرَبِيَّةَ.

Saya mencintai bahasa Arab.

I'rab: أُحِبُّ: Fi'lun mudhari'un marfu'. Wal fa'ilu dhomirun mustatirun wujuban taqdiruhu 'أَنَا'. (Subjeknya adalah dhomir yang wajib tersembunyi, takdirnya adalah 'saya').

B. Mustatir Jawazan (مستتر جوازاً) - Boleh Tersembunyi

Artinya, dhomir ini bisa digantikan oleh isim zhahir. Ia boleh tersembunyi pada kondisi-kondisi berikut:

Mengapa disebut 'jawazan' (boleh)? Karena posisinya bisa diisi oleh subjek yang jelas. Perhatikan perbedaan ini:

Contoh Penggunaan dan I'rab

الطَّالِبُ يَجْتَهِدُ فِي دُرُوسِهِ.

Siswa itu bersungguh-sungguh dalam pelajarannya.

I'rab: يَجْتَهِدُ: Fi'lun mudhari'un marfu'. Wal fa'ilu dhomirun mustatirun jawazan taqdiruhu 'هُوَ' ya'udu ila 'at-Thalib'. (Subjeknya adalah dhomir yang boleh tersembunyi, takdirnya adalah 'dia', yang kembali kepada 'Siswa itu').

Kaidah-Kaidah Penting dan Nuansa Dhomir

Setelah memahami klasifikasi utama, ada beberapa kaidah dan nuansa penting yang perlu diperhatikan untuk pemahaman yang lebih dalam.

Nun al-Wiqayah (نُونُ الوِقَايَةِ)

Nun Wiqayah (Nun Pelindung) adalah huruf nun berharakat kasrah yang muncul di antara kata kerja (fi'il) atau beberapa huruf (seperti مِنْ dan عَنْ) dengan dhomir يَاءُ المُتَكَلِّمِ (dhomir 'saya' yang tersambung). Tujuannya adalah untuk "melindungi" harakat asli dari kata kerja agar tidak berubah menjadi kasrah, karena Ya' Mutakallim menuntut harakat kasrah pada huruf sebelumnya.

أَخْبَرَنِيْ زَيْدٌ.

Zaid memberitahuku.

Tanpa Nun Wiqayah, kata أَخْبَرَ akan dipaksa menjadi أَخْبَرِ, yang merusak struktur mabni-nya. Maka, nun ditambahkan sebagai pelindung: أَخْبَرَ + نِ + يْ. Nun ini tidak memiliki kedudukan i'rab.

Dhomir al-Fashl (ضَمِيْرُ الفَصْلِ)

Dhomir Fashl (Dhomir Pemisah) adalah dhomir munfashil marfu' (seperti هُوَ, هُمْ, أَنْتَ) yang disisipkan di antara mubtada' dan khabar, di mana keduanya sama-sama ma'rifah (definitif). Fungsinya ada dua:

  1. Memisahkan: Untuk menegaskan bahwa kata kedua adalah khabar (predikat), bukan na'at (sifat).
  2. Menguatkan: Memberikan penekanan (taukid) pada makna kalimat.

Dhomir Fashl ini unik karena tidak memiliki kedudukan i'rab (la mahalla lahu minal i'rab).

أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ.

Mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Di sini, أُولَٰئِكَ adalah mubtada' dan الْمُفْلِحُونَ adalah khabar. Keduanya ma'rifah. Dhomir هُمُ disisipkan sebagai Dhomir Fashl untuk menegaskan bahwa "orang-orang yang beruntung" adalah predikat, bukan sekadar sifat dari "mereka". Tanpa هُمُ, kalimat tersebut bisa berpotensi ditafsirkan sebagai "mereka yang beruntung itu... (belum selesai)".

Kesimpulan

Dhomir adalah jantung dari efisiensi kalimat dalam bahasa Arab. Menguasainya berarti membuka pintu pemahaman yang lebih luas terhadap struktur kalimat, baik dalam Al-Qur'an, Hadits, maupun teks-teks Arab klasik dan modern. Perjalanan menguasai dhomir dimulai dari menghafal bentuk-bentuknya, memahami pembagiannya (Munfashil, Muttashil, Mustatir), dan yang terpenting adalah melatih analisis i'rabnya dalam berbagai konteks kalimat. Dengan pemahaman yang kokoh tentang dhomir, seorang pembelajar akan mampu merangkai dan memahami kalimat bahasa Arab dengan lebih presisi, fasih, dan mendalam.

🏠 Homepage