Mengungkap Keindahan Hitungan dan Angka dalam Bahasa Arab
Ketika kita berbicara tentang "hitungan Arab", sebuah dunia yang kaya akan sejarah, logika, dan keindahan linguistik terbuka di hadapan kita. Istilah ini sendiri mengandung dualitas yang menarik. Di satu sisi, angka yang kita gunakan setiap hari (0, 1, 2, 3, ...) secara historis dikenal sebagai angka Arab di dunia Barat, karena merekalah yang memperkenalkannya ke Eropa. Namun, di dunia Arab sendiri, mereka menggunakan serangkaian simbol yang berbeda (٠, ١, ٢, ٣, ...), yang sering disebut sebagai angka Arab Timur.
Memahami hitungan dalam bahasa Arab lebih dari sekadar menghafal angka. Ini adalah perjalanan untuk menyelami struktur gramatikal yang unik, di mana angka bukan hanya berfungsi sebagai penunjuk kuantitas, tetapi juga berinteraksi secara mendalam dengan kata benda yang dihitungnya. Ada aturan gender, jumlah, dan kasus yang membuat sistem ini begitu sistematis dan menantang sekaligus. Artikel ini akan menjadi panduan komprehensif Anda, membawa Anda dari pengenalan dasar, sejarah, cara pengucapan, hingga aturan tata bahasa yang paling rumit sekalipun, yang dikenal sebagai Al-'Adad wal Ma'dud.
Jejak Sejarah: Dari India ke Seluruh Dunia
Sistem angka yang kita anggap modern sebenarnya tidak berasal dari Arab, melainkan dari peradaban kuno di India. Sekitar abad ke-7, para matematikawan India mengembangkan sistem numerik posisional berbasis sepuluh, yang mencakup sebuah konsep revolusioner: angka nol. Sistem ini, yang dikenal sebagai angka Brahmi, jauh lebih efisien daripada sistem sebelumnya seperti angka Romawi yang rumit untuk kalkulasi.
Melalui jalur perdagangan dan pertukaran intelektual, pengetahuan ini sampai ke Baghdad, pusat keilmuan Kekhalifahan Abbasiyah. Seorang cendekiawan Persia brilian bernama Muhammad ibn Musa al-Khwarizmi, yang bekerja di Baitul Hikmah (Rumah Kebijaksanaan), menjadi tokoh sentral dalam penyebaran sistem ini. Dalam bukunya yang monumental, "Kitab al-Jam' wa'l-tafriq bi-hisab al-Hind" (Buku tentang Penjumlahan dan Pengurangan menurut Perhitungan Hindu), Al-Khwarizmi tidak hanya menerjemahkan tetapi juga menyempurnakan dan mempopulerkan penggunaan sistem angka India.
Dari karyanya inilah, nama "algoritma" (berasal dari "Al-Khwarizmi") dan "aljabar" (berasal dari judul bukunya yang lain, "Al-Jabr") lahir. Para pedagang, ilmuwan, dan penjelajah Arab kemudian membawa sistem angka ini melintasi Afrika Utara hingga ke Spanyol (Al-Andalus). Dari sinilah, Eropa mulai mengenalnya. Tokoh seperti Gerbert of Aurillac (yang kemudian menjadi Paus Sylvester II) dan Leonardo of Pisa, yang lebih dikenal sebagai Fibonacci, memainkan peran penting dalam memperkenalkan "angka Arab" ini ke masyarakat Eropa, menggantikan angka Romawi yang tidak praktis.
Mengenal Angka Dasar Arab (1-10)
Langkah pertama dalam menguasai hitungan Arab adalah mengenal angka-angka dasarnya. Ini adalah fondasi untuk semua angka yang lebih besar. Perhatikan baik-baik bentuk tulisan dan cara pengucapannya.
| Angka | Simbol Arab | Tulisan Arab | Transliterasi (Pengucapan) |
|---|---|---|---|
| 0 | ٠ | صِفْر | Shifr |
| 1 | ١ | وَاحِد | Waahid |
| 2 | ٢ | اِثْنَان | Itsnaan |
| 3 | ٣ | ثَلَاثَة | Tsalaatsah |
| 4 | ٤ | أَرْبَعَة | Arba'ah |
| 5 | ٥ | خَمْسَة | Khamsah |
| 6 | ٦ | سِتَّة | Sittah |
| 7 | ٧ | سَبْعَة | Sab'ah |
| 8 | ٨ | ثَمَانِيَة | Tsamaaniyah |
| 9 | ٩ | تِسْعَة | Tis'ah |
| 10 | ١٠ | عَشَرَة | 'Asyarah |
Satu hal yang perlu diperhatikan: meskipun tulisan Arab dibaca dari kanan ke kiri, urutan angka ditulis dari kiri ke kanan, sama seperti dalam sistem Latin. Jadi, angka 25 ditulis sebagai ٢٥, bukan ٥٢.
Melangkah Lebih Jauh: Angka Belasan dan Puluhan
Angka Belasan (11-19)
Angka belasan memiliki pola yang cukup konsisten. Mereka terdiri dari angka satuan yang diikuti oleh kata "sepuluh" (عَشَرَ - 'asyara). Perhatikan bahwa ada sedikit modifikasi pada pengucapan angka 1 dan 2.
| Angka | Simbol Arab | Tulisan Arab | Transliterasi |
|---|---|---|---|
| 11 | ١١ | أَحَدَ عَشَرَ | Ahada 'asyara |
| 12 | ١٢ | اِثْنَا عَشَرَ | Itsnaa 'asyara |
| 13 | ١٣ | ثَلَاثَةَ عَشَرَ | Tsalaatsata 'asyara |
| 14 | ١٤ | أَرْبَعَةَ عَشَرَ | Arba'ata 'asyara |
| 15 | ١٥ | خَمْسَةَ عَشَرَ | Khamsata 'asyara |
| 16 | ١٦ | سِتَّةَ عَشَرَ | Sittata 'asyara |
| 17 | ١٧ | سَبْعَةَ عَشَرَ | Sab'ata 'asyara |
| 18 | ١٨ | ثَمَانِيَةَ عَشَرَ | Tsamaaniyata 'asyara |
| 19 | ١٩ | تِسْعَةَ عَشَرَ | Tis'ata 'asyara |
Angka Puluhan (20, 30, ... 90)
Angka puluhan dibentuk dari akar kata angka satuan, tetapi dengan akhiran jamak maskulin (ـُونَ - -uun). Ini adalah pola yang sangat mudah diingat.
| Angka | Simbol Arab | Tulisan Arab | Transliterasi |
|---|---|---|---|
| 20 | ٢٠ | عِشْرُونَ | 'Isyruun |
| 30 | ٣٠ | ثَلَاثُونَ | Tsalaatsuun |
| 40 | ٤٠ | أَرْبَعُونَ | Arba'uun |
| 50 | ٥٠ | خَمْسُونَ | Khamsuun |
| 60 | ٦٠ | سِتُّونَ | Sittuun |
| 70 | ٧٠ | سَبْعُونَ | Sab'uun |
| 80 | ٨٠ | ثَمَانُونَ | Tsamaanuun |
| 90 | ٩٠ | تِسْعُونَ | Tis'uun |
Menggabungkan Satuan dan Puluhan (21-99)
Di sinilah keunikan bahasa Arab terlihat. Untuk angka seperti 21, 35, atau 99, polanya adalah "satuan DAN puluhan". Kata "dan" (وَ - wa) digunakan sebagai penghubung. Ini berbeda dengan bahasa Indonesia (puluhan lalu satuan) atau bahasa Jerman (satuan lalu puluhan tanpa "dan").
Contoh 1: Angka 23
Struktur: Tiga DAN Dua Puluh
ثَلَاثَةٌ وَعِشْرُونَ
Transliterasi: Tsalaatsatun wa 'isyruun
Contoh 2: Angka 56
Struktur: Enam DAN Lima Puluh
سِتَّةٌ وَخَمْسُونَ
Transliterasi: Sittatun wa khamsuun
Contoh 3: Angka 99
Struktur: Sembilan DAN Sembilan Puluh
تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ
Transliterasi: Tis'atun wa tis'uun
Inti Tata Bahasa: Al-'Adad wal Ma'dud (Angka dan yang Dihitung)
Inilah bagian yang paling mendalam dan sering dianggap rumit dalam mempelajari hitungan Arab. Al-'Adad adalah angkanya, sedangkan Al-Ma'dud adalah benda yang dihitung. Hubungan keduanya diatur oleh serangkaian aturan tata bahasa yang presisi, terutama terkait gender (maskulin/mudzakkar dan feminin/mu'annats).
Kaidah untuk Angka 1 (وَاحِد) dan 2 (اِثْنَان)
Angka 1 dan 2 adalah yang paling sederhana. Keduanya berperilaku seperti kata sifat (na'at), yang berarti:
- Diletakkan setelah kata benda.
- Mengikuti gender dari kata benda yang dijelaskannya.
Bentuk feminin dari waahid adalah waahidatun (وَاحِدَةٌ).
Bentuk feminin dari itsnaan adalah itsnataan (اِثْنَتَانِ).
Contoh Maskulin:
Satu buku: كِتَابٌ وَاحِدٌ (Kitaabun waahidun) - Bukan waahidun kitaabun.
Dua buku: كِتَابَانِ اثْنَانِ (Kitaabaani itsnaani)
Contoh Feminin:
Satu mobil: سَيَّارَةٌ وَاحِدَةٌ (Sayyaaratun waahidatun)
Dua mobil: سَيَّارَتَانِ اثْنَتَانِ (Sayyaarataani itsnataani)
Dalam percakapan sehari-hari, seringkali angka 1 dan 2 tidak disebutkan karena bentuk tunggal (كِتَابٌ) sudah berarti "satu buku" dan bentuk dual (كِتَابَانِ) sudah berarti "dua buku". Penambahan angka berfungsi untuk penekanan.
Kaidah untuk Angka 3 sampai 10
Di sinilah aturan menjadi sangat menarik dan kontraintuitif bagi pemula. Untuk angka 3 hingga 10, berlaku kaidah polaritas terbalik.
- Angka diletakkan sebelum kata benda.
- Gender angka berlawanan dengan gender kata benda yang dihitung. Jika benda maskulin, angkanya feminin. Jika benda feminin, angkanya maskulin.
- Kata benda yang dihitung (ma'dud) harus dalam bentuk jamak dan dalam kasus genitif (majrur), biasanya ditandai dengan harakat kasrah di akhir.
Untuk menerapkan aturan ini, kita perlu mengetahui bentuk maskulin dan feminin dari angka 3-10. Umumnya, bentuk yang diakhiri dengan ta marbutha (ة) adalah bentuk feminin.
| Angka | Bentuk Maskulin | Bentuk Feminin |
|---|---|---|
| 3 | ثَلَاثُ (tsalaatsu) | ثَلَاثَةُ (tsalaatsatu) |
| 4 | أَرْبَعُ (arba'u) | أَرْبَعَةُ (arba'atu) |
| ...dan seterusnya | (tanpa ة) | (dengan ة) |
Contoh Penerapan Kaidah 3-10
Mari kita gunakan kata benda qalamun (قَلَمٌ - pena, maskulin) jamaknya aqlaamun (أَقْلَامٌ), dan sayyaaratun (سَيَّارَةٌ - mobil, feminin) jamaknya sayyaaraatun (سَيَّارَاتٌ).
Menghitung Benda Maskulin (Pena):
Karena 'qalam' maskulin, kita gunakan angka bentuk feminin (dengan ة).
Tiga pena: ثَلَاثَةُ أَقْلَامٍ (Tsalaatsatu aqlaamin)
Lima pena: خَمْسَةُ أَقْلَامٍ (Khamsatu aqlaamin)
Sepuluh pena: عَشَرَةُ أَقْلَامٍ ('Asyaratu aqlaamin)
Perhatikan bahwa 'aqlaamin' berharakat kasrah di akhir.
Menghitung Benda Feminin (Mobil):
Karena 'sayyaarah' feminin, kita gunakan angka bentuk maskulin (tanpa ة).
Tiga mobil: ثَلَاثُ سَيَّارَاتٍ (Tsalaatsu sayyaaraatin)
Tujuh mobil: سَبْعُ سَيَّارَاتٍ (Sab'u sayyaaraatin)
Delapan mobil: ثَمَانِي سَيَّارَاتٍ (Tsamaanii sayyaaraatin)
Perhatikan bahwa 'sayyaaraatin' juga berharakat kasrah di akhir.
Kaidah untuk Angka 11 sampai 19 (Angka Majemuk)
Angka belasan, atau al-a'dad al-murakkabah, memiliki aturan yang berbeda lagi. Aturan utamanya adalah:
- Kata benda (ma'dud) yang dihitung harus dalam bentuk tunggal dan dalam kasus akusatif (manshub), biasanya ditandai dengan harakat fathah tanwin di akhir.
Aturan untuk Angka 11 dan 12
Angka 11 dan 12 istimewa karena kedua bagian dari angka tersebut (satuan dan puluhan) sesuai dengan gender kata benda.
Contoh Angka 11:
Sebelas siswa (maskulin): أَحَدَ عَشَرَ طَالِبًا (Ahada 'asyara thaaliban)
Sebelas siswi (feminin): إِحْدَى عَشْرَةَ طَالِبَةً (Ihdaa 'asyrata thaalibatan)
Perhatikan 'thaaliban' dan 'thaalibatan' keduanya tunggal dan berharakat fathah tanwin.
Contoh Angka 12:
Dua belas insinyur (maskulin): اِثْنَا عَشَرَ مُهَنْدِسًا (Itsnaa 'asyara muhandisan)
Dua belas insinyur (feminin): اِثْنَتَا عَشْرَةَ مُهَنْدِسَةً (Itsnataa 'asyrata muhandisatan)
Aturan untuk Angka 13 sampai 19
Untuk angka 13 hingga 19, aturannya adalah kombinasi. Bagian satuan (3-9) memiliki gender yang berlawanan dengan kata benda, sementara bagian puluhan (عَشَرَ/'عَشْرَةَ) sesuai dengan gender kata benda.
Menghitung Benda Maskulin (Rumah - بَيْتٌ):
Benda 'baitun' adalah maskulin. Maka, satuan (3-9) harus feminin, dan puluhan ('asyara) harus maskulin.
Tiga belas rumah: ثَلَاثَةَ عَشَرَ بَيْتًا (Tsalaatsata 'asyara baitan)
Lima belas rumah: خَمْسَةَ عَشَرَ بَيْتًا (Khamsata 'asyara baitan)
Menghitung Benda Feminin (Kamar - غُرْفَةٌ):
Benda 'ghurfatun' adalah feminin. Maka, satuan (3-9) harus maskulin, dan puluhan ('asyrata) harus feminin.
Empat belas kamar: أَرْبَعَ عَشْرَةَ غُرْفَةً (Arba'a 'asyrata ghurfatan)
Sembilan belas kamar: تِسْعَ عَشْرَةَ غُرْفَةً (Tis'a 'asyrata ghurfatan)
Kaidah untuk Angka Puluhan (20, 30, ..., 90) dan Kombinasinya (21-99)
Aturan untuk kelompok angka ini (disebut 'uqud) menjadi lebih sederhana lagi.
- Angka puluhan seperti عِشْرُونَ, ثَلَاثُونَ, dst., memiliki satu bentuk saja dan tidak berubah berdasarkan gender kata benda.
- Kata benda (ma'dud) yang dihitung selalu dalam bentuk tunggal dan kasus akusatif (manshub), sama seperti aturan 11-19.
Contoh Angka Puluhan Murni:
Dua puluh pria: عِشْرُونَ رَجُلًا ('Isyruuna rajulan)
Dua puluh wanita: عِشْرُونَ امْرَأَةً ('Isyruuna mra-atan)
Perhatikan, عِشْرُونَ tetap sama untuk 'rajulan' (maskulin) dan 'mra-atan' (feminin).
Untuk angka gabungan (misalnya 23, 45, 98), kita menggabungkan aturan yang telah kita pelajari. Ingat polanya adalah "satuan DAN puluhan".
- Angka puluhan tetap tidak berubah.
- Angka satuan (1-2) mengikuti gender kata benda.
- Angka satuan (3-9) berlawanan gender dengan kata benda.
Contoh Angka Gabungan:
Dua puluh satu guru (maskulin): وَاحِدٌ وَعِشْرُونَ مُعَلِّمًا (Waahidun wa 'isyruuna mu'alliman)
Tiga puluh dua guru (feminin): اِثْنَتَانِ وَثَلَاثُونَ مُعَلِّمَةً (Itsnataani wa tsalaatsuuna mu'allimatan)
Lima puluh lima mahasiswa (maskulin): خَمْسَةٌ وَخَمْسُونَ طَالِبًا (Khamsatun wa khamsuuna thaaliban) - 'Khamsatun' (feminin) karena 'thaaliban' (maskulin).
Tujuh puluh delapan mahasiswi (feminin): ثَمَانٍ وَسَبْعُونَ طَالِبَةً (Tsamaanin wa sab'uuna thaalibatan) - 'Tsamaanin' (maskulin) karena 'thaalibatan' (feminin).
Menuju Angka Besar: Ratusan, Ribuan, dan Seterusnya
Setelah melewati angka 99, aturannya kembali menjadi lebih sederhana dan konsisten.
- Seratus (مِائَةٌ - mi'ah)
- Seribu (أَلْفٌ - alf)
- Sejuta (مِلْيُونٌ - milyuun)
Kaidah utamanya adalah:
- Angka 100, 1000, dst., tidak berubah bentuk berdasarkan gender.
- Kata benda (ma'dud) yang dihitung harus dalam bentuk tunggal dan kasus genitif (majrur), ditandai dengan harakat kasrah.
Seratus buku (maskulin): مِائَةُ كِتَابٍ (Mi'atu kitaabin)
Seratus mobil (feminin): مِائَةُ سَيَّارَةٍ (Mi'atu sayyaaratin)
Seribu tentara (maskulin): أَلْفُ جُنْدِيٍّ (Alfu jundiyyin)
Seribu perawat (feminin): أَلْفُ مُمَرِّضَةٍ (Alfu mumarridhatin)
Untuk menggabungkan angka besar dengan angka yang lebih kecil, seperti 125, kita mengikuti urutan dari besar ke kecil, dengan kata "dan" (وَ) sebagai penghubung. Kata benda yang dihitung mengikuti aturan angka terakhir yang disebutkan.
Contoh: 125 buku
Struktur: Seratus DAN dua puluh lima buku.
Angka terakhir adalah 25, di mana satuannya (5) berlawanan gender dengan benda (buku/maskulin). Kata benda harus tunggal manshub.
مِائَةٌ وَخَمْسَةٌ وَعِشْرُونَ كِتَابًا
Transliterasi: Mi'atun wa khamsatun wa 'isyruuna kitaaban.
Contoh: 352 mobil
Struktur: Tiga ratus DAN lima puluh dua mobil.
Angka terakhir adalah 52, di mana satuannya (2) mengikuti gender benda (mobil/feminin). Kata benda harus tunggal manshub.
ثَلَاثُمِائَةٍ وَاثْنَتَانِ وَخَمْسُونَ سَيَّارَةً
Transliterasi: Tsalaatsumi'atin wa-tsnataani wa khamsuuna sayyaaratan.
Kesimpulan: Sebuah Sistem yang Logis dan Indah
Perjalanan memahami hitungan dalam bahasa Arab adalah sebuah latihan dalam logika dan apresiasi terhadap detail linguistik. Dari sejarahnya yang kaya, yang memberikan dunia sistem angka modern, hingga aturan tata bahasa Al-'Adad wal Ma'dud yang rumit namun konsisten, kita melihat sebuah sistem yang dirancang dengan presisi. Meskipun pada awalnya tampak menakutkan, dengan memecahnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil—aturan untuk 1-2, 3-10, 11-19, dan seterusnya—kerumitan tersebut berubah menjadi sebuah pola yang indah.
Menguasai hitungan Arab bukan hanya tentang kemampuan berkomunikasi secara kuantitatif, tetapi juga membuka pintu untuk memahami teks-teks klasik, literatur modern, dan percakapan sehari-hari di dunia Arab dengan lebih mendalam. Ini adalah bukti bagaimana bahasa dapat menstrukturkan pemikiran dan bagaimana sebuah sistem numerik dapat menjadi cerminan dari kekayaan budaya dan intelektual peradabannya.