Panduan Lengkap Hitungan Angka dalam Bahasa Arab dan Kaidahnya

Ilustrasi angka Arab Gambar SVG yang menampilkan angka Arab satu, dua, dan tiga dalam bentuk kaligrafi modern. ١ ٢ ٣ الأعداد العربية (Bilangan Arab)

Mempelajari hitungan atau angka dalam bahasa Arab (الأعداد - al-a'dād) merupakan salah satu pilar fundamental dalam menguasai bahasa ini. Angka tidak hanya digunakan dalam konteks matematis, tetapi juga meresap dalam percakapan sehari-hari, transaksi jual beli, penanggalan, hingga pemahaman teks-teks keagamaan. Keunikan sistem bilangan Arab terletak pada kaidah tata bahasa yang ketat terkait gender (maskulin dan feminin) serta status gramatikal dari benda yang dihitung. Memahami aturan ini adalah kunci untuk berkomunikasi secara akurat dan fasih.

Artikel ini akan mengupas tuntas seluk-beluk bilangan dalam bahasa Arab, mulai dari angka satuan yang paling dasar hingga bilangan ribuan yang kompleks. Kita akan membahas dua jenis bilangan utama: 'Adad Asli (bilangan kardinal, seperti satu, dua, tiga) yang digunakan untuk menghitung kuantitas, dan 'Adad Tartibi (bilangan ordinal, seperti pertama, kedua, ketiga) yang digunakan untuk menunjukkan urutan atau tingkatan. Pembahasan akan disertai dengan contoh-contoh yang jelas dan tabel-tabel praktis untuk memudahkan pemahaman dan penghafalan.

'Adad Asli (العدد الأصلي) - Bilangan Kardinal

Bilangan kardinal adalah angka yang digunakan untuk menyatakan jumlah atau kuantitas suatu benda. Dalam bahasa Arab, penggunaan bilangan kardinal sangat terikat dengan kaidah mudzakkar (مذكر - maskulin) dan muannats (مؤنث - feminin) dari benda yang dihitung, yang disebut sebagai ma'dud (معدود). Kaidah ini berubah-ubah tergantung pada kelompok angkanya.

Angka 1 dan 2: Keselarasan Gender

Untuk angka 1 dan 2, kaidahnya adalah yang paling sederhana. Angka ('adad) harus selalu sesuai atau selaras dengan gender dari benda yang dihitung (ma'dud). Selain itu, posisi ma'dud disebutkan terlebih dahulu, baru diikuti oleh 'adad yang berfungsi sebagai sifat (na'at).

Angka 1 (وَاحِدٌ / وَاحِدَةٌ)

Untuk ma'dud yang bersifat mudzakkar (maskulin), kita menggunakan bentuk وَاحِدٌ (wāhidun).
Untuk ma'dud yang bersifat muannats (feminin), kita menggunakan bentuk وَاحِدَةٌ (wāhidatun), yang ditandai dengan adanya ta' marbuthah (ة).

Contoh penggunaan untuk mudzakkar:

Contoh penggunaan untuk muannats:

Angka 2 (اِثْنَانِ / اِثْنَتَانِ)

Sama seperti angka 1, angka 2 juga mengikuti gender ma'dud-nya. Ma'dud untuk angka 2 menggunakan bentuk mutsanna (dual) yang biasanya diakhiri dengan "-āni".

Untuk ma'dud yang bersifat mudzakkar, kita menggunakan bentuk اِثْنَانِ (itsnāni).
Untuk ma'dud yang bersifat muannats, kita menggunakan bentuk اِثْنَتَانِ (itsnatāni).

Contoh penggunaan untuk mudzakkar:

Contoh penggunaan untuk muannats:

Perlu diperhatikan bahwa penyebutan 'adad (وَاحِدٌ atau اثْنَانِ) setelah ma'dud bersifat opsional untuk penegasan, karena bentuk tunggal dan dual dari ma'dud itu sendiri sudah menunjukkan jumlahnya.

Angka 3 sampai 10: Kaidah Kebalikan Gender

Di sinilah keunikan sistem bilangan Arab mulai terlihat jelas. Untuk angka 3 hingga 10, kaidahnya adalah berkebalikan dengan gender ma'dud. Aturan ini sering menjadi sumber kebingungan bagi pemula, namun akan mudah dipahami dengan latihan.

Selain itu, ada dua aturan penting lainnya:

  1. 'Adad disebutkan terlebih dahulu, baru diikuti ma'dud.
  2. Ma'dud harus dalam bentuk jamak (plural) dan ber-i'rab jar (kasrah/kasratain), menjadi mudhaf ilaih.

Contoh Penerapan Kaidah 3-10

Mari kita lihat penerapannya secara rinci untuk setiap angka.

Angka 3: (ثَلَاثَةٌ / ثَلَاثٌ)

Angka 4: (أَرْبَعَةٌ / أَرْبَعٌ)

Angka 5: (خَمْسَةٌ / خَمْسٌ)

Angka 6: (سِتَّةٌ / سِتٌّ)

Angka 7: (سَبْعَةٌ / سَبْعٌ)

Angka 8: (ثَمَانِيَةٌ / ثَمَانٍ)

Angka 9: (تِسْعَةٌ / تِسْعٌ)

Angka 10: (عَشَرَةٌ / عَشْرٌ)

Angka Bentuk untuk Ma'dud Mudzakkar Bentuk untuk Ma'dud Muannats
3 ثَلَاثَةٌ (tsalātsatun) ثَلَاثٌ (tsalātsun)
4 أَرْبَعَةٌ (arba'atun) أَرْبَعٌ (arba'un)
5 خَمْسَةٌ (khamsatun) خَمْسٌ (khamsun)
6 سِتَّةٌ (sittatun) سِتٌّ (sittun)
7 سَبْعَةٌ (sab'atun) سَبْعٌ (sab'un)
8 ثَمَانِيَةٌ (tsamāniyatun) ثَمَانٍ (tsamānin)
9 تِسْعَةٌ (tis'atun) تِسْعٌ (tis'un)
10 عَشَرَةٌ ('asyaratun) عَشْرٌ ('asyrun)

Angka Belasan (11 sampai 19)

Bilangan belasan atau 'adad murakkab (العدد المركب) memiliki struktur dan kaidah yang berbeda lagi. Struktur umumnya adalah [angka satuan] + [angka sepuluh]. Aturan penting untuk bilangan 11-19 adalah ma'dud (benda yang dihitung) harus dalam bentuk tunggal (mufrad) dan ber-i'rab nashab (fathah/fathatain), yang disebut sebagai tamyiz.

Angka 11 dan 12: Keselarasan Penuh

Untuk angka 11 dan 12, kedua bagian dari angka tersebut (satuan dan puluhan) harus selaras dengan gender ma'dud.

Angka 11: (أَحَدَ عَشَرَ / إِحْدَى عَشْرَةَ)

Angka 12: (اِثْنَا عَشَرَ / اِثْنَتَا عَشْرَةَ)

Angka 12 sedikit istimewa karena bagian satuannya (اِثْنَا / اِثْنَتَا) bisa berubah i'rab-nya menjadi اِثْنَيْ / اِثْنَتَيْ dalam kondisi nashab atau jar.

Angka 13 sampai 19: Satuan Berlawanan, Puluhan Selaras

Untuk angka 13 hingga 19, kaidahnya adalah kombinasi. Bagian satuan (3-9) gendernya berlawanan dengan ma'dud, sementara bagian puluhan (sepuluh) gendernya selaras dengan ma'dud.

Mari kita lihat contohnya:

Angka Puluhan (20, 30, ... 90)

Bilangan puluhan, yang disebut 'uqud (عقود), adalah yang paling mudah kaidahnya. Bentuk angka-angka ini tidak berubah baik untuk ma'dud mudzakkar maupun muannats. Satu-satunya perubahan terjadi karena i'rab (rafa', nashab, atau jar).

Bentuknya dalam i'rab rafa' (berakhiran -ūna): عِشْرُونَ (20), ثَلَاثُونَ (30), أَرْبَعُونَ (40), خَمْسُونَ (50), سِتُّونَ (60), سَبْعُونَ (70), ثَمَانُونَ (80), تِسْعُونَ (90).

Bentuknya dalam i'rab nashab/jar (berakhiran -īna): عِشْرِينَ (20), ثَلَاثِينَ (30), dst.

Sama seperti bilangan belasan, ma'dud untuk bilangan puluhan juga harus dalam bentuk tunggal (mufrad) dan ber-i'rab nashab (fathah/fathatain).

Contoh penggunaan:

Angka Gabungan (21 - 99)

Bilangan ini disebut 'adad ma'thuf (العدد المعطوف) karena menggunakan kata sambung وَ (wa - dan). Strukturnya adalah [angka satuan] + وَ + [angka puluhan].

Kaidahnya merupakan gabungan dari aturan-aturan sebelumnya:

  1. Angka satuan (1-9) mengikuti kaidah aslinya:
    • Satuan 1 dan 2: Selaras dengan gender ma'dud.
    • Satuan 3-9: Berlawanan dengan gender ma'dud.
  2. Angka puluhan ('uqud) tetap, tidak terpengaruh gender.
  3. Ma'dud-nya berbentuk tunggal (mufrad) dan ber-i'rab nashab.

Contoh Penerapan Angka Gabungan

Angka 21:

Angka 32:

Angka 45:

Angka 99:

Angka Ratusan, Ribuan, dan Seterusnya

Untuk bilangan besar seperti 100, 1000, dan kelipatannya, kaidahnya menjadi lebih sederhana lagi.

Angka 100 (مِائَةٌ) dan 1000 (أَلْفٌ)

Kelipatan Ratusan dan Ribuan

Untuk kelipatan 200 dan 2000, kita menggunakan bentuk dual (mutsanna): مِائَتَانِ (200) dan أَلْفَانِ (2000).

Untuk kelipatan 300-900 dan 3000-10.000, kita kembali menggunakan kaidah 3-10 (berlawanan gender). 'Adad (3-10) digabungkan dengan مِائَةٍ (untuk ratusan) atau آلَافٍ (jamak dari أَلْفٌ, untuk ribuan).

Contoh ratusan:

Contoh ribuan:

Menyusun Bilangan Kompleks

Saat menyusun bilangan yang sangat besar (misal: 1945), urutannya adalah dari besar ke kecil, dihubungkan dengan وَ (wa). Kaidah ma'dud ditentukan oleh angka terakhir yang disebutkan (angka satuan atau puluhan).

Contoh: Menghitung 1.987 mahasiswa (طَالِبًا).

Penyusunannya: 1000 + 900 + 87

Dalam Arab: أَلْفٌ وَ تِسْعُمِائَةٍ وَ سَبْعَةٌ وَ ثَمَانُونَ طَالِبًا

(alfun wa tis'umi'atin wa sab'atun wa tsamānūna thāliban)

Perhatikan bahwa bentuk ma'dud, yaitu طَالِبًا (tunggal, nashab), ditentukan oleh angka terakhir, yaitu 87, yang mengikuti kaidah angka gabungan.


'Adad Tartibi (العدد الترتيبي) - Bilangan Ordinal

Bilangan ordinal digunakan untuk menunjukkan tingkatan atau urutan (pertama, kedua, ketiga, dst.). Berbeda dengan bilangan kardinal, kaidah 'adad tartibi jauh lebih sederhana karena ia berfungsi sebagai sifat (na'at). Ini berarti, 'adad tartibi harus selalu selaras dengan kata yang disifatinya (man'ut) dalam empat hal: gender, i'rab, jumlah (mufrad/mutsanna/jamak), dan status definit (ma'rifah/nakirah).

Umumnya, 'adad tartibi dibentuk dengan mengikuti wazan (pola) فَاعِلٌ untuk mudzakkar dan فَاعِلَةٌ untuk muannats.

Bilangan Ordinal 1 sampai 10

Angka "pertama" merupakan pengecualian dari pola فَاعِلٌ. Selebihnya mengikuti pola tersebut.

Urutan Bentuk Mudzakkar Bentuk Muannats
Pertama الأَوَّلُ (al-awwalu) الأُولَى (al-ūlā)
Kedua الثَّانِي (ats-tsānī) الثَّانِيَةُ (ats-tsāniyatu)
Ketiga الثَّالِثُ (ats-tsālitsu) الثَّالِثَةُ (ats-tsālitsatu)
Keempat الرَّابِعُ (ar-rābi'u) الرَّابِعَةُ (ar-rābi'atu)
Kelima الخَامِسُ (al-khāmisu) الخَامِسَةُ (al-khāmisatu)
Keenam السَّادِسُ (as-sādisu) السَّادِسَةُ (as-sādisatu)
Ketujuh السَّابِعُ (as-sābi'u) السَّابِعَةُ (as-sābi'atu)
Kedelapan الثَّامِنُ (ats-tsāminu) الثَّامِنَةُ (ats-tsāminatu)
Kesembilan التَّاسِعُ (at-tāsi'u) التَّاسِعَةُ (at-tāsi'atu)
Kesepuluh العَاشِرُ (al-'āsyiru) العَاشِرَةُ (al-'āsyiratu)

Contoh penggunaan 'Adad Tartibi:

Bilangan Ordinal di Atas 10

Untuk bilangan ordinal belasan, puluhan, dan seterusnya, strukturnya mirip dengan bilangan kardinal, tetapi semua bagiannya diubah ke pola ordinal dan harus selaras dengan gender.

Contoh dalam kalimat:

Kesimpulan

Menguasai sistem bilangan dalam bahasa Arab memang memerlukan ketekunan dan perhatian terhadap detail, terutama pada kaidah gender. Kunci utamanya adalah memahami dan menghafal pembagian kelompok angka beserta aturan spesifiknya. Angka 1-2 selalu selaras. Angka 3-10 selalu berlawanan dan ma'dud-nya jamak majrur. Angka 11-99 memiliki ma'dud mufrad manshub, dengan variasi aturan keselarasan dan perlawanan pada angka belasan. Sementara itu, bilangan ratusan dan ribuan memiliki aturan yang lebih sederhana, dan bilangan ordinal ('adad tartibi) pada dasarnya berfungsi sebagai sifat yang selalu selaras. Dengan latihan yang konsisten melalui membaca, menulis, dan mendengarkan, kaidah-kaidah ini akan menjadi intuitif dan melekat secara alami.

🏠 Homepage