Panduan Lengkap Hitungan Angka dalam Bahasa Arab dan Kaidahnya
Mempelajari hitungan atau angka dalam bahasa Arab (الأعداد - al-a'dād) merupakan salah satu pilar fundamental dalam menguasai bahasa ini. Angka tidak hanya digunakan dalam konteks matematis, tetapi juga meresap dalam percakapan sehari-hari, transaksi jual beli, penanggalan, hingga pemahaman teks-teks keagamaan. Keunikan sistem bilangan Arab terletak pada kaidah tata bahasa yang ketat terkait gender (maskulin dan feminin) serta status gramatikal dari benda yang dihitung. Memahami aturan ini adalah kunci untuk berkomunikasi secara akurat dan fasih.
Artikel ini akan mengupas tuntas seluk-beluk bilangan dalam bahasa Arab, mulai dari angka satuan yang paling dasar hingga bilangan ribuan yang kompleks. Kita akan membahas dua jenis bilangan utama: 'Adad Asli (bilangan kardinal, seperti satu, dua, tiga) yang digunakan untuk menghitung kuantitas, dan 'Adad Tartibi (bilangan ordinal, seperti pertama, kedua, ketiga) yang digunakan untuk menunjukkan urutan atau tingkatan. Pembahasan akan disertai dengan contoh-contoh yang jelas dan tabel-tabel praktis untuk memudahkan pemahaman dan penghafalan.
'Adad Asli (العدد الأصلي) - Bilangan Kardinal
Bilangan kardinal adalah angka yang digunakan untuk menyatakan jumlah atau kuantitas suatu benda. Dalam bahasa Arab, penggunaan bilangan kardinal sangat terikat dengan kaidah mudzakkar (مذكر - maskulin) dan muannats (مؤنث - feminin) dari benda yang dihitung, yang disebut sebagai ma'dud (معدود). Kaidah ini berubah-ubah tergantung pada kelompok angkanya.
Angka 1 dan 2: Keselarasan Gender
Untuk angka 1 dan 2, kaidahnya adalah yang paling sederhana. Angka ('adad) harus selalu sesuai atau selaras dengan gender dari benda yang dihitung (ma'dud). Selain itu, posisi ma'dud disebutkan terlebih dahulu, baru diikuti oleh 'adad yang berfungsi sebagai sifat (na'at).
Angka 1 (وَاحِدٌ / وَاحِدَةٌ)
Untuk ma'dud yang bersifat mudzakkar (maskulin), kita menggunakan bentuk وَاحِدٌ (wāhidun).
Untuk ma'dud yang bersifat muannats (feminin), kita menggunakan bentuk وَاحِدَةٌ (wāhidatun), yang ditandai dengan adanya ta' marbuthah (ة).
Contoh penggunaan untuk mudzakkar:
- Satu buku: كِتَابٌ وَاحِدٌ (kitābun wāhidun)
- Satu pulpen: قَلَمٌ وَاحِدٌ (qalamun wāhidun)
- Satu murid laki-laki: طَالِبٌ وَاحِدٌ (thālibun wāhidun)
Contoh penggunaan untuk muannats:
- Satu mobil: سَيَّارَةٌ وَاحِدَةٌ (sayyāratun wāhidatun)
- Satu sekolah: مَدْرَسَةٌ وَاحِدَةٌ (madrasatun wāhidatun)
- Satu murid perempuan: طَالِبَةٌ وَاحِدَةٌ (thālibatun wāhidatun)
Angka 2 (اِثْنَانِ / اِثْنَتَانِ)
Sama seperti angka 1, angka 2 juga mengikuti gender ma'dud-nya. Ma'dud untuk angka 2 menggunakan bentuk mutsanna (dual) yang biasanya diakhiri dengan "-āni".
Untuk ma'dud yang bersifat mudzakkar, kita menggunakan bentuk اِثْنَانِ (itsnāni).
Untuk ma'dud yang bersifat muannats, kita menggunakan bentuk اِثْنَتَانِ (itsnatāni).
Contoh penggunaan untuk mudzakkar:
- Dua buku: كِتَابَانِ اثْنَانِ (kitābāni itsnāni)
- Dua pulpen: قَلَمَانِ اثْنَانِ (qalamāni itsnāni)
- Dua murid laki-laki: طَالِبَانِ اثْنَانِ (thālibāni itsnāni)
Contoh penggunaan untuk muannats:
- Dua mobil: سَيَّارَتَانِ اثْنَتَانِ (sayyāratāni itsnatāni)
- Dua sekolah: مَدْرَسَتَانِ اثْنَتَانِ (madrasatāni itsnatāni)
- Dua murid perempuan: طَالِبَتَانِ اثْنَتَانِ (thālibatāni itsnatāni)
Perlu diperhatikan bahwa penyebutan 'adad (وَاحِدٌ atau اثْنَانِ) setelah ma'dud bersifat opsional untuk penegasan, karena bentuk tunggal dan dual dari ma'dud itu sendiri sudah menunjukkan jumlahnya.
Angka 3 sampai 10: Kaidah Kebalikan Gender
Di sinilah keunikan sistem bilangan Arab mulai terlihat jelas. Untuk angka 3 hingga 10, kaidahnya adalah berkebalikan dengan gender ma'dud. Aturan ini sering menjadi sumber kebingungan bagi pemula, namun akan mudah dipahami dengan latihan.
- Jika ma'dud (benda) bersifat mudzakkar (maskulin), maka 'adad (angka) harus dalam bentuk muannats (diakhiri dengan ة).
- Jika ma'dud (benda) bersifat muannats (feminin), maka 'adad (angka) harus dalam bentuk mudzakkar (tanpa ة).
Selain itu, ada dua aturan penting lainnya:
- 'Adad disebutkan terlebih dahulu, baru diikuti ma'dud.
- Ma'dud harus dalam bentuk jamak (plural) dan ber-i'rab jar (kasrah/kasratain), menjadi mudhaf ilaih.
Contoh Penerapan Kaidah 3-10
Mari kita lihat penerapannya secara rinci untuk setiap angka.
Angka 3: (ثَلَاثَةٌ / ثَلَاثٌ)
- Untuk menghitung benda mudzakkar: Kita pakai ثَلَاثَةٌ. Contoh: Tiga orang laki-laki. Bentuk jamak dari رَجُلٌ adalah رِجَالٌ. Maka menjadi ثَلَاثَةُ رِجَالٍ (tsalātsatu rijālin).
- Untuk menghitung benda muannats: Kita pakai ثَلَاثٌ. Contoh: Tiga mobil. Bentuk jamak dari سَيَّارَةٌ adalah سَيَّارَاتٌ. Maka menjadi ثَلَاثُ سَيَّارَاتٍ (tsalātsu sayyārātin).
Angka 4: (أَرْبَعَةٌ / أَرْبَعٌ)
- Benda mudzakkar: أَرْبَعَةُ كُتُبٍ (arba'atu kutubin) - Empat buku (asal kata: كِتَابٌ).
- Benda muannats: أَرْبَعُ مَدَارِسَ (arba'u madārisa) - Empat sekolah (asal kata: مَدْرَسَةٌ). (Catatan: مَدَارِسُ adalah jamak ghairu munsharif, tidak menerima tanwin).
Angka 5: (خَمْسَةٌ / خَمْسٌ)
- Benda mudzakkar: خَمْسَةُ أَقْلَامٍ (khamsatu aqlāmin) - Lima pulpen (asal kata: قَلَمٌ).
- Benda muannats: خَمْسُ طَالِبَاتٍ (khamsu thālibātin) - Lima murid perempuan (asal kata: طَالِبَةٌ).
Angka 6: (سِتَّةٌ / سِتٌّ)
- Benda mudzakkar: سِتَّةُ أَيَّامٍ (sittatu ayyāmin) - Enam hari (asal kata: يَوْمٌ).
- Benda muannats: سِتُّ سَاعَاتٍ (sittu sā'ātin) - Enam jam (asal kata: سَاعَةٌ).
Angka 7: (سَبْعَةٌ / سَبْعٌ)
- Benda mudzakkar: سَبْعَةُ أَبْوَابٍ (sab'atu abwābin) - Tujuh pintu (asal kata: بَابٌ).
- Benda muannats: سَبْعُ سَمَاوَاتٍ (sab'u samāwātin) - Tujuh langit (kata سَمَاءٌ dianggap muannats).
Angka 8: (ثَمَانِيَةٌ / ثَمَانٍ)
- Benda mudzakkar: ثَمَانِيَةُ طُلَّابٍ (tsamāniyatu thullābin) - Delapan murid laki-laki (asal kata: طَالِبٌ).
- Benda muannats: ثَمَانِي لَيَالٍ (tsamāni layālin) - Delapan malam (asal kata: لَيْلَةٌ).
Angka 9: (تِسْعَةٌ / تِسْعٌ)
- Benda mudzakkar: تِسْعَةُ رُؤَسَاءَ (tis'atu ru'asā'a) - Sembilan ketua (asal kata: رَئِيْسٌ).
- Benda muannats: تِسْعُ آيَاتٍ (tis'u āyātin) - Sembilan ayat (asal kata: آيَةٌ).
Angka 10: (عَشَرَةٌ / عَشْرٌ)
- Benda mudzakkar: عَشَرَةُ رِجَالٍ ('asyaratu rijālin) - Sepuluh laki-laki (asal kata: رَجُلٌ).
- Benda muannats: عَشْرُ نِسَاءٍ ('asyru nisā'in) - Sepuluh perempuan (asal kata: اِمْرَأَةٌ).
| Angka | Bentuk untuk Ma'dud Mudzakkar | Bentuk untuk Ma'dud Muannats |
|---|---|---|
| 3 | ثَلَاثَةٌ (tsalātsatun) | ثَلَاثٌ (tsalātsun) |
| 4 | أَرْبَعَةٌ (arba'atun) | أَرْبَعٌ (arba'un) |
| 5 | خَمْسَةٌ (khamsatun) | خَمْسٌ (khamsun) |
| 6 | سِتَّةٌ (sittatun) | سِتٌّ (sittun) |
| 7 | سَبْعَةٌ (sab'atun) | سَبْعٌ (sab'un) |
| 8 | ثَمَانِيَةٌ (tsamāniyatun) | ثَمَانٍ (tsamānin) |
| 9 | تِسْعَةٌ (tis'atun) | تِسْعٌ (tis'un) |
| 10 | عَشَرَةٌ ('asyaratun) | عَشْرٌ ('asyrun) |
Angka Belasan (11 sampai 19)
Bilangan belasan atau 'adad murakkab (العدد المركب) memiliki struktur dan kaidah yang berbeda lagi. Struktur umumnya adalah [angka satuan] + [angka sepuluh]. Aturan penting untuk bilangan 11-19 adalah ma'dud (benda yang dihitung) harus dalam bentuk tunggal (mufrad) dan ber-i'rab nashab (fathah/fathatain), yang disebut sebagai tamyiz.
Angka 11 dan 12: Keselarasan Penuh
Untuk angka 11 dan 12, kedua bagian dari angka tersebut (satuan dan puluhan) harus selaras dengan gender ma'dud.
Angka 11: (أَحَدَ عَشَرَ / إِحْدَى عَشْرَةَ)
- Untuk ma'dud mudzakkar: أَحَدَ عَشَرَ (ahada 'asyara). Contoh: أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا (ahada 'asyara kaukaban) - Sebelas bintang.
- Untuk ma'dud muannats: إِحْدَى عَشْرَةَ (ihdā 'asyrata). Contoh: إِحْدَى عَشْرَةَ مَدِينَةً (ihdā 'asyrata madīnatan) - Sebelas kota.
Angka 12: (اِثْنَا عَشَرَ / اِثْنَتَا عَشْرَةَ)
Angka 12 sedikit istimewa karena bagian satuannya (اِثْنَا / اِثْنَتَا) bisa berubah i'rab-nya menjadi اِثْنَيْ / اِثْنَتَيْ dalam kondisi nashab atau jar.
- Untuk ma'dud mudzakkar: اِثْنَا عَشَرَ (itsnā 'asyara). Contoh: اِثْنَا عَشَرَ شَهْرًا (itsnā 'asyara syahran) - Dua belas bulan.
- Untuk ma'dud muannats: اِثْنَتَا عَشْرَةَ (itsnatā 'asyrata). Contoh: اِثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا (itsnatā 'asyrata 'ainan) - Dua belas mata air.
Angka 13 sampai 19: Satuan Berlawanan, Puluhan Selaras
Untuk angka 13 hingga 19, kaidahnya adalah kombinasi. Bagian satuan (3-9) gendernya berlawanan dengan ma'dud, sementara bagian puluhan (sepuluh) gendernya selaras dengan ma'dud.
Mari kita lihat contohnya:
- Angka 13
- Ma'dud Mudzakkar (misal: رَجُلًا - laki-laki): ثَلَاثَةَ عَشَرَ رَجُلًا (tsalātsata 'asyara rajulan). Perhatikan: ثَلَاثَةَ (muannats) berlawanan dengan رَجُلًا (mudzakkar), dan عَشَرَ (mudzakkar) selaras.
- Ma'dud Muannats (misal: اِمْرَأَةً - perempuan): ثَلَاثَ عَشْرَةَ امْرَأَةً (tsalātsa 'asyrata imra'atan). Perhatikan: ثَلَاثَ (mudzakkar) berlawanan dengan امْرَأَةً (muannats), dan عَشْرَةَ (muannats) selaras.
- Angka 15
- Ma'dud Mudzakkar (misal: كِتَابًا - buku): خَمْسَةَ عَشَرَ كِتَابًا (khamsata 'asyara kitāban).
- Ma'dud Muannats (misal: مَجَلَّةً - majalah): خَمْسَ عَشْرَةَ مَجَلَّةً (khamsa 'asyrata majallatan).
- Angka 19
- Ma'dud Mudzakkar (misal: طَالِبًا - murid lk): تِسْعَةَ عَشَرَ طَالِبًا (tis'ata 'asyara thāliban).
- Ma'dud Muannats (misal: طَالِبَةً - murid pr): تِسْعَ عَشْرَةَ طَالِبَةً (tis'a 'asyrata thālibatan).
Angka Puluhan (20, 30, ... 90)
Bilangan puluhan, yang disebut 'uqud (عقود), adalah yang paling mudah kaidahnya. Bentuk angka-angka ini tidak berubah baik untuk ma'dud mudzakkar maupun muannats. Satu-satunya perubahan terjadi karena i'rab (rafa', nashab, atau jar).
Bentuknya dalam i'rab rafa' (berakhiran -ūna): عِشْرُونَ (20), ثَلَاثُونَ (30), أَرْبَعُونَ (40), خَمْسُونَ (50), سِتُّونَ (60), سَبْعُونَ (70), ثَمَانُونَ (80), تِسْعُونَ (90).
Bentuknya dalam i'rab nashab/jar (berakhiran -īna): عِشْرِينَ (20), ثَلَاثِينَ (30), dst.
Sama seperti bilangan belasan, ma'dud untuk bilangan puluhan juga harus dalam bentuk tunggal (mufrad) dan ber-i'rab nashab (fathah/fathatain).
Contoh penggunaan:
- Dua puluh insinyur (lk): عِشْرُونَ مُهَنْدِسًا ('isyrūna muhandisan)
- Dua puluh insinyur (pr): عِشْرُونَ مُهَنْدِسَةً ('isyrūna muhandisatan)
- Saya melihat 50 murid (lk): رَأَيْتُ خَمْسِينَ طَالِبًا (ra'aitu khamsīna thāliban) - (nashab)
- Saya melihat 50 murid (pr): رَأَيْتُ خَمْسِينَ طَالِبَةً (ra'aitu khamsīna thālibatan) - (nashab)
Angka Gabungan (21 - 99)
Bilangan ini disebut 'adad ma'thuf (العدد المعطوف) karena menggunakan kata sambung وَ (wa - dan). Strukturnya adalah [angka satuan] + وَ + [angka puluhan].
Kaidahnya merupakan gabungan dari aturan-aturan sebelumnya:
- Angka satuan (1-9) mengikuti kaidah aslinya:
- Satuan 1 dan 2: Selaras dengan gender ma'dud.
- Satuan 3-9: Berlawanan dengan gender ma'dud.
- Angka puluhan ('uqud) tetap, tidak terpengaruh gender.
- Ma'dud-nya berbentuk tunggal (mufrad) dan ber-i'rab nashab.
Contoh Penerapan Angka Gabungan
Angka 21:
- 21 buku (mudzakkar): وَاحِدٌ وَعِشْرُونَ كِتَابًا (wāhidun wa 'isyrūna kitāban). وَاحِدٌ selaras.
- 21 majalah (muannats): إِحْدَى وَعِشْرُونَ مَجَلَّةً (ihdā wa 'isyrūna majallatan). إِحْدَى selaras.
Angka 32:
- 32 guru (lk, mudzakkar): اِثْنَانِ وَثَلَاثُونَ مُعَلِّمًا (itsnāni wa tsalātsūna mu'alliman). اِثْنَانِ selaras.
- 32 guru (pr, muannats): اِثْنَتَانِ وَثَلَاثُونَ مُعَلِّمَةً (itsnatāni wa tsalātsūna mu'allimatan). اِثْنَتَانِ selaras.
Angka 45:
- 45 rumah (mudzakkar): خَمْسَةٌ وَأَرْبَعُونَ بَيْتًا (khamsatun wa arba'ūna baitan). خَمْسَةٌ (muannats) berlawanan.
- 45 kamar (muannats): خَمْسٌ وَأَرْبَعُونَ غُرْفَةً (khamsun wa arba'ūna ghurfatan). خَمْسٌ (mudzakkar) berlawanan.
Angka 99:
- 99 domba (mudzakkar): تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ خَرُوفًا (tis'atun wa tis'ūna kharūfan). تِسْعَةٌ berlawanan.
- 99 kambing betina (muannats): تِسْعٌ وَتِسْعُونَ نَعْجَةً (tis'un wa tis'ūna na'jatan). تِسْعٌ berlawanan.
Angka Ratusan, Ribuan, dan Seterusnya
Untuk bilangan besar seperti 100, 1000, dan kelipatannya, kaidahnya menjadi lebih sederhana lagi.
Angka 100 (مِائَةٌ) dan 1000 (أَلْفٌ)
- Bentuk مِائَةٌ (seratus) dan أَلْفٌ (seribu) tidak berubah berdasarkan gender ma'dud.
- Ma'dud yang mengikutinya harus dalam bentuk tunggal (mufrad) dan ber-i'rab jar (kasrah/kasratain).
- Seratus laki-laki: مِائَةُ رَجُلٍ (mi'atu rajulin)
- Seratus perempuan: مِائَةُ امْرَأَةٍ (mi'atu imra'atin)
- Seribu tahun (mudzakkar): أَلْفُ عَامٍ (alfu 'āmin)
- Seribu tahun (muannats): أَلْفُ سَنَةٍ (alfu sanatin)
Kelipatan Ratusan dan Ribuan
Untuk kelipatan 200 dan 2000, kita menggunakan bentuk dual (mutsanna): مِائَتَانِ (200) dan أَلْفَانِ (2000).
Untuk kelipatan 300-900 dan 3000-10.000, kita kembali menggunakan kaidah 3-10 (berlawanan gender). 'Adad (3-10) digabungkan dengan مِائَةٍ (untuk ratusan) atau آلَافٍ (jamak dari أَلْفٌ, untuk ribuan).
Contoh ratusan:
- 300: ثَلَاثُمِائَةٍ (tsalātsumi'atin)
- 700: سَبْعُمِائَةٍ (sab'umi'atin)
- Contoh kalimat: Tiga ratus buku: ثَلَاثُمِائَةِ كِتَابٍ (tsalātsumi'ati kitābin)
Contoh ribuan:
- 3000: ثَلَاثَةُ آلَافٍ (tsalātsatu ālāfin) - آلَافٍ dianggap mudzakkar, maka angkanya ثَلَاثَةُ (muannats).
- 8000: ثَمَانِيَةُ آلَافٍ (tsamāniyatu ālāfin)
- Contoh kalimat: Lima ribu tentara: خَمْسَةُ آلَافِ جُنْدِيٍّ (khamsatu ālāfi jundiyyin).
Menyusun Bilangan Kompleks
Saat menyusun bilangan yang sangat besar (misal: 1945), urutannya adalah dari besar ke kecil, dihubungkan dengan وَ (wa). Kaidah ma'dud ditentukan oleh angka terakhir yang disebutkan (angka satuan atau puluhan).
Contoh: Menghitung 1.987 mahasiswa (طَالِبًا).
Penyusunannya: 1000 + 900 + 87
Dalam Arab: أَلْفٌ وَ تِسْعُمِائَةٍ وَ سَبْعَةٌ وَ ثَمَانُونَ طَالِبًا
(alfun wa tis'umi'atin wa sab'atun wa tsamānūna thāliban)
Perhatikan bahwa bentuk ma'dud, yaitu طَالِبًا (tunggal, nashab), ditentukan oleh angka terakhir, yaitu 87, yang mengikuti kaidah angka gabungan.
'Adad Tartibi (العدد الترتيبي) - Bilangan Ordinal
Bilangan ordinal digunakan untuk menunjukkan tingkatan atau urutan (pertama, kedua, ketiga, dst.). Berbeda dengan bilangan kardinal, kaidah 'adad tartibi jauh lebih sederhana karena ia berfungsi sebagai sifat (na'at). Ini berarti, 'adad tartibi harus selalu selaras dengan kata yang disifatinya (man'ut) dalam empat hal: gender, i'rab, jumlah (mufrad/mutsanna/jamak), dan status definit (ma'rifah/nakirah).
Umumnya, 'adad tartibi dibentuk dengan mengikuti wazan (pola) فَاعِلٌ untuk mudzakkar dan فَاعِلَةٌ untuk muannats.
Bilangan Ordinal 1 sampai 10
Angka "pertama" merupakan pengecualian dari pola فَاعِلٌ. Selebihnya mengikuti pola tersebut.
| Urutan | Bentuk Mudzakkar | Bentuk Muannats |
|---|---|---|
| Pertama | الأَوَّلُ (al-awwalu) | الأُولَى (al-ūlā) |
| Kedua | الثَّانِي (ats-tsānī) | الثَّانِيَةُ (ats-tsāniyatu) |
| Ketiga | الثَّالِثُ (ats-tsālitsu) | الثَّالِثَةُ (ats-tsālitsatu) |
| Keempat | الرَّابِعُ (ar-rābi'u) | الرَّابِعَةُ (ar-rābi'atu) |
| Kelima | الخَامِسُ (al-khāmisu) | الخَامِسَةُ (al-khāmisatu) |
| Keenam | السَّادِسُ (as-sādisu) | السَّادِسَةُ (as-sādisatu) |
| Ketujuh | السَّابِعُ (as-sābi'u) | السَّابِعَةُ (as-sābi'atu) |
| Kedelapan | الثَّامِنُ (ats-tsāminu) | الثَّامِنَةُ (ats-tsāminatu) |
| Kesembilan | التَّاسِعُ (at-tāsi'u) | التَّاسِعَةُ (at-tāsi'atu) |
| Kesepuluh | العَاشِرُ (al-'āsyiru) | العَاشِرَةُ (al-'āsyiratu) |
Contoh penggunaan 'Adad Tartibi:
- Pelajaran pertama (mudzakkar): الدَّرْسُ الأَوَّلُ (ad-darsul awwalu)
- Halaman pertama (muannats): الصَّفْحَةُ الأُولَى (ash-shafhatul ūlā)
- Anak laki-laki ketiga: الابْنُ الثَّالِثُ (al-ibnuts tsālitsu)
- Anak perempuan ketiga: البِنْتُ الثَّالِثَةُ (al-bintuts tsālitsatu)
- Saya membaca bab kelima: قَرَأْتُ البَابَ الخَامِسَ (qara'tul bābal khāmisa) - (keduanya nashab)
Bilangan Ordinal di Atas 10
Untuk bilangan ordinal belasan, puluhan, dan seterusnya, strukturnya mirip dengan bilangan kardinal, tetapi semua bagiannya diubah ke pola ordinal dan harus selaras dengan gender.
- Urutan ke-11:
- (M) الحَادِيَ عَشَرَ (al-hādiya 'asyara)
- (F) الحَادِيَةَ عَشْرَةَ (al-hādiyata 'asyrata)
- Urutan ke-25:
- (M) الخَامِسُ وَالعِشْرُونَ (al-khāmisu wal 'isyrūna)
- (F) الخَامِسَةُ وَالعِشْرُونَ (al-khāmisatu wal 'isyrūna)
Contoh dalam kalimat:
- Ayat kedua puluh lima (muannats): الآيَةُ الخَامِسَةُ وَالعِشْرُونَ (al-āyatul khāmisatu wal 'isyrūna)
- Pada abad kedua puluh satu (mudzakkar): فِي القَرْنِ الحَادِي وَالعِشْرِينَ (fil qarnil hādī wal 'isyrīna)
Kesimpulan
Menguasai sistem bilangan dalam bahasa Arab memang memerlukan ketekunan dan perhatian terhadap detail, terutama pada kaidah gender. Kunci utamanya adalah memahami dan menghafal pembagian kelompok angka beserta aturan spesifiknya. Angka 1-2 selalu selaras. Angka 3-10 selalu berlawanan dan ma'dud-nya jamak majrur. Angka 11-99 memiliki ma'dud mufrad manshub, dengan variasi aturan keselarasan dan perlawanan pada angka belasan. Sementara itu, bilangan ratusan dan ribuan memiliki aturan yang lebih sederhana, dan bilangan ordinal ('adad tartibi) pada dasarnya berfungsi sebagai sifat yang selalu selaras. Dengan latihan yang konsisten melalui membaca, menulis, dan mendengarkan, kaidah-kaidah ini akan menjadi intuitif dan melekat secara alami.