Membedah Jamak Taksir Secara Mendalam
Dalam samudra luas tata bahasa Arab (ilmu Nahwu dan Sharaf), pemahaman tentang bentuk kata jamak atau plural adalah salah satu pilar fundamental. Bahasa Arab memiliki sistem jamak yang unik dan kaya, tidak sekadar menambahkan akhiran 's' seperti dalam bahasa Inggris. Di antara berbagai bentuk jamak, terdapat satu jenis yang paling dinamis, paling menantang, namun juga paling indah: Jamak Taksir. Pertanyaan mendasar yang sering muncul bagi para pembelajar adalah, jamak taksir adalah apa sebenarnya? Artikel ini akan mengupas tuntas konsep jamak taksir, mulai dari definisi paling dasar, ciri-cirinya, pola-pola (wazan) yang beragam, hingga kaidah i'rab (perubahan akhir kata) yang mengaturnya.
1. Definisi Mendasar: Apa Itu Jamak Taksir?
Untuk memahami konsep ini secara utuh, kita perlu membedahnya dari dua sisi: etimologi (bahasa) dan terminologi (istilah dalam ilmu nahwu).
Pengertian Secara Etimologi (Bahasa)
Istilah "Jamak Taksir" (جَمْعُ التَكْسِيْرِ) tersusun dari dua kata:
- Jamak (جَمْعٌ): Artinya adalah "kumpulan" atau "plural", menunjukkan jumlah lebih dari dua.
- Taksir (تَكْسِيْرٌ): Berasal dari kata kerja كَسَّرَ (kassara) yang berarti "memecahkan" atau "merusak". Jadi, taksir berarti "yang dipecahkan" atau "yang dirusak".
Dari gabungan dua kata ini, secara harfiah jamak taksir adalah "jamak yang dipecahkan". Maksudnya, bentuk tunggal (mufrad) dari kata tersebut "dipecahkan" atau "dirusak" strukturnya ketika diubah menjadi bentuk jamak. Bentuk aslinya tidak lagi utuh dan selamat.
Pengertian Secara Terminologi (Ilmu Nahwu)
Dalam ilmu Nahwu, Jamak Taksir didefinisikan sebagai:
مَا تَغَيَّرَ فِيْهِ بِنَاءُ مُفْرَدِهِ
Artinya: "Kata jamak yang berubah padanya bentuk (struktur) mufrad-nya."
Perubahan ini kontras dengan dua jenis jamak lainnya, yaitu Jamak Mudzakkar Salim dan Jamak Muannats Salim. Kata "salim" (سَالِم) berarti "selamat" atau "utuh". Disebut "salim" karena bentuk tunggalnya tetap utuh, hanya ditambahkan akhiran tertentu.
- Jamak Mudzakkar Salim: Bentuk tunggal + akhiran ـُونَ (uuna) atau ـِينَ (iina). Contoh: مُسْلِمٌ (muslimun) menjadi مُسْلِمُوْنَ (muslimuuna). Bentuk `muslim` tetap utuh.
- Jamak Muannats Salim: Bentuk tunggal + akhiran ـَاتٌ (aatun). Contoh: مُسْلِمَةٌ (muslimatun) menjadi مُسْلِمَاتٌ (muslimaatun). Bentuk `muslim` tetap utuh.
Sementara itu, pada Jamak Taksir, perubahan terjadi di dalam struktur kata itu sendiri. Perubahannya bisa berupa:
- Penambahan huruf: Contoh: رَجُلٌ (rajulun) menjadi رِجَالٌ (rijaalun). Ada penambahan alif.
- Pengurangan huruf: Contoh: كِتَابٌ (kitaabun) menjadi كُتُبٌ (kutubun). Huruf alif dihilangkan.
- Perubahan harakat (vokal): Contoh: أَسَدٌ (asadun) menjadi أُسُدٌ (usudun). Harakat fathah berubah menjadi dhammah.
- Kombinasi dari ketiganya: Contoh: غُلَامٌ (ghulaamun) menjadi غِلْمَانٌ (ghilmaanun). Harakat berubah, alif hilang, dan nun ditambahkan.
Oleh karena perubahannya yang tidak beraturan ini, jamak taksir seringkali perlu dihafal karena tidak ada rumus pasti untuk membentuknya. Namun, bukan berarti ia sama sekali tanpa pola. Para ulama bahasa telah mengklasifikasikan jamak taksir ke dalam berbagai pola (wazan) yang akan kita bahas selanjutnya.
2. Klasifikasi dan Wazan (Pola) Jamak Taksir
Meskipun terlihat acak, jamak taksir dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori besar berdasarkan jumlah yang ditunjukkannya: Jamak Qillah (jamak sedikit) dan Jamak Katsrah (jamak banyak).
A. Jamak Qillah (جَمْعُ القِلَّةِ) - Pluralitas Terbatas
Jamak Qillah adalah bentuk jamak yang menunjukkan jumlah antara tiga hingga sepuluh. Ini adalah bentuk jamak untuk jumlah yang relatif sedikit. Terdapat empat wazan (pola) utama untuk Jamak Qillah.
1. Wazan أَفْعُلٌ (Af'ulun)
Pola ini biasanya digunakan untuk isim (kata benda) tiga huruf yang shahih (tidak memiliki huruf 'illat) dan harakat huruf keduanya sukun.
- Tunggal: نَفْسٌ (nafsun - jiwa) → Jamak: أَنْفُسٌ (anfusun - jiwa-jiwa)
- Tunggal: عَيْنٌ ('ainun - mata) → Jamak: أَعْيُنٌ (a'yunun - mata-mata)
- Tunggal: كَلْبٌ (kalbun - anjing) → Jamak: أَكْلُبٌ (aklubun - anjing-anjing)
- Tunggal: بَحْرٌ (bahrun - laut) → Jamak: أَبْحُرٌ (abhurun - lautan)
2. Wazan أَفْعَالٌ (Af'aalun)
Ini adalah wazan jamak qillah yang paling umum dan bisa berasal dari berbagai bentuk mufrad.
- Tunggal: قَلَمٌ (qalamun - pena) → Jamak: أَقْلَامٌ (aqlaamun - pena-pena)
- Tunggal: بَابٌ (baabun - pintu) → Jamak: أَبْوَابٌ (abwaabun - pintu-pintu)
- Tunggal: وَقْتٌ (waqtun - waktu) → Jamak: أَوْقَاتٌ (awqaatun - waktu-waktu)
- Tunggal: سَبَبٌ (sababun - sebab) → Jamak: أَسْبَابٌ (asbaabun - sebab-sebab)
3. Wazan أَفْعِلَةٌ (Af'ilatun)
Pola ini seringkali menjadi bentuk jamak untuk isim mudzakkar (maskulin) empat huruf dengan huruf ketiga adalah mad (alif, waw, atau ya).
- Tunggal: طَعَامٌ (tha'aamun - makanan) → Jamak: أَطْعِمَةٌ (ath'imatun - makanan-makanan)
- Tunggal: رَغِيْفٌ (raghiifun - roti) → Jamak: أَرْغِفَةٌ (arghifatun - roti-roti)
- Tunggal: عَمُوْدٌ ('amuudun - tiang) → Jamak: أَعْمِدَةٌ (a'midatun - tiang-tiang)
- Tunggal: سِلَاحٌ (silaahun - senjata) → Jamak: أَسْلِحَةٌ (aslihatun - senjata-senjata)
4. Wazan فِعْلَةٌ (Fi'latun)
Pola ini tergolong jarang dan biasanya untuk isim yang huruf akhirnya adalah huruf 'illat (penyakit).
- Tunggal: فَتًى (fatan - pemuda) → Jamak: فِتْيَةٌ (fityatun - para pemuda)
- Tunggal: أَخٌ (akhun - saudara laki-laki) → Jamak: إِخْوَةٌ (ikhwatun - saudara-saudara)
- Tunggal: صَبِيٌّ (shabiyyun - anak laki-laki) → Jamak: صِبْيَةٌ (shibyatun - anak-anak laki-laki)
B. Jamak Katsrah (جَمْعُ الكَثْرَةِ) - Pluralitas Melimpah
Jamak Katsrah adalah bentuk jamak yang menunjukkan jumlah lebih dari sepuluh hingga tak terhingga. Ini adalah bentuk jamak untuk jumlah yang banyak. Pola (wazan) untuk Jamak Katsrah sangat banyak jumlahnya, bisa mencapai lebih dari dua puluh. Berikut adalah beberapa wazan yang paling sering ditemui.
1. Wazan فُعُلٌ (Fu'ulun)
Seringkali merupakan jamak dari isim yang mengikuti pola فِعَالٌ (fi'aalun) atau فَعُوْلٌ (fa'uulun).
- Tunggal: كِتَابٌ (kitaabun - buku) → Jamak: كُتُبٌ (kutubun - buku-buku)
- Tunggal: رَسُوْلٌ (rasuulun - utusan) → Jamak: رُسُلٌ (rusulun - para utusan)
- Tunggal: طَرِيْقٌ (thariiqun - jalan) → Jamak: طُرُقٌ (thuruqun - jalan-jalan)
- Tunggal: مَدِيْنَةٌ (madiinatun - kota) → Jamak: مُدُنٌ (mudunun - kota-kota)
2. Wazan فِعَالٌ (Fi'aalun)
Biasa digunakan untuk isim tiga huruf dengan berbagai bentuk.
- Tunggal: جَبَلٌ (jabalun - gunung) → Jamak: جِبَالٌ (jibaalun - gunung-gunung)
- Tunggal: رَجُلٌ (rajulun - seorang pria) → Jamak: رِجَالٌ (rijaalun - para pria)
- Tunggal: كَبِيْرٌ (kabiirun - besar) → Jamak: كِبَارٌ (kibaarun - orang-orang besar/tua)
- Tunggal: بَحْرٌ (bahrun - laut) → Jamak: بِحَارٌ (bihaarun - lautan)
3. Wazan فُعُوْلٌ (Fu'uulun)
Seringkali menjadi jamak dari isim tiga huruf.
- Tunggal: قَلْبٌ (qalbun - hati) → Jamak: قُلُوْبٌ (quluubun - hati-hati)
- Tunggal: بَيْتٌ (baitun - rumah) → Jamak: بُيُوْتٌ (buyuutun - rumah-rumah)
- Tunggal: عِلْمٌ ('ilmun - ilmu) → Jamak: عُلُوْمٌ ('uluumun - ilmu-ilmu)
- Tunggal: نَجْمٌ (najmun - bintang) → Jamak: نُجُوْمٌ (nujuumun - bintang-bintang)
4. Wazan فُعَّلٌ (Fu''alun)
Seringkali menjadi jamak untuk isim fa'il (subjek/pelaku) yang mengikuti pola فَاعِلٌ (faa'ilun).
- Tunggal: كَاتِبٌ (kaatibun - penulis) → Jamak: كُتَّابٌ (kuttaabun - para penulis)
- Tunggal: قَارِئٌ (qaari'un - pembaca) → Jamak: قُرَّاءٌ (qurraa'un - para pembaca)
- Tunggal: سَاجِدٌ (saajidun - orang yang sujud) → Jamak: سُجَّدٌ (sujjadun - orang-orang yang sujud)
5. Wazan فَعَلَةٌ (Fa'alatun)
Juga sering digunakan untuk isim fa'il (subjek/pelaku).
- Tunggal: كَافِرٌ (kaafirun - orang kafir) → Jamak: كَفَرَةٌ (kafaratun - orang-orang kafir)
- Tunggal: سَاحِرٌ (saahirun - penyihir) → Jamak: سَحَرَةٌ (saharatun - para penyihir)
- Tunggal: طَالِبٌ (thaalibun - siswa) → Jamak: طَلَبَةٌ (thalabatun - para siswa)
6. Wazan فِعَلَةٌ (Fi'alatun)
Bentuk jamak yang cukup unik dan tidak terlalu umum.
- Tunggal: دُبٌّ (dubbun - beruang) → Jamak: دِبَبَةٌ (dibabatun - beruang-beruang)
- Tunggal: قِرْدٌ (qirdun - kera) → Jamak: قِرَدَةٌ (qiradatun - kera-kera)
C. Shighat Muntahal Jumu' (صِيْغَةُ مُنْتَهَى الجُمُوْعِ)
Ini adalah sub-kategori yang sangat penting dalam Jamak Katsrah. Namanya berarti "Bentuk Puncak Jamak". Ciri utamanya adalah adanya alif zaidah (alif tambahan) yang diikuti oleh dua huruf atau tiga huruf (di mana huruf tengah dari tiga huruf tersebut adalah ya sukun).
Kelompok ini memiliki aturan i'rab khusus yang membuatnya berbeda dari yang lain. Isim yang mengikuti pola Shighat Muntahal Jumu' tergolong sebagai Ghairu Munsharif (مَمْنُوْعٌ مِنَ الصَّرْفِ), yang berarti ia tidak menerima tanwin dan tidak menerima harakat kasrah saat majrur (akan dibahas di bagian I'rab).
Wazan-wazan utamanya adalah:
1. Wazan مَفَاعِلُ (Mafaa'ilu)
Ini adalah pola dengan alif diikuti oleh dua huruf.
- Tunggal: مَسْجِدٌ (masjidun - masjid) → Jamak: مَسَاجِدُ (masaajidu - masjid-masjid)
- Tunggal: مَدْرَسَةٌ (madrasatun - sekolah) → Jamak: مَدَارِسُ (madaarisu - sekolah-sekolah)
- Tunggal: مَكْتَبٌ (maktabun - kantor/meja) → Jamak: مَكَاتِبُ (makaatibu - kantor-kantor)
- Tunggal: رِسَالَةٌ (risaalatun - surat) → Jamak: رَسَائِلُ (rasaa'ilu - surat-surat)
2. Wazan مَفَاعِيْلُ (Mafaa'iilu)
Ini adalah pola dengan alif diikuti oleh tiga huruf, dengan ya sukun di tengah.
- Tunggal: مِفْتَاحٌ (miftaahun - kunci) → Jamak: مَفَاتِيْحُ (mafaatiihu - kunci-kunci)
- Tunggal: مِصْبَاحٌ (mishbaahun - lampu) → Jamak: مَصَابِيْحُ (mashaabiihu - lampu-lampu)
- Tunggal: تِمْثَالٌ (timtsaalun - patung) → Jamak: تَمَاثِيْلُ (tamaatsiilu - patung-patung)
- Tunggal: قِنْدِيْلٌ (qindiilun - lentera) → Jamak: قَنَادِيْلُ (qanaadiilu - lentera-lentera)
Masih banyak wazan lain untuk jamak katsrah, seperti فُعَلَاءُ (fu'alaau) untuk para ulama (عُلَمَاءُ), أَفْعِلَاءُ (af'ilaau) untuk para nabi (أَنْبِيَاءُ), dan lainnya. Mempelajari dan menghafal pola-pola ini adalah kunci untuk menguasai Jamak Taksir.
3. Kaidah I'rab untuk Jamak Taksir
I'rab adalah perubahan harakat atau huruf di akhir kata yang menunjukkan kedudukannya dalam kalimat. I'rab Jamak Taksir memiliki dua aturan utama, tergantung pada apakah ia termasuk munsharif (bisa menerima tanwin) atau ghairu munsharif (tidak bisa menerima tanwin).
A. I'rab Jamak Taksir Munsharif (Normal)
Mayoritas jamak taksir (yang bukan Shighat Muntahal Jumu') memiliki i'rab yang sama persis dengan i'rab isim mufrad (kata tunggal). Artinya, perubahannya menggunakan harakat.
- Marfu' (Rafa') dengan tanda Dhammah. Kedudukan marfu' biasanya sebagai subjek (fa'il) atau mubtada'.
جَاءَ الرِّجَالُ
Di sini, الرِّجَالُ adalah fa'il (subjek), maka i'rabnya marfu' dengan dhammah.
(Jaa'ar-rijaalu) - Para lelaki itu telah datang. - Manshub (Nashab) dengan tanda Fathah. Kedudukan manshub biasanya sebagai objek (maf'ul bih).
رَأَيْتُ الرِّجَالَ
Di sini, الرِّجَالَ adalah maf'ul bih (objek), maka i'rabnya manshub dengan fathah.
(Ra'aitur-rijaala) - Aku melihat para lelaki itu. - Majrur (Jar) dengan tanda Kasrah. Kedudukan majrur biasanya setelah huruf jar (kata depan) atau sebagai mudhaf ilaih.
مَرَرْتُ بِـالرِّجَالِ
Di sini, الرِّجَالِ didahului oleh huruf jar بِ (bi), maka i'rabnya majrur dengan kasrah.
(Marartu bir-rijaali) - Aku berpapasan dengan para lelaki itu.
B. I'rab Jamak Taksir Ghairu Munsharif (Khusus)
Aturan ini berlaku khusus untuk jamak taksir yang mengikuti pola Shighat Muntahal Jumu' (seperti مَفَاعِلُ dan مَفَاعِيْلُ). Seperti yang disebutkan sebelumnya, kelompok ini tidak menerima tanwin dan memiliki tanda i'rab yang berbeda saat majrur.
- Marfu' (Rafa') dengan tanda Dhammah (tanpa tanwin).
هَذِهِ مَسَاجِدُ كَبِيْرَةٌ
Perhatikan kata مَسَاجِدُ berharakat dhammah, bukan dhammatain (tanwin).
(Haadzihi masaajidu kabiiratun) - Ini adalah masjid-masjid yang besar. - Manshub (Nashab) dengan tanda Fathah (tanpa tanwin).
بَنَيْتُ مَسَاجِدَ كَثِيْرَةً
(Banaytu masaajida katsiiratan) - Aku membangun masjid-masjid yang banyak. - Majrur (Jar) dengan tanda FATHAH sebagai pengganti kasrah. Inilah ciri khas utamanya.
صَلَّيْتُ فِي مَسَاجِدَ كَثِيْرَةٍ
Meskipun didahului huruf jar فِي (fii), kata مَسَاجِدَ tetap berharakat fathah, bukan kasrah.
(Shallaitu fii masaajida katsiiratin) - Aku shalat di masjid-masjid yang banyak.
Pengecualian untuk I'rab Ghairu Munsharif
Aturan majrur dengan fathah di atas memiliki dua pengecualian. Isim ghairu munsharif akan kembali majrur dengan kasrah jika:
- Dimasuki Alif Lam (ال).
صَلَّيْتُ فِي الْمَسَاجِدِ الْقَرِيْبَةِ
Karena ada ال, maka kata الْمَسَاجِدِ kembali majrur dengan kasrah.
(Shallaitu fil-masaajidil-qariibati) - Aku shalat di masjid-masjid yang dekat itu. - Berada dalam susunan Idhafah (sebagai Mudhaf).
صَلَّيْتُ فِي مَسَاجِدِ الْمَدِيْنَةِ
Karena مَسَاجِدِ menjadi mudhaf bagi الْمَدِيْنَةِ, ia kembali majrur dengan kasrah.
(Shallaitu fii masaajidil-madiinati) - Aku shalat di masjid-masjid kota itu.
4. Perbandingan Jamak Taksir dengan Jamak Salim
Untuk memperjelas pemahaman, mari kita bandingkan ketiga jenis jamak dalam bahasa Arab melalui tabel berikut.
| Aspek Perbandingan | Jamak Taksir | Jamak Mudzakkar Salim | Jamak Muannats Salim |
|---|---|---|---|
| Struktur Perubahan | Bentuk mufrad (tunggal) berubah total (patah/rusak). | Bentuk mufrad tetap utuh, ditambah akhiran ـُونَ / ـِينَ. | Bentuk mufrad tetap utuh, ditambah akhiran ـَاتٌ. |
| Contoh | كِتَابٌ → كُتُبٌ | مُهَنْدِسٌ → مُهَنْدِسُوْنَ | مُهَنْدِسَةٌ → مُهَنْدِسَاتٌ |
| Tanda I'rab Marfu' | Dhammah (ـُ) | Waw (ـُو) | Dhammah (ـُ) |
| Tanda I'rab Manshub | Fathah (ـَ) | Ya' (ـِي) | Kasrah (ـِ) |
| Tanda I'rab Majrur | Kasrah (ـِ) atau Fathah (ـَ) untuk Ghairu Munsharif. | Ya' (ـِي) | Kasrah (ـِ) |
| Jenis Kata | Bisa untuk maskulin/feminin, berakal/tidak berakal. | Hanya untuk maskulin yang berakal (manusia). | Hanya untuk feminin. |
5. Urgensi Mempelajari Jamak Taksir
Mungkin timbul pertanyaan, mengapa kita harus bersusah payah mempelajari sistem yang rumit ini? Jawabannya terletak pada peran sentral Jamak Taksir dalam sumber-sumber utama bahasa Arab.
- Memahami Al-Qur'an dan Hadits: Al-Qur'an dan Hadits Nabi Muhammad SAW kaya akan penggunaan jamak taksir. Tanpa pemahaman yang baik, kita akan kesulitan menafsirkan makna ayat dan hadits secara akurat. Contohnya kata-kata seperti قُلُوْب (quluub - hati), رُسُل (rusul - utusan), كُتُب (kutub - kitab), أَنْهَار (anhaar - sungai), كلها adalah jamak taksir.
- Membaca Kitab Klasik (Kitab Kuning): Para ulama terdahulu menulis karya-karya monumental mereka dalam bahasa Arab Fusha yang sarat dengan bentuk jamak taksir. Kemampuan mengidentifikasi dan memahami i'rabnya adalah syarat mutlak untuk bisa menyelami khazanah keilmuan Islam.
- Meningkatkan Kefasihan Berbahasa: Menguasai jamak taksir akan memperkaya kosakata dan membuat penggunaan bahasa Arab menjadi lebih alami dan fasih. Ini adalah tanda dari penguasaan bahasa yang mendalam.
- Apresiasi Keindahan Bahasa Arab: Variasi pola dalam jamak taksir menunjukkan fleksibilitas dan keindahan bahasa Arab. Setiap pola terkadang membawa nuansa makna tersendiri yang hilang jika hanya menggunakan jamak salim.
Kesimpulan
Sebagai rangkuman, jamak taksir adalah bentuk plural dalam bahasa Arab yang dibentuk dengan cara "memecah" atau mengubah struktur kata tunggalnya. Berbeda dengan Jamak Salim yang perubahannya teratur, Jamak Taksir memiliki banyak sekali pola (wazan) yang perlu dikenali dan dihafal. Secara umum, ia terbagi menjadi Jamak Qillah (3-10) dan Jamak Katsrah (>10).
Dari sisi i'rab, mayoritas jamak taksir mengikuti i'rab isim mufrad (marfu' dengan dhammah, manshub dengan fathah, majrur dengan kasrah). Namun, ada kategori khusus yang disebut Shighat Muntahal Jumu' yang tergolong Ghairu Munsharif, di mana ia menjadi majrur dengan tanda fathah, kecuali jika dimasuki Alif Lam atau menjadi mudhaf.
Mempelajari Jamak Taksir memang sebuah tantangan, namun ia adalah gerbang utama untuk memahami teks-teks Arab otentik, mulai dari Al-Qur'an hingga karya-karya ilmiah klasik. Dengan kesabaran dan latihan terus-menerus, kerumitan Jamak Taksir akan berubah menjadi sebuah keindahan bahasa yang memperkaya pemahaman kita.