Memahami Samudra Makna Asmaul Husna
Asmaul Husna, yang berarti nama-nama yang paling indah, adalah sebutan bagi 99 nama milik Allah Subhanahu wa Ta'ala. Nama-nama ini bukan sekadar label, melainkan manifestasi dari sifat-sifat kesempurnaan-Nya yang tak terbatas. Setiap nama membuka sebuah jendela bagi manusia untuk mengenal, memahami, dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Mempelajari Asmaul Husna adalah sebuah perjalanan spiritual yang mengubah cara kita memandang dunia, diri sendiri, dan hubungan kita dengan Allah. Ini adalah upaya untuk menyelami samudra keagungan-Nya, setetes demi setetes, melalui sifat-sifat yang Dia perkenalkan sendiri kepada makhluk-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, "Hanya milik Allah Asmaul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu." (QS. Al-A'raf: 180). Perintah ini bukan hanya untuk berdoa, tetapi juga untuk merenungkan dan meneladani sifat-sifat tersebut dalam batas kemampuan kita sebagai manusia.
Perjalanan ini mengajak kita untuk beralih dari sekadar mengetahui menjadi memahami, dari memahami menjadi merasakan, dan dari merasakan menjadi mengamalkan. Ketika kita memahami bahwa Allah adalah Ar-Rahman (Maha Pengasih), kita belajar untuk menebarkan kasih sayang kepada sesama. Ketika kita merenungkan sifat Al-Ghaffar (Maha Pengampun), kita termotivasi untuk memaafkan kesalahan orang lain dan tidak putus asa dari rahmat ampunan-Nya. Setiap nama adalah kunci untuk membuka pintu kebijaksanaan dan ketenangan batin. Dengan mengenal sifat-sifat-Nya, hati seorang hamba akan dipenuhi dengan rasa cinta (mahabbah), takut (khauf), dan harap (raja'), tiga pilar utama dalam membangun hubungan yang kokoh dengan Allah. Artikel ini akan mengupas satu per satu makna dari 99 nama indah tersebut, sebagai panduan untuk memulai perjalanan agung mengenal Tuhan semesta alam.
1. Ar-Rahman (الرحمن) - Yang Maha Pengasih
Ar-Rahman adalah sifat kasih Allah yang universal, meliputi seluruh makhluk-Nya tanpa terkecuali. Rahmat-Nya tercurah kepada orang yang beriman maupun yang ingkar, kepada manusia, hewan, tumbuhan, dan seluruh alam semesta. Udara yang kita hirup, matahari yang bersinar, dan rezeki yang kita nikmati setiap hari adalah bukti nyata dari sifat Ar-Rahman-Nya. Kasih sayang ini bersifat proaktif dan diberikan tanpa perlu diminta terlebih dahulu. Merenungkan nama ini mengajarkan kita untuk menebar kebaikan kepada siapa pun tanpa memandang latar belakang mereka, karena kita adalah cerminan kecil dari kasih sayang Sang Pencipta yang tak terbatas.
2. Ar-Rahim (الرحيم) - Yang Maha Penyayang
Berbeda dengan Ar-Rahman, Ar-Rahim adalah sifat sayang Allah yang spesifik dan istimewa, yang dicurahkan secara khusus kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan taat, terutama di akhirat kelak. Ini adalah bentuk kasih sayang yang bersifat responsif, sebagai balasan atas iman dan amal saleh. Jika Ar-Rahman adalah rahmat di dunia, maka Ar-Rahim adalah puncak rahmat di surga. Memahami nama ini memberikan harapan dan motivasi bagi orang beriman untuk terus istiqamah dalam ketaatan, karena mereka yakin akan ada balasan kasih sayang yang abadi dari Allah.
3. Al-Malik (الملك) - Yang Maha Merajai
Al-Malik berarti Raja atau Penguasa Mutlak. Kekuasaan Allah tidak terbatas oleh ruang dan waktu, dan tidak ada satu pun yang dapat menandingi-Nya. Dia memiliki, mengatur, dan mengendalikan segala sesuatu di alam semesta. Kerajaan-Nya adalah kerajaan yang hakiki, tanpa awal dan tanpa akhir. Mengimani Al-Malik membuat seorang hamba merasa rendah hati, menyadari bahwa kekuasaan, jabatan, dan harta yang dimilikinya di dunia hanyalah titipan sementara dari Sang Raja sejati. Ini menumbuhkan sikap tawadhu dan menjauhkan diri dari kesombongan.
4. Al-Quddus (القدوس) - Yang Maha Suci
Al-Quddus bermakna Maha Suci dari segala bentuk kekurangan, aib, dan cela. Allah suci dari sifat-sifat yang tidak pantas bagi keagungan-Nya. Kesucian-Nya adalah mutlak, meliputi Dzat, sifat, dan perbuatan-Nya. Tidak ada satu pun yang menyerupai-Nya. Merenungkan nama Al-Quddus membersihkan hati dan pikiran kita dari prasangka buruk kepada Allah. Ini mengajarkan kita untuk senantiasa menjaga kesucian diri, baik lahir maupun batin, dalam perkataan, perbuatan, dan niat, sebagai bentuk pengagungan kepada Dzat Yang Maha Suci.
5. As-Salam (السلام) - Yang Maha Memberi Kesejahteraan
As-Salam adalah sumber dari segala kedamaian dan keselamatan. Dia selamat dari segala aib dan kekurangan, dan Dia pula yang memberikan rasa aman dan damai kepada makhluk-Nya. Surga disebut "Dar As-Salam" (Negeri Kedamaian) karena di sanalah sumber kedamaian sejati berada. Meneladani sifat As-Salam berarti kita berusaha menjadi agen kedamaian di lingkungan kita. Kita menjauhi konflik, menyebarkan ketenangan, memberikan rasa aman kepada orang di sekitar kita, dan senantiasa mendoakan keselamatan bagi sesama.
6. Al-Mu'min (المؤمن) - Yang Maha Memberi Keamanan
Al-Mu'min memiliki dua makna utama. Pertama, Dia adalah sumber keamanan yang hakiki. Dia melindungi hamba-Nya dari segala ketakutan dan bahaya. Kedua, Dia adalah Yang Maha Membenarkan janji-janji-Nya kepada para rasul dan orang-orang beriman. Keyakinan pada Al-Mu'min menanamkan rasa tenteram dalam jiwa, bahwa selama kita berlindung kepada-Nya, tidak ada yang perlu ditakutkan. Sifat ini juga mendorong kita untuk menjadi pribadi yang dapat dipercaya, amanah, dan memberikan rasa aman bagi orang lain.
7. Al-Muhaymin (المهيمن) - Yang Maha Memelihara
Al-Muhaymin berarti Yang Maha Mengawasi, Memelihara, dan Menjaga segala sesuatu. Pengawasan Allah meliputi setiap detail perbuatan, pikiran, dan niat hamba-Nya. Tidak ada satu pun yang luput dari pengetahuan dan penjagaan-Nya. Kesadaran akan sifat Al-Muhaymin melahirkan sikap mawas diri (muraqabah), di mana kita merasa selalu diawasi oleh Allah. Ini mendorong kita untuk berbuat baik bahkan ketika tidak ada orang lain yang melihat, dan menjauhi maksiat karena malu kepada-Nya.
8. Al-'Aziz (العزيز) - Yang Maha Perkasa
Al-'Aziz menunjukkan keperkasaan dan kekuatan yang tidak terkalahkan. Tidak ada yang dapat menundukkan-Nya, sementara Dia menundukkan segala sesuatu. Keperkasaan-Nya bukanlah keperkasaan yang zalim, melainkan keperkasaan yang dilandasi oleh kebijaksanaan (Al-Hakim) dan kasih sayang (Ar-Rahim). Mengimani Al-'Aziz memberikan rasa percaya diri dan kemuliaan bagi seorang mukmin. Ia tidak akan merendahkan dirinya di hadapan makhluk, karena ia bersandar pada Dzat Yang Maha Perkasa.
9. Al-Jabbar (الجبار) - Yang Memiliki Mutlak Kegagahan
Al-Jabbar memiliki tiga makna: Yang Maha Memaksa kehendak-Nya, Yang Maha Agung dan Luhur, serta Yang Maha Memperbaiki keadaan hamba-Nya yang lemah. Kehendak-Nya pasti terjadi, tidak ada yang bisa menghalangi. Dia memperbaiki tulang yang patah, menolong yang tertindas, dan mengentaskan yang miskin. Sifat ini mengajarkan kita untuk tidak berputus asa dalam kesulitan, karena ada Al-Jabbar yang mampu memperbaiki segala kerusakan dan mengubah keadaan menjadi lebih baik. Ini juga mengingatkan kita untuk tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
10. Al-Mutakabbir (المتكبر) - Yang Maha Megah
Al-Mutakabbir adalah Dzat yang memiliki segala kebesaran dan keagungan. Kesombongan hanya pantas menjadi sifat-Nya, karena Dialah satu-satunya yang memiliki kesempurnaan mutlak. Bagi makhluk, kesombongan adalah sifat tercela karena menunjukkan pengakuan atas sesuatu yang tidak dimilikinya secara hakiki. Memahami Al-Mutakabbir menumbuhkan rasa rendah hati yang mendalam. Kita menyadari betapa kecilnya diri kita di hadapan keagungan-Nya, sehingga tidak ada ruang sedikit pun untuk berbangga diri.
11. Al-Khaliq (الخالق) - Yang Maha Pencipta
Al-Khaliq adalah Pencipta segala sesuatu dari ketiadaan. Dia menciptakan dengan ukuran dan ketentuan yang sempurna. Setiap atom, sel, planet, dan galaksi adalah bukti kehebatan-Nya dalam mencipta. Merenungkan nama ini membawa kita pada kekaguman atas kompleksitas dan keindahan alam semesta. Ini memupuk rasa syukur atas penciptaan diri kita yang sempurna dan mendorong kita untuk menjaga kelestarian alam sebagai amanah dari Sang Pencipta.
12. Al-Bari' (البارئ) - Yang Maha Melepaskan
Al-Bari' adalah Yang Mengadakan dan Membentuk ciptaan-Nya dari yang sudah ada, tanpa cacat dan dengan proporsi yang harmonis. Jika Al-Khaliq adalah tahap perencanaan dan penciptaan awal, Al-Bari' adalah tahap pelaksanaan dan pembentukan yang presisi. Dia menciptakan manusia dengan bentuk yang seimbang, organ-organ yang berfungsi sempurna. Sifat ini mengajarkan kita untuk menghargai setiap detail ciptaan-Nya dan menginspirasi kita untuk melakukan setiap pekerjaan dengan rapi, teratur, dan profesional.
13. Al-Mushawwir (المصور) - Yang Maha Membentuk Rupa
Al-Mushawwir adalah Yang Memberikan bentuk dan rupa yang khas bagi setiap makhluk-Nya. Tidak ada dua sidik jari yang sama, tidak ada dua wajah yang identik. Keanekaragaman rupa di alam semesta menunjukkan kekuasaan dan seni dari Sang Maha Pembentuk Rupa. Memahami nama ini menumbuhkan rasa syukur atas rupa yang telah Allah anugerahkan dan mengajarkan kita untuk tidak mencela ciptaan-Nya. Kita belajar menghargai perbedaan dan keunikan setiap individu.
14. Al-Ghaffar (الغفار) - Yang Maha Pengampun
Al-Ghaffar adalah Dzat yang senantiasa memberikan ampunan, berulang kali, bagi hamba-Nya yang bertaubat. Kata "Ghaffar" menunjukkan intensitas dan keberulangan. Tidak peduli seberapa besar dosa seorang hamba, selama ia kembali dengan tulus, pintu ampunan Al-Ghaffar selalu terbuka. Sifat ini memberikan harapan yang luar biasa, membebaskan jiwa dari belenggu putus asa karena dosa. Ini juga menginspirasi kita untuk menjadi pemaaf, memberikan kesempatan kedua kepada orang yang berbuat salah kepada kita.
15. Al-Qahhar (القهار) - Yang Maha Memaksa
Al-Qahhar adalah Yang Maha Menaklukkan dan Mengalahkan segala sesuatu. Tidak ada satu kekuatan pun yang dapat melawan atau menentang kehendak-Nya. Semua makhluk, dari raja yang paling berkuasa hingga partikel terkecil, tunduk di bawah kekuasaan-Nya. Mengimani Al-Qahhar memberikan ketenangan saat menghadapi kezaliman, karena kita yakin bahwa kekuatan zalim sebesar apapun pada akhirnya akan takluk di hadapan kekuatan Allah Yang Maha Perkasa.
16. Al-Wahhab (الوهاب) - Yang Maha Pemberi Karunia
Al-Wahhab adalah Dzat yang melimpahkan karunia dan anugerah kepada hamba-Nya secara cuma-cuma, tanpa meminta imbalan. Pemberian-Nya tidak didahului oleh permintaan dan tidak terbatas oleh perhitungan untung-rugi. Dia memberikan hidayah, ilmu, kesehatan, dan rezeki kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Merenungi nama Al-Wahhab mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang dermawan, memberi tanpa pamrih, dan berbagi kebaikan dengan sesama sebagai wujud syukur atas karunia-Nya yang tak terhingga.
17. Ar-Razzaq (الرزاق) - Yang Maha Pemberi Rezeki
Ar-Razzaq adalah penjamin rezeki bagi seluruh makhluk. Rezeki di sini tidak hanya terbatas pada materi seperti makanan dan harta, tetapi juga mencakup rezeki non-materi seperti kesehatan, ilmu, ketenangan jiwa, dan iman. Allah telah menjamin rezeki bagi setiap makhluk melata di bumi. Keyakinan pada Ar-Razzaq membebaskan kita dari kekhawatiran berlebihan tentang masa depan. Ini mendorong kita untuk berusaha (ikhtiar) dengan sungguh-sungguh, namun menyerahkan hasilnya (tawakal) sepenuhnya kepada Sang Maha Pemberi Rezeki.
18. Al-Fattah (الفتاح) - Yang Maha Pembuka Rahmat
Al-Fattah adalah Yang Maha Membuka segala sesuatu yang tertutup. Dia membuka pintu-pintu rahmat, rezeki, ilmu, dan solusi atas segala permasalahan. Ketika semua jalan terasa buntu, Al-Fattah mampu membuka jalan keluar dari arah yang tidak disangka-sangka. Berdoa dengan menyebut nama Al-Fattah adalah cara memohon agar dibukakan pintu kebaikan dan dihilangkan segala kesulitan. Ini mengajarkan kita optimisme dan tidak pernah menyerah, karena selalu ada pintu yang bisa dibuka oleh-Nya.
19. Al-'Alim (العليم) - Yang Maha Mengetahui
Al-'Alim adalah Dzat yang ilmunya meliputi segala sesuatu, yang tampak maupun yang tersembunyi, yang telah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur tanpa sepengetahuan-Nya. Ilmu-Nya tidak berawal dan tidak berakhir. Kesadaran akan sifat Al-'Alim membuat kita berhati-hati dalam setiap tindakan dan ucapan, karena semua tercatat dalam pengetahuan-Nya. Ini juga memberikan ketenangan, bahwa Allah mengetahui niat baik kita meskipun tidak dipahami oleh manusia.
20. Al-Qabidh (القابض) - Yang Maha Menyempitkan
Al-Qabidh adalah Dzat yang menyempitkan atau menahan rezeki, rahmat, atau bahkan mencabut ruh (nyawa) sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Kesempitan yang kita rasakan bukanlah bentuk kebencian, melainkan bisa jadi sebuah ujian untuk meningkatkan kualitas iman, atau cara untuk melindungi kita dari sesuatu yang lebih buruk. Memahami Al-Qabidh mengajarkan kita untuk bersabar dan berprasangka baik kepada Allah saat menghadapi kesulitan atau kekurangan, karena di balik setiap kesempitan, ada hikmah yang agung.
21. Al-Basith (الباسط) - Yang Maha Melapangkan
Al-Basith adalah kebalikan dari Al-Qabidh. Dia adalah Dzat yang melapangkan rezeki, rahmat, dan kegembiraan bagi hamba-Nya. Kelapangan ini adalah anugerah yang patut disyukuri. Allah melapangkan dan menyempitkan silih berganti sebagai bagian dari dinamika kehidupan. Memahami sifat Al-Basith mengajarkan kita untuk bersyukur saat diberi kelapangan, tidak menjadi sombong, dan menggunakan kelapangan tersebut untuk berbagi dengan orang lain yang sedang berada dalam kesempitan.
22. Al-Khafidh (الخافض) - Yang Maha Merendahkan
Al-Khafidh adalah Yang Merendahkan orang-orang yang sombong, zalim, dan menentang kebenaran. Dia merendahkan mereka di dunia dengan kehinaan atau di akhirat dengan siksaan. Ini adalah manifestasi keadilan-Nya. Nama ini menjadi pengingat keras bagi kita untuk menjauhi kesombongan dan kezaliman. Kita belajar bahwa kedudukan sejati di sisi Allah bukanlah karena pangkat duniawi, melainkan karena ketakwaan dan kerendahan hati.
23. Ar-Rafi' (الرافع) - Yang Maha Meninggikan
Ar-Rafi' adalah Yang Meninggikan derajat hamba-hamba-Nya yang beriman, berilmu, dan bertakwa. Dia mengangkat kedudukan mereka di dunia dan di akhirat. Ketinggian yang berasal dari Allah adalah kemuliaan yang hakiki dan abadi. Sifat ini memotivasi kita untuk terus menuntut ilmu, meningkatkan iman, dan beramal saleh, karena itulah jalan untuk meraih kedudukan yang tinggi di sisi-Nya, bukan dengan cara-cara yang rendah atau menghalalkan segala cara.
24. Al-Mu'izz (المعز) - Yang Maha Memuliakan
Al-Mu'izz adalah Pemberi kemuliaan dan kehormatan sejati. Kemuliaan yang Dia berikan kepada seorang hamba tidak akan bisa direnggut oleh siapa pun. Kemuliaan ini bersumber dari ketaatan dan kedekatan kepada-Nya. Mengimani Al-Mu'izz membebaskan kita dari mencari kemuliaan di mata manusia dengan cara yang salah. Kita akan fokus mencari kemuliaan di sisi Allah, karena itulah satu-satunya kemuliaan yang abadi dan tidak akan pernah pudar.
25. Al-Mudzill (المذل) - Yang Maha Menghinakan
Al-Mudzill adalah Yang Menghinakan siapa saja yang Dia kehendaki karena kemaksiatan dan penentangan mereka terhadap-Nya. Kehinaan ini adalah akibat dari perbuatan mereka sendiri. Jika Allah telah menghinakan seseorang, tidak ada seorang pun yang mampu memuliakannya. Nama ini berfungsi sebagai peringatan agar kita tidak terjerumus dalam perbuatan yang dapat mendatangkan kehinaan dari Allah, seperti syirik, kufur, dan kezaliman.
26. As-Sami' (السميع) - Yang Maha Mendengar
As-Sami' adalah Dzat yang pendengaran-Nya meliputi segala sesuatu. Dia mendengar bisikan hati, doa yang terucap, bahkan suara langkah semut di malam yang gelap. Tidak ada suara yang terlalu pelan atau terlalu jauh bagi-Nya. Kesadaran akan sifat As-Sami' membuat kita menjaga lisan dari perkataan sia-sia, ghibah, dan fitnah. Sebaliknya, kita akan memperbanyak zikir dan doa, karena kita yakin setiap munajat kita didengar oleh-Nya.
27. Al-Bashir (البصير) - Yang Maha Melihat
Al-Bashir adalah Dzat yang penglihatan-Nya menembus segala sesuatu. Dia melihat apa yang tampak dan apa yang tersembunyi di lubuk hati. Tidak ada kegelapan yang dapat menghalangi penglihatan-Nya. Mengimani Al-Bashir melahirkan rasa malu untuk berbuat maksiat, terutama saat sendirian. Kita sadar bahwa meskipun tidak ada manusia yang melihat, Allah Maha Melihat setiap gerak-gerik kita. Ini mendorong kita untuk ikhlas dalam beramal, karena Dia melihat niat di balik setiap perbuatan.
28. Al-Hakam (الحكم) - Yang Maha Menetapkan Hukum
Al-Hakam adalah Hakim yang paling adil. Hukum dan ketetapan-Nya adalah yang terbaik dan paling bijaksana. Keputusan-Nya di dunia (takdir) dan di akhirat (pengadilan) adalah mutlak kebenarannya, tidak bisa diganggu gugat. Memahami Al-Hakam membuat kita ridha dan menerima segala ketetapan-Nya, baik yang kita sukai maupun yang tidak. Kita juga terdorong untuk berhukum dengan syariat-Nya, karena itulah sumber keadilan yang sejati.
29. Al-'Adl (العدل) - Yang Maha Adil
Al-'Adl adalah Dzat yang Maha Adil dalam segala perbuatan dan keputusan-Nya. Keadilan-Nya sempurna, bebas dari unsur kezaliman sekecil apa pun. Dia tidak akan menghukum seseorang karena dosa orang lain dan tidak akan menyia-nyiakan amal baik sekecil biji zarah pun. Keyakinan akan keadilan Allah memberikan ketenangan jiwa, terutama bagi mereka yang merasa terzalimi di dunia. Mereka yakin bahwa di pengadilan akhirat, semua hak akan ditunaikan dengan seadil-adilnya.
30. Al-Lathif (اللطيف) - Yang Maha Lembut
Al-Lathif memiliki dua makna: Yang Maha Halus dan Lembut, serta Yang Maha Mengetahui perkara-perkara yang tersembunyi. Kelembutan-Nya terlihat dari cara-Nya memberikan rezeki dan pertolongan dari arah yang tak terduga. Pengetahuan-Nya begitu detail hingga mencakup hal-hal yang paling samar. Sifat ini mengajarkan kita untuk peka dan peduli terhadap sesama dengan cara yang lembut, serta untuk selalu optimis bahwa pertolongan Allah bisa datang dengan cara yang sangat halus dan tak kita sadari.
31. Al-Khabir (الخبير) - Yang Maha Mengetahui Rahasia
Al-Khabir adalah Yang Maha Mengetahui secara mendalam tentang hakikat segala sesuatu, baik yang lahir maupun yang batin. Pengetahuan-Nya melampaui Al-'Alim; Al-Khabir mengetahui "mengapa" dan "bagaimana" di balik setiap kejadian. Mengimani Al-Khabir membuat kita menyerahkan urusan yang tidak kita pahami kepada-Nya. Kita yakin bahwa di balik setiap peristiwa, ada pengetahuan dan hikmah Allah yang mendalam yang mungkin tidak kita ketahui.
32. Al-Halim (الحليم) - Yang Maha Penyantun
Al-Halim adalah Dzat yang tidak tergesa-gesa dalam menghukum hamba-Nya yang berbuat maksiat. Dia memberikan kesempatan yang luas bagi mereka untuk bertaubat. Dia melihat kemaksiatan, namun tetap memberikan rezeki dan nikmat. Sifat penyantun-Nya ini adalah manifestasi rahmat-Nya yang agung. Meneladani sifat Al-Halim berarti kita harus belajar untuk bersabar, tidak mudah marah, dan memberikan maaf serta kesempatan kepada orang lain yang berbuat salah.
33. Al-'Azhim (العظيم) - Yang Maha Agung
Al-'Azhim adalah Dzat yang memiliki keagungan mutlak yang tidak dapat dijangkau oleh akal dan imajinasi manusia. Segala sesuatu selain Dia menjadi kecil dan tidak berarti jika dibandingkan dengan keagungan-Nya. Langit dan bumi berada dalam genggaman-Nya. Mengagungkan Al-'Azhim dalam zikir dan doa akan menumbuhkan rasa takjub dan kekerdilan diri di hadapan-Nya, sehingga kita tidak mudah terpesona oleh kebesaran duniawi yang fana.
34. Al-Ghafur (الغفور) - Yang Maha Memberi Pengampunan
Mirip dengan Al-Ghaffar, Al-Ghafur juga berarti Maha Pengampun. Namun, Al-Ghafur sering dikaitkan dengan makna menutupi dosa sehingga tidak tampak lagi. Dia tidak hanya memaafkan, tetapi juga menutupi aib hamba-Nya di dunia dan di akhirat. Sifat ini memberikan ketenangan yang luar biasa. Kita memohon ampun kepada Al-Ghafur dengan harapan dosa-dosa kita tidak hanya diampuni, tetapi juga ditutupi dari pandangan makhluk lain.
35. Asy-Syakur (الشكور) - Yang Maha Pembalas Budi
Asy-Syakur adalah Dzat yang sangat menghargai dan membalas amal kebaikan hamba-Nya, sekecil apa pun. Dia membalas satu kebaikan dengan balasan yang berlipat ganda. Rasa syukur dari Allah kepada hamba-Nya adalah bentuk penghargaan-Nya yang luar biasa. Sifat ini memotivasi kita untuk tidak pernah meremehkan perbuatan baik sekecil apa pun, karena semuanya berharga di sisi Asy-Syakur. Ini juga mengajarkan kita untuk selalu bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada manusia.
36. Al-'Aliy (العلي) - Yang Maha Tinggi
Al-'Aliy menunjukkan ketinggian Dzat, sifat, dan kedudukan Allah di atas seluruh makhluk-Nya. Ketinggian-Nya adalah mutlak, tidak bisa dibandingkan dengan apa pun. Tidak ada yang lebih tinggi dari-Nya. Mengimani Al-'Aliy membuat kita selalu menengadahkan doa dan harapan ke atas, kepada Dzat Yang Maha Tinggi. Ini juga menanamkan kerendahan hati, karena kita menyadari posisi kita yang sangat rendah di hadapan-Nya.
37. Al-Kabir (الكبير) - Yang Maha Besar
Al-Kabir adalah Dzat yang memiliki kebesaran yang sempurna. Dia lebih besar dari segala sesuatu yang bisa kita bayangkan. Kalimat "Allahu Akbar" (Allah Maha Besar) yang kita ucapkan dalam shalat adalah pengakuan atas kebesaran-Nya yang tiada tara, yang membuat segala urusan duniawi terasa kecil. Merenungi Al-Kabir membantu kita mengatasi masalah-masalah besar dalam hidup, karena kita yakin bahwa kita memiliki Tuhan Yang Jauh Lebih Besar dari semua masalah itu.
38. Al-Hafizh (الحفيظ) - Yang Maha Menjaga
Al-Hafizh adalah Yang Maha Memelihara dan Menjaga segala ciptaan-Nya dari kerusakan dan kebinasaan. Dia menjaga langit agar tidak runtuh, menjaga bumi agar tetap stabil, dan menjaga hamba-hamba-Nya dari marabahaya. Penjagaan-Nya meliputi penjagaan fisik dan juga penjagaan iman. Bersandar pada Al-Hafizh memberikan rasa aman. Kita berdoa memohon perlindungan-Nya dari segala keburukan, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.
39. Al-Muqit (المقيت) - Yang Maha Pemberi Kecukupan
Al-Muqit adalah Yang Memberikan makanan dan kecukupan bagi seluruh makhluk, baik jasmani maupun rohani. Dia mengatur dan mendistribusikan rezeki sesuai dengan kebutuhan setiap makhluk. Makna ini lebih spesifik dari Ar-Razzaq, karena berfokus pada nutrisi dan penopang kehidupan. Memahami Al-Muqit menenangkan jiwa, bahwa kebutuhan pokok kita dijamin oleh-Nya. Ini juga menginspirasi kita untuk membantu mencukupi kebutuhan orang lain yang kekurangan.
40. Al-Hasib (الحسيب) - Yang Maha Membuat Perhitungan
Al-Hasib memiliki dua makna. Pertama, Dia adalah Yang Maha Mencukupi (seperti dalam kalimat "Hasbunallah" - Cukuplah Allah bagi kami). Kedua, Dia adalah Yang Maha Menghitung dan Memperhitungkan segala amal perbuatan hamba-Nya dengan sangat teliti. Tidak ada yang terlewat. Kesadaran akan sifat ini mendorong kita untuk selalu melakukan introspeksi diri (muhasabah) sebelum dihisab oleh-Nya di hari kiamat. Kita menjadi lebih berhati-hati dalam bertindak.
41. Al-Jalil (الجليل) - Yang Maha Luhur
Al-Jalil adalah Dzat yang memiliki sifat-sifat keluhuran dan keagungan. Nama ini menekankan pada kebesaran Dzat-Nya yang suci dan mulia. Merenungi Al-Jalil akan menumbuhkan rasa pengagungan dan penghormatan yang mendalam di dalam hati, yang termanifestasi dalam ibadah yang khusyuk dan adab yang baik kepada Allah.
42. Al-Karim (الكريم) - Yang Maha Pemurah
Al-Karim adalah Dzat yang sangat pemurah dan dermawan. Dia memberi tanpa diminta, memberi lebih dari yang diharapkan, dan memberi tanpa mengharap balasan. Dia memaafkan kesalahan dengan mudah. Kemurahan-Nya tidak pernah habis. Meneladani sifat Al-Karim berarti kita harus menjadi orang yang murah hati, suka memberi, mudah memaafkan, dan memuliakan tamu serta orang lain.
43. Ar-Raqib (الرقيب) - Yang Maha Mengawasi
Ar-Raqib adalah Pengawas yang tidak pernah lalai atau tidur. Pengawasan-Nya konstan dan meliputi setiap detail. Berbeda dengan Al-Muhaymin yang lebih bersifat menjaga, Ar-Raqib menekankan aspek monitoring atau pengawasan yang berkelanjutan. Keyakinan bahwa Ar-Raqib selalu mengawasi adalah fondasi dari ihsan, yaitu beribadah seolah-olah kita melihat-Nya, atau jika tidak, yakin bahwa Dia melihat kita.
44. Al-Mujib (المجيب) - Yang Maha Mengabulkan Doa
Al-Mujib adalah Dzat yang menjawab dan mengabulkan permohonan hamba-Nya. Dia dekat dengan orang yang berdoa dan berjanji akan mengabulkannya. Pengabulan doa bisa dalam tiga bentuk: diberikan sesuai permintaan, ditunda untuk waktu yang lebih baik, atau diganti dengan dihindarkan dari musibah. Mengimani Al-Mujib membuat kita tidak pernah berhenti berdoa, karena kita yakin setiap doa pasti didengar dan dijawab oleh-Nya.
45. Al-Wasi' (الواسع) - Yang Maha Luas
Al-Wasi' adalah Dzat yang rahmat, ilmu, karunia, dan kekuasaan-Nya sangat luas tak terbatas. Tidak ada yang dapat membatasi-Nya. Keluasan-Nya meliputi segala sesuatu. Memahami Al-Wasi' membuka pikiran kita dari keterbatasan. Kita tidak boleh membatasi rahmat Allah atau berpandangan sempit. Rahmat-Nya lebih luas dari dosa kita, dan karunia-Nya lebih luas dari harapan kita.
46. Al-Hakim (الحكيم) - Yang Maha Bijaksana
Al-Hakim adalah Dzat yang setiap perbuatan, perintah, dan larangan-Nya dilandasi oleh hikmah dan kebijaksanaan yang sempurna. Tidak ada satu pun ketetapan-Nya yang sia-sia atau tanpa tujuan. Terkadang, hikmah di balik suatu peristiwa baru kita pahami jauh di kemudian hari. Keyakinan pada Al-Hakim menumbuhkan rasa pasrah dan percaya penuh pada skenario-Nya, bahkan ketika kita tidak memahaminya.
47. Al-Wadud (الودود) - Yang Maha Mengasihi
Al-Wadud adalah Dzat yang mencintai hamba-hamba-Nya yang taat dan dicintai oleh mereka. Cinta-Nya adalah cinta yang murni, tulus, dan penuh kelembutan. Dia menunjukkan cinta-Nya melalui nikmat dan hidayah. Buah dari cinta seorang hamba kepada Al-Wadud adalah ketaatan dan kerinduan untuk bertemu dengan-Nya. Sifat ini mengajarkan kita untuk menyebarkan cinta dan kasih sayang kepada sesama makhluk karena Allah.
48. Al-Majid (المجيد) - Yang Maha Mulia
Al-Majid adalah Dzat yang memiliki kemuliaan yang agung dan kehormatan yang tinggi. Kemuliaan-Nya sempurna dalam Dzat, sifat, dan perbuatan-Nya. Dia dipuji karena kemuliaan-Nya. Kita sering menggabungkan nama ini dengan Al-Hamid dalam shalawat (Kama shallaita 'ala Ibrahim, innaka Hamidun Majid). Mengagungkan Al-Majid mengingatkan kita akan sumber segala kemuliaan yang sejati.
49. Al-Ba'its (الباعث) - Yang Maha Membangkitkan
Al-Ba'its adalah Dzat yang akan membangkitkan seluruh manusia dari kematian pada hari kiamat untuk dimintai pertanggungjawaban. Dia juga membangkitkan semangat dan kemauan dalam hati manusia. Keyakinan pada Al-Ba'its adalah rukun iman yang fundamental. Ini membuat hidup kita di dunia menjadi lebih bermakna dan bertanggung jawab, karena kita sadar akan ada hari kebangkitan dan pembalasan.
50. Asy-Syahid (الشهيد) - Yang Maha Menyaksikan
Asy-Syahid adalah Saksi atas segala sesuatu. Tidak ada yang tersembunyi dari-Nya. Dia menjadi saksi atas perbuatan seluruh hamba-Nya. Kesaksian-Nya adalah yang paling benar dan adil. Pada hari kiamat, Dia akan menjadi saksi utama. Mengimani Asy-Syahid membuat kita merasa tidak pernah sendiri. Setiap perbuatan kita, baik atau buruk, disaksikan langsung oleh Allah.
51. Al-Haqq (الحق) - Yang Maha Benar
Al-Haqq adalah Dzat yang keberadaan-Nya adalah kebenaran mutlak. Dia adalah sumber dari segala kebenaran. Firman-Nya benar, janji-Nya benar, dan agama yang datang dari-Nya adalah benar. Berpegang teguh pada Al-Haqq berarti berpegang pada kebenaran dan menjauhi kebatilan. Ini memberikan kita kompas moral yang jelas dalam mengarungi kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian.
52. Al-Wakil (الوكيل) - Yang Maha Memelihara Urusan
Al-Wakil adalah Dzat yang paling bisa diandalkan untuk diserahi segala urusan. Ketika seorang hamba bertawakal kepada-Nya, Allah akan mencukupi dan mengurus semua kebutuhannya. Dia adalah Pelindung dan Pengurus yang terbaik. Bergantung pada Al-Wakil membebaskan jiwa dari kecemasan dan stres, karena kita telah menyerahkan urusan kita kepada Dzat yang paling kompeten untuk menanganinya.
53. Al-Qawiy (القوي) - Yang Maha Kuat
Al-Qawiy adalah Dzat yang memiliki kekuatan sempurna yang tidak pernah berkurang atau lelah. Kekuatan-Nya tidak terbatas dan tidak tertandingi. Mengingat Al-Qawiy memberikan kekuatan kepada orang-orang yang lemah dan tertindas. Kita memohon kekuatan dari-Nya untuk menghadapi tantangan hidup dan untuk tetap teguh di atas jalan kebenaran.
54. Al-Matin (المتين) - Yang Maha Kokoh
Al-Matin adalah Dzat yang kekuatan-Nya sangat kokoh dan tidak tergoyahkan. Jika Al-Qawiy berbicara tentang besarnya kekuatan, Al-Matin berbicara tentang intensitas dan kekokohan kekuatan tersebut. Kekuatan-Nya tidak memiliki titik lemah. Bersandar pada Al-Matin berarti kita bersandar pada fondasi yang paling kokoh, yang tidak akan pernah runtuh.
55. Al-Waliy (الولي) - Yang Maha Melindungi
Al-Waliy adalah Pelindung, Penolong, dan Sahabat sejati bagi orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) menuju cahaya (iman). Menjadikan Allah sebagai Al-Waliy berarti kita akan selalu berada dalam naungan perlindungan dan bimbingan-Nya. Ini juga berarti kita harus loyal kepada-Nya dan kepada sesama orang beriman.
56. Al-Hamid (الحميد) - Yang Maha Terpuji
Al-Hamid adalah Dzat yang berhak atas segala pujian. Dia terpuji dalam Dzat, sifat, dan perbuatan-Nya, baik saat memberi maupun saat menahan. Seluruh alam semesta bertasbih memuji-Nya. Mengucapkan "Alhamdulillah" adalah pengakuan bahwa segala puji hanya milik-Nya. Ini mengajarkan kita untuk senantiasa memuji-Nya dalam setiap keadaan, suka maupun duka.
57. Al-Muhshi (المحصي) - Yang Maha Menghitung
Al-Muhshi adalah Dzat yang menghitung segala sesuatu dengan sangat detail. Tidak ada satu pun ciptaan, perbuatan, atau peristiwa yang luput dari perhitungan-Nya. Ilmu-Nya meliputi jumlah tetesan hujan, butiran pasir, dan napas setiap makhluk. Sifat ini mengingatkan kita akan akurasi pencatatan amal di hari akhir, sehingga mendorong kita untuk memperbanyak amal baik dan menghindari dosa sekecil apa pun.
58. Al-Mubdi' (المبدئ) - Yang Maha Memulai
Al-Mubdi' adalah Yang Memulai penciptaan dari ketiadaan. Dialah inisiator pertama dari segala eksistensi. Sebelum-Nya tidak ada apa-apa. Merenungkan Al-Mubdi' membawa kita pada asal-usul kehidupan dan alam semesta, menanamkan keyakinan bahwa segala sesuatu berasal dari satu sumber yang sama, yaitu Allah.
59. Al-Mu'id (المعيد) - Yang Maha Mengembalikan Kehidupan
Al-Mu'id adalah Dzat yang akan mengembalikan kehidupan setelah kematian. Sebagaimana Dia mampu memulai penciptaan (Al-Mubdi'), Dia juga sangat mampu untuk mengulanginya kembali. Keyakinan pada Al-Mu'id menguatkan iman kita pada hari kebangkitan. Ini adalah jawaban telak bagi mereka yang meragukan kehidupan setelah mati.
60. Al-Muhyi (المحيي) - Yang Maha Menghidupkan
Al-Muhyi adalah Dzat yang memberikan kehidupan. Dia menghidupkan janin dalam rahim, menghidupkan bumi yang mati dengan air hujan, dan menghidupkan hati yang mati dengan hidayah. Dia adalah sumber dari segala kehidupan. Memahami Al-Muhyi membuat kita menghargai anugerah kehidupan dan memanfaatkannya untuk beribadah kepada-Nya.
61. Al-Mumit (المميت) - Yang Maha Mematikan
Al-Mumit adalah Dzat yang menetapkan kematian bagi setiap makhluk yang bernyawa. Kematian adalah ketetapan-Nya yang pasti datang dan tidak bisa ditunda atau dimajukan. Mengingat Al-Mumit adalah pengingat yang kuat akan kefanaan dunia. Ini mendorong kita untuk mempersiapkan bekal untuk kehidupan setelah mati dan tidak terlena dengan kesenangan sesaat.
62. Al-Hayy (الحي) - Yang Maha Hidup
Al-Hayy adalah Dzat yang hidup dengan kehidupan yang sempurna, abadi, tanpa awal dan tanpa akhir. Kehidupan-Nya tidak bergantung pada apa pun, sementara kehidupan seluruh makhluk bergantung pada-Nya. Dia tidak pernah tidur dan tidak pernah lelah. Bergantung pada Al-Hayy berarti kita bersandar pada Dzat yang tidak pernah mati dan tidak pernah meninggalkan kita.
63. Al-Qayyum (القيوم) - Yang Maha Mandiri
Al-Qayyum adalah Dzat yang berdiri sendiri dan tidak membutuhkan siapa pun, sementara segala sesuatu bergantung sepenuhnya kepada-Nya untuk bisa ada dan bertahan. Dia yang mengurus dan memelihara langit dan bumi. Nama ini sering digandengkan dengan Al-Hayy (Al-Hayyul Qayyum) dalam Ayat Kursi, menunjukkan pilar utama keesaan dan keagungan-Nya.
64. Al-Wajid (الواجد) - Yang Maha Menemukan
Al-Wajid adalah Dzat yang tidak pernah kekurangan atau membutuhkan sesuatu. Dia memiliki segalanya dan menemukan apa saja yang Dia kehendaki. Kekayaan-Nya sempurna dan tidak terbatas. Manusia seringkali merasa kehilangan, namun Allah adalah Al-Wajid, Yang Maha Kaya dan Maha Menemukan. Bersandar pada-Nya menghilangkan rasa kekurangan dalam diri.
65. Al-Majid (الماجد) - Yang Maha Mulia
Mirip dengan Al-Majid (المجيد), nama Al-Maajid (الماجد) juga berarti Yang Maha Mulia dan Terhormat. Nama ini menekankan pada kemuliaan yang disertai dengan kebaikan dan keluhuran yang melimpah. Dia mulia karena Dzat-Nya dan karena perbuatan-Nya yang penuh anugerah.
66. Al-Wahid (الواحد) - Yang Maha Tunggal
Al-Wahid adalah Yang Maha Esa dalam Dzat-Nya. Tidak ada yang setara dengan-Nya. Ini adalah inti dari konsep tauhid. Dia satu-satunya yang berhak disembah. Sifat ini menolak segala bentuk syirik atau penyekutuan terhadap Allah.
67. Al-Ahad (الأحد) - Yang Maha Esa
Al-Ahad memiliki makna keesaan yang lebih dalam dari Al-Wahid. Al-Ahad berarti Esa yang tidak tersusun dari bagian-bagian dan tidak ada duanya sama sekali. Dia unik dalam kesendirian-Nya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam Surah Al-Ikhlas, "Qul Huwallahu Ahad". Keesaan-Nya adalah absolut dan tak terbagi.
68. Ash-Shamad (الصمد) - Yang Maha Dibutuhkan
Ash-Shamad adalah Dzat yang menjadi tujuan dan tempat bergantung bagi seluruh makhluk dalam memenuhi segala kebutuhan mereka, sementara Dia sendiri tidak membutuhkan siapa pun. Semua berharap kepada-Nya, semua meminta kepada-Nya. Memahami Ash-Shamad membuat kita hanya menggantungkan harapan kepada Allah, bukan kepada makhluk.
69. Al-Qadir (القادر) - Yang Maha Berkuasa
Al-Qadir adalah Dzat yang memiliki kekuasaan dan kemampuan untuk melakukan apa saja yang Dia kehendaki. Tidak ada yang bisa melemahkan atau menghalangi-Nya. Kekuasaan-Nya atas segala sesuatu adalah mutlak. Mengimani Al-Qadir menumbuhkan keyakinan bahwa bagi Allah tidak ada yang mustahil.
70. Al-Muqtadir (المقتدر) - Yang Maha Berkuasa Penuh
Al-Muqtadir adalah bentuk yang lebih kuat dari Al-Qadir. Nama ini menunjukkan kekuasaan yang sempurna dan total atas segala sesuatu. Dia mampu menciptakan, mengatur, dan menentukan takdir dengan kekuasaan-Nya yang tidak terbatas. Tidak ada celah sedikitpun dalam kekuasaan-Nya.
71. Al-Muqaddim (المقدم) - Yang Maha Mendahulukan
Al-Muqaddim adalah Dzat yang berkuasa untuk mendahulukan apa yang Dia kehendaki dan siapa yang Dia kehendaki. Dia mendahulukan sebagian nabi atas sebagian yang lain, atau mendahulukan sebagian takdir atas yang lain. Semua itu berdasarkan ilmu dan hikmah-Nya yang sempurna.
72. Al-Mu'akhkhir (المؤخر) - Yang Maha Mengakhirkan
Al-Mu'akhkhir adalah Dzat yang berkuasa untuk mengakhirkan atau menunda apa yang Dia kehendaki. Dia menunda azab bagi orang kafir untuk memberi kesempatan bertaubat, atau menunda terkabulnya doa untuk waktu yang lebih tepat. Memahami kedua nama ini (Al-Muqaddim & Al-Mu'akhkhir) mengajarkan kita untuk menerima urutan takdir Allah dengan lapang dada.
73. Al-Awwal (الأول) - Yang Maha Awal
Al-Awwal adalah Dzat yang tidak didahului oleh apa pun. Dia ada sebelum segala sesuatu ada. Keberadaan-Nya tidak memiliki permulaan. Merenungi Al-Awwal mengantarkan kita pada pemahaman tentang asal-usul segala sesuatu, yaitu dari Allah.
74. Al-Akhir (الآخر) - Yang Maha Akhir
Al-Akhir adalah Dzat yang akan tetap ada setelah segala sesuatu musnah. Keberadaan-Nya tidak memiliki akhir. Dia adalah tujuan akhir dari perjalanan setiap makhluk. Memahami Al-Awwal dan Al-Akhir memberikan kita perspektif yang utuh tentang waktu dan eksistensi: semua berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.
75. Az-Zhahir (الظاهر) - Yang Maha Nyata
Az-Zhahir adalah Dzat yang keberadaan-Nya sangat nyata melalui tanda-tanda dan bukti-bukti di seluruh alam semesta. Setiap ciptaan adalah bukti nyata akan eksistensi dan keagungan-Nya. Dia nyata di atas segalanya. Tidak ada yang lebih nyata dari keberadaan-Nya.
76. Al-Bathin (الباطن) - Yang Maha Tersembunyi
Al-Bathin adalah Dzat yang tersembunyi, tidak bisa dilihat oleh mata di dunia. Hakikat Dzat-Nya tidak dapat dijangkau oleh panca indera. Dia lebih dekat dari urat leher kita, namun kita tidak bisa melihat-Nya. Keempat nama (Al-Awwal, Al-Akhir, Az-Zhahir, Al-Bathin) menunjukkan bahwa Allah meliputi segala dimensi ruang dan waktu.
77. Al-Wali (الوالي) - Yang Maha Memerintah
Al-Wali adalah Penguasa Tunggal yang mengatur dan memerintah seluruh alam semesta. Dia mengelola urusan makhluk-Nya dengan kebijaksanaan dan keadilan. Segala urusan berada dalam genggaman dan kendali-Nya. Berbeda dengan Al-Waliy (الولي) yang berarti pelindung.
78. Al-Muta'ali (المتعالي) - Yang Maha Tinggi
Al-Muta'ali adalah Dzat yang Maha Tinggi dan suci dari segala sifat kekurangan atau keserupaan dengan makhluk. Ketinggian-Nya melampaui segala pemikiran dan imajinasi. Sifat ini menekankan transendensi Allah yang mutlak dari ciptaan-Nya.
79. Al-Barr (البر) - Yang Maha Penderma
Al-Barr adalah sumber dari segala kebaikan dan kebajikan. Kebaikan-Nya melimpah ruah kepada seluruh makhluk. Dia membalas kebaikan dengan kebaikan yang jauh lebih besar. Meneladani sifat Al-Barr berarti kita harus menjadi orang yang selalu berbuat baik kepada orang tua, kerabat, dan seluruh manusia.
80. At-Tawwab (التواب) - Yang Maha Penerima Taubat
At-Tawwab adalah Dzat yang senantiasa menerima taubat hamba-Nya. Kata "Tawwab" menunjukkan bahwa Dia terus-menerus memberikan inspirasi untuk bertaubat dan kemudian menerima taubat tersebut. Pintu taubat-Nya selalu terbuka hingga nafas terakhir. Sifat ini adalah sumber harapan terbesar bagi para pendosa.
81. Al-Muntaqim (المنتقم) - Yang Maha Pemberi Balasan
Al-Muntaqim adalah Dzat yang memberikan balasan setimpal kepada orang-orang yang berbuat dosa dan kezaliman. Balasan-Nya sangat adil dan keras bagi mereka yang melampaui batas. Namun, sifat ini selalu didasari oleh keadilan-Nya, bukan dendam. Sifat ini menjadi peringatan bagi pelaku kezaliman.
82. Al-'Afuww (العفو) - Yang Maha Pemaaf
Al-'Afuww adalah Dzat yang memaafkan kesalahan dan menghapus dosa-dosa hamba-Nya. Pemaafan-Nya lebih dalam dari Al-Ghafur. 'Afuww berarti menghapus hingga ke akarnya, seolah-olah dosa itu tidak pernah terjadi. Itulah mengapa kita dianjurkan berdoa "Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni" di malam Lailatul Qadar.
83. Ar-Ra'uf (الرؤوف) - Yang Maha Pengasih
Ar-Ra'uf adalah Dzat yang memiliki belas kasihan yang sangat mendalam dan lembut. Ini adalah tingkat kasih sayang yang paling tinggi, yang mencegah hamba dari tertimpa musibah. Kasih sayang-Nya begitu besar sehingga Dia tidak ingin hamba-Nya menderita. Sifat ini sering disebut dalam Al-Qur'an untuk menggambarkan kasih sayang Allah kepada kaum mukminin.
84. Malik-ul-Mulk (مالك الملك) - Penguasa Kerajaan
Malik-ul-Mulk adalah Pemilik Mutlak dari seluruh kerajaan. Dia memberikan kekuasaan kepada siapa yang Dia kehendaki dan mencabutnya dari siapa yang Dia kehendaki. Semua penguasa di bumi hanyalah peminjam kekuasaan dari-Nya. Nama ini mengingatkan kita akan kedaulatan Allah yang absolut atas segala urusan dunia.
85. Dzul-Jalali wal-Ikram (ذو الجلال والإكرام) - Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan
Dzul-Jalali wal-Ikram adalah Dzat yang memiliki segala keagungan (Al-Jalal) dan kemurahan (Al-Ikram). Dia diagungkan dan dimuliakan oleh seluruh makhluk. Berdoa dengan menyebut nama ini adalah bentuk pengakuan akan kebesaran-Nya sekaligus permohonan atas kemurahan-Nya.
86. Al-Muqsith (المقسط) - Yang Maha Pemberi Keadilan
Al-Muqsith adalah Dzat yang menegakkan keadilan dengan sempurna. Dia memberikan hak kepada yang berhak tanpa ada yang terzalimi. Keadilan-Nya berlaku bagi semua, bahkan kepada orang-orang yang membenci-Nya. Sifat ini menginspirasi kita untuk berlaku adil dalam setiap aspek kehidupan, bahkan kepada diri sendiri.
87. Al-Jami' (الجامع) - Yang Maha Mengumpulkan
Al-Jami' adalah Dzat yang akan mengumpulkan seluruh manusia pada hari kiamat di padang mahsyar, sebuah hari yang tidak ada keraguan padanya. Dia juga mengumpulkan hal-hal yang tercerai berai atau yang tampak mustahil untuk bersatu. Sifat ini menguatkan keyakinan kita akan adanya hari perhitungan.
88. Al-Ghaniy (الغني) - Yang Maha Kaya
Al-Ghaniy adalah Dzat yang Maha Kaya dan tidak membutuhkan apa pun dari makhluk-Nya. Kekayaan-Nya bersifat mutlak. Seluruh makhluklah yang fakir dan membutuhkan-Nya. Mengimani Al-Ghaniy menumbuhkan rasa cukup (qana'ah) dan membebaskan hati dari ketergantungan pada materi atau manusia.
89. Al-Mughni (المغني) - Yang Maha Pemberi Kekayaan
Al-Mughni adalah Dzat yang memberikan kekayaan dan kecukupan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Kekayaan dari-Nya tidak hanya berupa harta, tetapi juga kekayaan jiwa, ilmu, dan hati. Dia yang membuat hamba-Nya merasa cukup dan tidak lagi membutuhkan selain-Nya.
90. Al-Mani' (المانع) - Yang Maha Mencegah
Al-Mani' adalah Dzat yang mencegah atau menahan sesuatu demi melindungi hamba-Nya dari keburukan. Terkadang kita menginginkan sesuatu, namun Allah mencegahnya karena Dia tahu hal itu tidak baik bagi kita. Pencegahan-Nya adalah bentuk kasih sayang dan perlindungan, bukan kebencian.
91. Ad-Darr (الضار) - Yang Maha Memberi Mudharat
Ad-Darr adalah Dzat yang berkuasa menimpakan mudharat atau bahaya kepada siapa yang Dia kehendaki, sebagai ujian, hukuman, atau karena hikmah tertentu. Tidak ada bahaya yang terjadi kecuali atas izin-Nya. Nama ini harus dipahami bersama dengan nama An-Nafi'.
92. An-Nafi' (النافع) - Yang Maha Memberi Manfaat
An-Nafi' adalah sumber dari segala manfaat dan kebaikan. Tidak ada manfaat yang bisa kita peroleh kecuali berasal dari-Nya. Memahami Ad-Darr dan An-Nafi' secara bersamaan mengajarkan tauhid yang murni, bahwa hanya Allah satu-satunya sumber segala bahaya dan manfaat, sehingga kita hanya takut dan berharap kepada-Nya.
93. An-Nur (النور) - Yang Maha Bercahaya
An-Nur adalah Cahaya langit dan bumi. Dia adalah sumber cahaya hakiki yang menerangi alam semesta dan memberikan cahaya petunjuk (hidayah) ke dalam hati manusia. Tanpa cahaya-Nya, kita akan berada dalam kegelapan, baik secara fisik maupun spiritual.
94. Al-Hadi (الهادي) - Yang Maha Pemberi Petunjuk
Al-Hadi adalah Dzat yang memberikan petunjuk kepada hamba-Nya menuju jalan kebenaran. Hidayah adalah anugerah terbesar dari-Nya. Dia menunjuki jalan bagi siapa saja yang tulus mencarinya. Kita harus senantiasa memohon petunjuk kepada Al-Hadi agar tidak tersesat.
95. Al-Badi' (البديع) - Yang Maha Pencipta Keindahan
Al-Badi' adalah Pencipta yang tiada bandingannya. Dia menciptakan segala sesuatu dengan keindahan dan keunikan yang luar biasa, tanpa ada contoh sebelumnya. Setiap detail di alam semesta, dari galaksi hingga kepingan salju, adalah bukti keindahan ciptaan Al-Badi'.
96. Al-Baqi (الباقي) - Yang Maha Kekal
Al-Baqi adalah Dzat yang kekal abadi, tidak akan pernah musnah atau lenyap. Segala sesuatu di dunia ini fana (akan hancur), kecuali Dzat-Nya. Mengimani Al-Baqi membuat kita tidak terlalu terikat pada dunia yang fana dan lebih fokus pada kehidupan yang kekal di akhirat.
97. Al-Warits (الوارث) - Yang Maha Mewarisi
Al-Warits adalah Pewaris sejati dari segala sesuatu. Ketika semua makhluk telah tiada, hanya Dialah yang akan tetap ada dan mewarisi seluruh alam semesta. Harta, tahta, dan semua yang kita miliki di dunia pada hakikatnya adalah milik-Nya dan akan kembali kepada-Nya.
98. Ar-Rasyid (الرشيد) - Yang Maha Pandai
Ar-Rasyid adalah Dzat yang memberikan bimbingan dan petunjuk yang lurus. Tindakan dan ketetapan-Nya selalu didasari oleh kebijaksanaan yang lurus dan benar. Dia membimbing hamba-Nya ke jalan yang paling tepat dan paling baik. Mengikuti petunjuk-Nya adalah jaminan keselamatan.
99. Ash-Shabur (الصبور) - Yang Maha Sabar
Ash-Shabur adalah Dzat yang Maha Sabar. Dia tidak tergesa-gesa dalam bertindak atau menghukum. Dia menunda siksa bagi para pendosa dengan kesabaran yang tak terhingga, memberikan mereka banyak kesempatan untuk kembali. Kesabaran-Nya adalah rahmat. Sifat ini mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang sabar dalam menghadapi ujian dan dalam berinteraksi dengan sesama.