Motor Pulsar, yang dulu populer di bawah bendera Bajaj Auto, pernah menjadi ikon sepeda motor sport entry-level di berbagai pasar Asia, termasuk Indonesia. Dikenal karena mesin DTS-i (Digital Twin Spark Ignition) yang revolusioner pada masanya, Pulsar menawarkan performa yang kompetitif dengan harga yang terjangkau. Namun, seperti setiap kendaraan, Pulsar juga memiliki serangkaian kelemahan inheren yang sering menjadi bahan diskusi di kalangan pemilik dan mekanik. Memahami kekurangan ini penting bagi calon pembeli motor bekas atau bagi pemilik yang ingin melakukan perawatan optimal.
Meskipun mesin Pulsar tergolong tangguh, beberapa aspek desain dan kualitas komponen sering kali menjadi titik lemah yang perlu diperhatikan pengguna secara rutin.
Salah satu kritik yang sering muncul, terutama pada varian Pulsar yang lebih tua, adalah performa sistem pengereman, khususnya rem depan yang menggunakan cakram. Ketika digunakan secara agresif atau dalam kondisi perjalanan jauh yang menanjak/menurun berulang kali, rem cenderung mengalami brake fade. Fenomena ini ditandai dengan menurunnya daya cengkeram rem secara tiba-tiba akibat panas berlebih. Meskipun hal ini dapat diatasi dengan mengganti kampas rem berkualitas aftermarket yang lebih tahan panas, hal ini menunjukkan bahwa desain sistem pengereman standar pabrikan kurang optimal untuk penggunaan yang sangat berat. Pemilik perlu waspada dan secara teratur memeriksa cairan rem serta kondisi kampas.
Motor Pulsar menawarkan nilai yang baik dari segi tenaga dan teknologi mesinnya. Namun, kelemahan yang ada sebagian besar terletak pada aspek pendukung seperti kelistrikan dan kualitas beberapa komponen *wear and tear* (cepat aus). Pembeli motor bekas Pulsar disarankan untuk melakukan inspeksi mendalam pada sistem kelistrikan dan suspensi. Dengan perawatan yang tepat dan penggantian komponen yang terbukti lemah dengan opsi yang lebih baik, banyak dari kelemahan ini dapat diminimalisir, memungkinkan pemilik tetap menikmati performa mesin yang ditawarkan Pulsar.